Perjodohan?!

26 4 0
                                    

Ling Zhui tak henti-hentinya menggerutu atas apa yang dilakukan dua orang aneh yang mengaku sebagai sahabat Han Feng Juan. Apa benar Han Feng Juan bersahabat dengan orang seperti mereka? Mereka adalah anak-anak nakal yang suka mabuk-mabukan, ia harap Han Feng Juan tidak terpengaruh dan mengikuti sikap sahabatnya.

"Apa-apaan mereka?! Masih pagi tapi sudah mencari masalah! Memangnya hal apa yang akan Ayah tawarkan padaku sampai mereka sangat takut seperti itu?" Gerutunya sambil bertanya-tanya. Ah, sudahlah, toh nanti ia akan tahu.

"Feng'er memang tampan. Aku sangat menyukainya." Gadis itu bergidik salah tingkah sendiri saat membayangkan betapa tampannya paras Han Feng Juan. Wajahnya tegas, hidung mancung, bibir tipis, alis rapi seperti pedang, matanya tajam sekaligus mempesona, hingga siapa saja yang menatapnya akan langsung terhipnotis. Dan, ya, ia adalah salah satu korban dari mata itu. Ah, ia jadi malu.

Gadis itu berhenti dan meraba wajahnya dengan tatapan sendu.

"Tapi... mana mungkin Feng'er mau menerima wajahku yang seperti ini? Apa aku harus menunjukkan wajah asli ku?" Tanyanya dalam hati. Dapat ia lihat dengan jelas betapa tebalnya bedak yang menempel di jari tangannya. Tak heran kalau semua orang memandangnya aneh. Sudah lima tahun lamanya ia hidup dalam kepalsuan seperti ini, namun ini lebih baik daripada hidup di dalam ketakutan. Bagaimana pun kecantikan ini pernah menjadi bencana baginya.

"Nona Ling?"

Sebuah suara terdengar dari arah belakang sehingga mengejutkan Ling Zhui yang tengah melamun. Ia berbalik dan menemukan salah satu pengurus perguruan. Ia tersenyum dan sedikit membungkuk.

"Salam, guru."

Pria paruh baya yang disebut guru itu tersenyum seraya mengelus jenggotnya yang mulai tercampur warna putih.

"Apa yang Anda lakukan di sini, nona? Melamun di lorong sepi," tanyanya. Namun, gadis itu menggeleng dan tersenyum, sehingga gigi gingsul nya sedikit terlihat, yang membuat senyumnya begitu manis.

"Bukan apa-apa, guru. Saya hanya sedikit tidak fokus."

"Saya mendengar jika master memiliki sesuatu untuk diberitahukan pada Anda, nona. Sebaiknya Anda segera pergi ke sana," ungkap pria paruh baya itu dengan senyum misterius yang telah menjadi ciri khasnya sejak lama.

Ling Zhui semakin dibuat heran. Mengapa orang-orang terus mengatakan bahwa ayahnya akan mengatakan sesuatu? Ia semakin penasaran, terlebih lagi ketika Wen Jinan dan Zheng Yihao yang begitu mewanti-wanti agar dirinya menolak permintaan ayahnya.

"Baiklah kalau begitu, saya akan segera ke sana. Salam, guru." Gadis itu berpamitan, kemudian membungkukkan badannya sedikit dengan sopan dan berlalu pergi.

Tak lama kemudian ia sampai di sebuah pintu yang satu-satunya berukuran besar dan berukir, menandakan ruangan ini adalah ruangan penting.

Tangan Ling Zhui terangkat dan mengetuk pintu sebanyak tiga kali, lalu masuk setelah mendapatkan sahutan dari dalam.

Pintu terbuka dan menampilkan sosok pria tua berhanfu putih berpadu abu-abu sedang duduk di kursi meja kerjanya yang berada di sudut ruangan.

"Ayah." Ia melangkah mendekat ke arah meja dan berdiri di samping kursi tanpa berniat duduk sebelum dipersilahkan.

Pria tua yang dipanggil Ayah itu tersenyum melihat putrinya. Kecewa rasanya saat melihat wajah cantik putri satu-satunya yang ia miliki harus ditutupi seperti ini.

"Duduklah."

Setelah dipersilahkan, barulah gadis itu berani duduk. Ia sungguh sangat penasaran.

"Ayah ingin mengatakan sesuatu padamu."

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang