"Bagaimana? Zen sudah mengatakan jika anak ini adalah putra Zen," ujar Kaisar Han memperjelas. Tapi kalimat itu malah membuat Permaisuri Xin Jiawei merasa sangat malu. Ratusan pasang mata melihatnya dengan tatapan curiga dan mulai berbisik satu sama lain entah membicarakan apa. Namun, yang jelas mereka sedang membicarakan wanita tersebut.
Wajah Permaisuri Xin Jiawei pucat pasi dan mulai berkeringat tanpa alasan, padahal cuaca sedang tidak panas.
Kini Han Feng Juan beralih menatap Han Xiao Yan yang berdiri di hadapannya dengan tatapan meremehkan. Lucu sekali, dia bersikap sama seperti ibunya. Ketakutan dan cemas, raut itu tercetak sangat jelas di wajah mereka berdua.
Pria berhanfu hitam itu maju satu langkah agar lebih dekat dengan Han Xiao Yan, lalu mengangkat sebelah alisnya dengan pandangan merendahkan.
"Kau." Jari telunjuknya menekan dada kiri Han Xiao Yan yang wajahnya sudah merah padam terbakar amarah.
"Minggir," lanjutnya, kemudian mendorong tubuh tegap pemuda itu sedikit keras hingga mundur beberapa langkah. Setelah itu Han Feng Juan maju ke arah kursi kebesaran yang tadinya menjadi tempat duduk Han Xiao Yan. Tapi sebelum duduk ia menepuk-nepuk kursi tersebut seolah-olah di sana terdapat banyak debu. Ia tersenyum masam.
"Pelayan! Ambilkan kursi baru yang lebih bagus. Benwang lihat kursi ini sangat kotor, entah siapa yang duduk di sini sebelumnya," sindir Han Feng Juan terang-terangan dengan suara keras agar semua tamu mendengarnya dan untuk membuat Han Xiao Yan semakin malu.
"Apa yang kau lakukan?! Itu adalah tempat putraku! Berani sekali seorang rendahan sepertimu menyebut diri menggunakan kata Benwang!" Pekik Permaisuri Xin Jiawei marah.
Semua orang terkejut dengan tingkah laku Permaisuri Han yang tidak sopan dan tidak mencerminkan sikap lembut. Tapi mereka justru menikmati pertunjukan yang sedang terjadi, menunggu akhirnya saja.
"Yang Mulia berkata apa barusan? Tempat putramu?" Tanyanya.
"Benwang yang mengambil tempatnya, atau dia yang mengambil tempat Benwang? Jadi, siapa yang mengambil tempat siapa?"
Tak berapa lama menunggu akhirnya kursi baru yang diminta tiba dan langsung diletakkan di tempatnya. Pria tampan itu tersenyum senang kemudian duduk santai dengan kaki menyilang, menatap rendah pasangan ibu dan anak yang berada di depan sana.
"DENGAR SEMUANYA!"
Semua orang berhenti berbisik-bisik setelah mendengar teriakkan dan suara tepuk tangan, lalu fokus pada sosok Han Feng Juan yang duduk di kursi posisi putra tertua di depan sana.
Setelah semuanya fokus, pria itu berdiri dari duduknya. Ia menatap sekeliling dan berhenti pada sosok Han Xi Fang yang berdiri mematung di atas panggung pertunjukan, ia tersenyum miring.
Melihat hal itu Kaisar Han seketika panik. Tidak! Jangan sampai Han Feng Juan mengungkapkan semuanya! Berulangkali ia memberikan isyarat padanya, tapi sepertinya dia tidak perduli.
"Apa kalian ingin tahu siapa sosok pangeran pertama yang tak pernah terlihat itu?" Tanyanya dengan suara lantang.
Para tamu mengangguk setuju.
"YA!"
Han Xi Fang yang mendengarnya tentu saja merasa takut dan cemas. Orang itu pasti ingin mengungkapkan semuanya. Tidak, ia tidak ingin ayahnya menanggung malu yang jauh lebih besar karena dirinya sendiri. Dengan tergesa-gesa ia berusaha berjalan menuruni panggung menggunakan bantuan tongkat.
"Han Xi Fang! Dia yang bermain seruling itu! Dia yang tidak bisa melihat!" Teriak Han Feng Juan seraya menunjuk ke arah seorang pria berpakaian serba putih di atas panggung sana.
Langkah Han Xi Fang seketika terhenti saat mendengar namanya disebut di hadapan banyak tamu.
Han Xia Ming dan Han Liang Wu bersorak senang. Mereka segera menghampiri sang kakak untuk diperkenalkan di depan banyak tamu. Syukurlah Han Feng Juan mengungkapkan identitas asli kakak mereka.
"Kakak! Ayo kita turun. Orang-orang pasti ingin mengenalmu," kata Han Xia Ming sambil menggandeng lengan kakaknya dan menuntunnya untuk turun ke bawah.
Han Xi Fang menggeleng cepat dan berusaha melepaskan pegangan sang adik dari lengannya dengan tangan gemetar ketakutan.
"Tidak Xia'er, tidak. Bawa Kakak pergi dari sini, Ayah pasti sangat malu. Ayo Xia'er," ucap Han Xi Fang mendesak.
"Apa yang Kakak katakan? Jangan pedulikan Ayah, semuanya sudah terbongkar. Kakak tidak perlu hidup di dalam ketakutan dan terkurung di dalam kediaman tua itu lagi," balas Han Xia Ming meyakinkan.
"Tapi.."
"Ayo." Han Xia Ming dan Han Liang Wu langsung menarik kakak mereka untuk turun dan memaksa pria itu duduk di kursi jajaran para pangeran, bersama para pangeran lainnya.
Kini Permaisuri Xin Jiawei dan Kaisar Han sudah berada di puncak rasa malunya. Harga dirinya benar-benar sudah diinjak-injak.
Salah satu kaisar berkuasa berdiri dari duduknya dan tersenyum sumringah.
"Wah! Kaisar Han, mengapa Anda menyembunyikan anak berbakat seperti Pangeran Pertama ini? Anda tidak perlu malu memiliki anak yang mempunyai kekurangan. Zen juga memiliki seorang putri yang tidak bisa mendengar, tapi Zen sangat menyayanginya," ujarnya dengan perasaan senang, kemudian bertepuk tangan dan diikuti oleh semua orang.
Keluarga kekaisaran dan para selir tentu saja kaget mendapatkan respon di luar bayangan mereka, termasuk Selir Agung Liu Qing Qing yang sedari tadi diam memperhatikan tanpa mau ikut campur.
Mendengar hal itu rasa malu Kaisar Han perlahan-lahan menghilang. Selama ini ia berfikir jika semua orang akan mentertawakan nya, tapi ternyata tidak seperti itu. Ia tersenyum tipis.
"Kakak dengar? Semua orang menyukaimu," kata Han Liang Wu bersemangat yang membuat Han Xi Fang sedikit tersenyum. Namun, senyumnya sedikit tertahan karena menahan rasa sakit hebat yang menyerang dadanya.
"Ku mohon, jangan sekarang," batinnya meringis.
"Sialan!" Apa-apaan ini?! Seharusnya si buta itu mendapatkan banyak cacian dan makian.
"Ya, kebutaan itu pasti bukanlah tanpa sebab. Itu mungkin karena mendapat balasan dari dewa atas perbuatan jahat seseorang," ucap Han Feng Juan tiba-tiba.
Ia menatap Permaisuri Xin Jiawei dengan alis mengkerut marah.
"Sehingga putranya lah yang harus menanggung semua dosanya hingga saat ini."
Wanita yang merasa ucapan itu tertuju padanya langsung menunduk dalam tak berani berkutik. Berharap tidak ada yang menyadari kemana maksud ucapan anak itu.
"Apa maksudmu Pangeran?" Tanya Selir Agung Liu Qing Qing dari tempat duduknya di sudut sana.
"Dia.. wanita ini yang telah membunuh ibuku! Mendiang Permaisuri Tang Jia Ning! DIA PENGHIANAT!"
Jari telunjuk Han Feng Juan mengacung ke arah Permaisuri Xin Jiawei dengan mata memerah menahan amarah. Ia benci mengungkit masalah ini karena itu selalu mengingatkannya pada ibunya, tapi semua ini harus terjadi.
Tak lama kemudian seorang prajurit datang dan melemparkan buntalan kain yang berisi barang-barang tepat di bawah kaki Permaisuri Xin Jiawei. Dia menggeleng cepat dan melangkah mundur dengan ketakutan yang tercetak jelas di wajahnya.
Han Feng Juan berdiri dan berjalan menghampiri Permaisuri Xin Jiawei.
"Kau mungkin bisa menipu ibuku, tapi kau lupa dia mempunyai seorang anak laki-laki yang siap membalas dendam."
"Aku yakin kau pasti sangat terkejut melihatku masih hidup, kan?"
"Wanita jalang!"
Satu pukulan keras mendarat di wajah wanita itu hingga membuatnya tersungkur ke lantai, sedangkan mahkota yang selama ini menjadi kebanggan nya kini telah terlepas dari kepalanya dan tergeletak di lantai bagaikan barang tak berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...