Ibu?

67 9 0
                                    

"Anak kurang ajar!" Permaisuri Xin Jiawei benar-benar merasa dirinya telah dihina.

Sedangkan Han Xi Fang tetap diam. Meskipun dadanya terasa sesak saat mendengar kata-kata wanita di hadapannya.

"Anak?" Ujar Han Xi Fang.

"Bukankah Yang Mulia hanya  memiliki tiga orang anak?" Sambungnya.

Permaisuri Xin Jiawei diam mematung.

"Han Xiao Yan, Han Xia Ming, dan Han Liang Wu?" Han Xi Fang menyebutkan nama mereka satu persatu.

"Pintu ada di sebelah sana. Semua orang akan panik saat kehilangan permaisuri mereka," ucap pria itu datar.

Wanita itu menatap ke bawah. Hatinya terasa janggal saat Han Xi Fang tidak menyebutkan namanya di antara nama saudaranya yang lain.

Han Xi Fang merasa kepalanya sangat pusing. Ia sedikit terhuyung ke samping seraya memegangi kepalanya yang dibalut perban.

"Ssshhh..."

Permaisuri Xin Jiawei terkejut saat melihat keadaan Han Xi Fang yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja.

"Nak? Kau tidak apa-apa?" Tanya wanita itu. Ia mendekat dan memegang wajah Han Xi Fang dengan tatapan khawatir.

Han Xi Fang tiba-tiba kehilangan kesadaran. Tubuhnya jatuh ke dekapan Permaisuri Xin Jiawei dengan lemah.

Sedangkan Permaisuri Xin Jiawei semakin panik melihat kondisi Han Xi Fang. Ia perlahan menyandarkan tubuh putranya ke kursi dan menepuk-nepuk pipinya.

"Nak? Kau bisa mendengar Ibu?!" Ia semakin panik ketika tidak mendapatkan respon apapun. Dengan tergesa-gesa ia masuk ke dalam kamar untuk mencari obat yang mungkin ada di dalam kamarnya.

Wanita itu meneteskan air matanya saat menggeledah setiap laci dan meja. Beberapa menit mencari, akhirnya ia menemukan botol berukuran sedang berisi cairan berwarna hitam yang terletak di dalam laci meja di tepi ranjang.

"Ya. Ini pasti obatnya," ucap Permaisuri Xin Jiawei yakin.

Buru-buru ia kembali dan meminumkan semua cairan itu ke dalam mulut Han Xi Fang. Tangannya menggosok telapak tangan dingin pria itu, berharap akan memberikan sedikit kehangatan.

"Jangan membuat Ibu cemas, Fang'er,"

Secara tidak sadar, Permaisuri Xin Jiawei menyebut Han Xi Fang menggunakan nama kecilnya. Nama dengan tambahan 'er', yang biasanya digunakan seseorang untuk menyebut  orang yang disayangi.

Han Xi Fang batuk beberapa kali. Kemudian ia menyemburkan darah dari dalam mulutnya. Membuat Permaisuri Xin Jiawei terkejut dan semakin khawatir.

Han Xi Fang perlahan sadar, lalu mengusap bibirnya yang terlihat pucat dengan tangan bergetar. Ia merasakan sesuatu yang kental dan mencium bau darah.

Permaisuri Xin Jiawei berfikir dirinya telah memberikan obat yang salah. Dia menangis tersedu-sedu.

"Apa yang terjadi padamu, nak? Maafkan Ibu," ucapnya disertai rasa bersalah.

"Tunggu di sini! Ibu akan memanggilkan tabib untukmu!" Kata Permaisuri Xin Jiawei. Saat hendak pergi, tangannya ditahan oleh Han Xi Fang.

"Tidak perlu. Saya tidak apa-apa," ujar Han Xi Fang dengan suara parau.

"Tidak bisa! Keadaanmu sangat buruk!" Ujar wanita itu. Dia melepaskan pegangan tangan Han Xi Fang dari tangannya dan berlari ke luar untuk meminta pertolongan.

Han Xi Fang berusaha berdiri menggunakan tongkatnya. Perlahan dia berjalan seraya mati-matian menahan rasa sakitnya. Berulangkali ia memegang pilar kediaman agar bisa tetap berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.

Han Xi Fang menekan rasa sakit di dada dan kepalanya dengan kuat. Berharap itu akan segera mereda. Ia meremat kuat dadanya dengan erat, seraya menggigit bibir bawahnya, guna menahan rasa sakit yang begitu menyiksa.

Namun, semakin kuat pria itu berusaha menekan, tenaganya terasa semakin terkuras habis. Hingga akhirnya pertahanan Han Xi Fang rubuh. Ia kehilangan kesadarannya dan terjatuh ke lantai.

Sedangkan di tempat lain...

Seorang wanita dengan pakaian mewah serta mahkota agung yang terpasang indah di rambutnya, terlihat berjalan tergesa-gesa menuju rumah tabib yang berada tak jauh dari tempat pelatihan prajurit.

Dia bahkan berlari, mengabaikan peraturan dan keanggunan agar segera sampai dan membawa tabib untuk putranya yang kesakitan.

Setelah sampai. Beberapa tabib yang ada di luar rumah sedikit terkejut akan kedatangan permaisuri mereka dengan keadaan yang kacau dan berlari. Mereka semua bersujud dan memberikan salah hormat pada wanita nomor satu di Kekaisaran Han.

"Salam hormat kami kepada Yang Mulia Permaisuri. Semoga Yang Mulia berumur seribu tahun," ucap mereka semua serempak.

"Di mana tabib Hao?!" Tanya wanita itu panik. Ia sangat gelisah. Takut kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Han Xi Fang jika ia terlambat sedikit saja.

Mereka melihat satu sama lain dengan bingung. Mengapa permaisuri sangat panik? Hingga salah satu dari mereka memberanikan diri untuk bertanya.

"Mohon ampun, Yang Mulia. Mengapa Yang Mulia begitu tergesa-gesa? Apa terjadi sesuatu?" Tanya seorang tabib pria paruh baya dengan sopan.

Mendengar pertanyaan tabib itu, membuat Permaisuri Xin Jiawei benar-benar naik darah.

"BENGONG BERTANYA DI MANA TABIB HAO?!" Bentaknya marah. Tangannya yang bergetar mengepal kuat. Orang-orang ini benar-benar membuatnya gila!

Mereka semua tersentak kaget saat melihat permaisuri mereka sangat murka.

"H-hei! Kau! Cepat panggil tabib senior Hao!" Ucap salah satu tabib muda pada temannya. Yang diperintahkan pun langsung berlari ke dalam.

Tak lama kemudian, seorang tabib pria tua dengan janggut putih cukup panjang keluar. Dia lantas membungkuk memberi hormat.

"Salam hormat ham.."

"Tidak ada waktu! Ikut Bengong, pangeran pertama membutuhkanmu!" Potong wanita dengan cepat.

Sebenarnya tabib Hao sedikit bingung. Namun, ia segera mengangguk, kemudian menginstruksikan asistennya untuk segera membawakan semua peralatannya.

Mereka bertiga segera menuju  kediaman Han Xi Fang. Permaisuri Xin Jiawei tak henti-hentinya menangis dan berdoa agar putranya baik-baik saja.

Tabib Hao semakin bingung dengan sikap Permaisuri Xin Jiawei. Dalam benaknya ia bertanya-tanya, mengapa permaisuri menjadi perduli dengan keadaan pangeran pertama.

Sesampainya di kediaman Han Xi Fang. Permaisuri Xin Jiawei menuntun tabib Hao ke halaman belakang. Namun, sebelum mereka bertiga sampai, betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat Han Xi Fang tergeletak tak sadarkan diri di lantai.

Buru-buru ia menghampiri putranya. Wajah tampan itu terlihat begitu pucat, dengan bekas darah yang masih terdapat di sekitar bibirnya.

Asisten tabib Hao segera mengangkat tubuh Han Xi Fang ke ranjang. Segera tabib Hao memeriksanya. Ia sedikit terkejut dengan kondisi Han Xi Fang yang cukup buruk. Ia memeriksa luka di kepala Han Xi Fang dan juga detak jantungnya.

Asisten tabib Hao juga sibuk meracik obat, dan setelahnya diberikan pada tabib Hao untuk dioleskan pada bagian yang bermasalah.

Cukup lama pria tua itu memeriksa Han Xi Fang, hingga membuat Permaisuri Xin Jiawei semakin cemas. Apa yang membuat tabib Hao begitu lama?

Setelah selesai. Tabib Hao menghampiri Permaisuri Xin Jiawei untuk memberitahu keadaan Han Xi Fang.

"Apa yang terjadi pada pangeran?" Tanyanya tak sabaran.

Sebelum menjawab. Tabib Hao menghela nafas berat. Ada beberapa gangguan yang cukup parah, dan efek samping dari obat yang pernah dikomsumsi nya.

"Yang Mulia, pangeran pertama mengalami beberapa hal yang serius. Sepertinya dia baru saja sadar kemarin, begitupun luka parah di kepalanya. Hamba takut dia akan mengalami masa-masa sulit ke depannya," ungkap pria tua berjanggut putih itu, jujur.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang