Pertengkaran bersaudara

48 6 0
                                    

Han Xia Ming berjalan ke dalam kamar menyusul sang kakak yang sudah lebih dulu masuk bersama Han Liang Wu.

Jujur saja, ia sangat ingin mengajukan protes lagi pada ayahnya mengenai kediaman yang ditempati kakaknya selama ini. Bagaimana tidak? Rasanya ia ingin menangis setiap memasuki kamar sederhana yang bahkan tidak bisa dikatakan layak huni. Bahkan kakaknya sudah tinggal di sini selama bertahun-tahun lamanya.

Perabotan usang terlihat mulai rapuh termakan rayap, lantai kasar, dan pakaian yang kakaknya gunakan juga berbahan kasar untuk ukuran seorang pangeran pertama.

"Kakak," ujar gadis itu, lalu duduk di tepi ranjang Han Xi Fang yang sedang berbaring. Terlihat Han Liang Wu juga berdiri di sebelahnya.

"Apa Kakak tidak ingin kediaman yang lebih baik? Aku bisa meminta Ayah atau Ibu untuk memberikan kediaman yang pantas untukmu," ucap Han Xia Ming, dan dibalas anggukan setuju dari adik laki-lakinya itu.

"Benar, aku juga akan membantu. Apa Kakak tidak merasa tidak nyaman dengan semua ini? Kakak adalah saudara kami, Kakak kami, juga anak Ayah dan Ibu. Kita sama.."

"Tidak. Kita berbeda," potong Han Xi Fang. Tidak. Adiknya salah mengenai semua itu. Sudah sangat jelas bahwa mereka berbeda.

Tangan lentik dan halus Han Xia Ming memegang tangan Han Xi Fang yang terdapat banyak bekas luka. Tangan putih bersih yang beberapa tahun lalu ia lihat sudah tergantikan dengan tangan kasar penuh bekas luka. Entah apa yang kakaknya alami selama ia ada di perguruan hingga seperti ini. Di dahinya juga seperti ada bekas luka goresan yang ditutupi rambut.

Saat tangan gadis itu ingin menyibak rambut Han Xi Fang, dengan buru-buru pria itu menghalanginya. Penolakan yang kakaknya tunjukkan justru semakin membuat Han Xia Ming curiga.

"Jujur pada kami. Apa Kakak kedua melakukan sesuatu pada Kakak? Bekas luka itu.." tanyanya penasaran. Kakak adik itu saling tatap, seolah memahami pikiran masing-masing.

"Xiao Yan tidak melakukan apa-apa. Aku terjatuh saat berjalan di halaman belakang minggu lalu," jawab pria itu, yang tentu saja berbohong.

Namun, bukan jawaban seperti itu yang Han Xia Ming dan Han Liang Wu inginkan. Mereka sangat yakin jika Kakak kedua nya itu melakukan sesuatu pada Kakak kesayangan mereka.

"Kakak jangan berbohong pada kami. Jika memang benar bajingan itu yang melakukannya, kami akan memberitahu Ayah untuk menghukumnya," ujar pemuda itu dengan yakin. Secara tidak langsung membuat Han Xi Fang geleng-geleng kepala.

"Sudah, kembalilah untuk istirahat. Kalian pasti lelah," tutur pria itu.

Han Xia Ming menghela nafas panjang. Kakaknya memang tidak pernah mau jujur.

"Jika kami tidur di sini, apakah boleh? Kami ingin bersamamu, Kak. Iya, kan, Liang'er?" Tanya gadis itu, dan dibalas anggukan semangat dari Han Liang Wu.

"Sebaiknya jangan. Kalian pasti tidak nyaman jika tidur di ranjang ini. Pergilah ke kediaman kalian," balas Han Xi Fang menolak. Tidak mungkin ia akan membiarkan kedua adiknya tidur di ranjang keras miliknya. Mereka pasti merasa tidak nyaman.

Akan tetapi, tolakan itu tak dihiraukan oleh keduanya. Mereka naik dan tidur di sisi kiri dan kanan Han Xi Fang yang berada di tengah-tengah. Lalu mereka memeluk Han Xi Fang penuh kehangatan.

"Kakak sangat pelit. Ayo tidur, hari sudah semakin siang. Apa perlu aku menyanyikan lagu tidur?" Ujar Han Xia Ming polos. Sedangkan Han Xi Fang hanya terkekeh geli mendengar ucapan adiknya. Ia membelai wajah Han Xia Ming dan Han Liang Wu, lalu tertidur.

Di tempat lain....

Terlihat Han Xiao Yan yang sedang berkeliling mencari kedua adiknya yang bahkan belum menemuinya sama sekali setelah kembali dari perguruan.

Wajahnya yang arogan nampak semakin menakutkan saat ia mengerutkan alisnya kesal. Sampai ia melihat beberapa pelayan yang lewat tak jauh darinya.

"Hei kau! Kemari!" Ucap Han Xiao Yan pada segerombolan gadis pelayan dengan nada menakutkan.

Para gadis pelayan itu menatap takut pada Han Xiao Yan yang terlihat sangat menyeramkan. Mereka melihat satu sama lain.

"Kau, pergilah ke sana. Yang Mulia memanggilmu," ucap gadis itu pada salah satu temannya. Yang ditunjuk sontak menggeleng cepat.

"Kau saja." Dia mendorong temannya yang lain.

Melihat para pelayan itu begitu lama, membuat Han Xiao Yan kehabisan kesabaran. Ia mengepalkan tangannya erat.

"KEMARI ATAU BENWANG AKAN MEMENGGAL KEPALA KALIAN SATU PER SATU!!" Teriaknya amat murka.

Seketika mereka semua mendatangi Han Xiao Yan dan menunduk di hadapannya.

"Salam hormat kami pada Yang Mulia Pangeran," ujar mereka serentak, dengan kaki gemetar menahan ketakutan setengah mati.

"Sangat lamban!"

"Apa kalian melihat ke mana putri ketiga dan pangeran keempat pergi?" Tanyanya mengintimidasi.

"Menjawab, Yang Mulia Pangeran. Hamba melihat putri dan pangeran berada di kediaman pangeran pertama," jawab salah satu pelayan.

Setelah mendapatkan informasi, ia meninggalkan para gadis pelayan itu begitu saja.

Setelah Han Xiao Yan pergi, kaki mereka mendadak lemas hingga keringat dingin tampak membasahi dahi.

Han Xiao Yan berjalan dengan langkah tegap berwibawa. Aura mengintimidasi seorang pangeran berkuasa terpancar dari dalam dirinya. Hal itu membuat semua orang yang berada di bawah statusnya langsung menunduk hormat.

"Apa yang mereka lakukan di kediaman si sampah itu," gumam Han Xiao Yan penuh kebencian. Ia tidak suka jika adik-adiknya dekat dengan Han Xi Fang yang masih berstatus sebagai saingannya untuk mendapatkan tahta. Meskipun ia tahu jika dia tidak akan pernah mendapatkannya. Tapi tetap saja, ia harus waspada dengan orang-orang yang ada di belakang sampah itu.

Setelah sampai, tanpa basa-basi ia langsung memasuki kediaman Han Xi Fang. Alangkah terkejutnya saat melihat pemandangan yang membuat darahnya seolah mendidih panas.

Apa ini?! Kedua adiknya tidur bersama dengan si sampah itu?! Tidak-tidak! Ia tidak bisa membiarkan mereka lebih dekat lagi!

Ia melangkahkan kakinya ke arah mereka bertiga dan menarik tangan kedua adiknya dengan kasar, hingga mereka langsung terbangun dari tidur nyenyak. Begitupun dengan Han Xi Fang yang merasa terusik.

"Bangun! Apa yang kalian lakukan di sini?!" Sentak pemuda itu marah.

Han Xia Ming yang dibangunkan dengan cara tidak sopan pun langsung melayangkan tatapan tajam kepada Han Xiao Yan. Ia berjalan dan berdiri di hadapan manusia arogan yang sudah merusak mimpi indahnya.

PLAK!

Tamparan keras sekaligus pedih itu mendarat di pipi kanan Han Xiao Yan hingga membuatnya memalingkan wajah. Dia menatap nyalang adik perempuannya yang sangat kurang ajar dan berani menamparnya.

Han Xia Ming membalas tatapan sang kakak tak kalah nyalang. Ia benci saat tidurnya diganggu oleh orang yang tidak memiliki etika. Apa orang ini tidak diajari sopan santun?!

"Kau!" Jarinya menunjuk wajah gadis itu dengan tangan gemetar marah.

"Apa?!" Tantang Han Xia Ming. Ia semakin mencondongkan tubuhnya dengan arogan ke arah Han Xiao Yan. Seolah-olah dirinya sama sekali tidak takut pada gertakan kosong yang dilontarkan padanya.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang