Seperti kata Xin Jiawei, gadis itu selalu pulang sore hari setelah menghabiskan waktu dari pagi sampai sore untuk bermain di hutan bersama Han Zhen Wu.
Satu hal yang tidak pernah diketahui oleh Xin Jiawei mengenai Putra Mahkota Han. Rupanya pria itu tidak benar-benar bersembunyi dari musuh atau menunggu lukanya sembuh. Melainkan karena misinya untuk membuat hati Xin Jiawei luluh masih belum padam.
Malam itu, Han Zhen Wu sempat didatangi oleh salah satu tangan kanannya berserta tiga orang prajurit utusan kaisar, mereka datang bermaksud untuk membujuknya agar mau pulang ke istana dikarenakan permaisuri sangat mengkhawatirkannya.
Han Zhen Wu menolak keras, ia meminta mereka untuk pulang saja dan berhenti mendatanginya, ia juga berjanji, satu minggu kemudian dirinya akan membawa pulang penyebab dirinya ingin tetap berada di dalam hutan. Dengan berat hati, beberapa orang utusan itu akhirnya meninggalkan hutan.
Sepanjang hari Han Zhen Wu menemani Xin Jiawei bermain di hutan, mencari herbal, dan bunga liar untuk sekedar menambah koleksinya.
Hari demi hari pria itu mulai melihat perubahan sikap Xin Jiawei padanya. Gadis itu lebih perhatian padanya, menyuapinya makanan, atau bahkan bercerita banyak mengenai hari-harinya. Ah, ya, untuk menyuapi makanan, itu karena dirinya beralasan bahwa tangannya sangat sakit karena luka yang belum sembuh total. Itulah awal kedekatan tercipta di antara mereka.
Xin Jiawei adalah gadis baik rendah hati yang hanya menginginkan sebuah cinta tulus dan hanya menjadi yang utama. Tapi dia melakukan kesalahan besar dengan mencintai sosok Han Zhen Wu. Pria mata keranjang yang sayangnya hanya menempatkan Tang Jia Ning di dalam hatinya.
Gadis dengan marga Xin itu jatuh ke perangkap Han Zhen Wu. Dia akhirnya luluh dan harus menelan segala kenyataan pahit yang tak pernah dirinya bayangkan. Ia tak menyangka jika Putra Mahkota Han telah memiliki tunangan, yang dimana gadis itu adalah wanita pilihan, juga putri tunggal dari seorang jendral besar. Berbeda dengan dirinya yang hanya berasal dari kalangan bangsawan kelas rendah yang semakin membuatnya minder, meskipun kaisar dan permaisuri tak pernah mempermasalahkannya.
Dadanya sesak dan matanya memanas saat melihat Han Zhen Wu menikah dengan orang lain di depan matanya. Ia dijanjikan sebuah gelar selir agung di masa depan, dan yang lebih parahnya lagi, ia akan dinikahi besok, setelah pernikahannya dengan Tang Jia Ning.
Sosok pria manis dan perhatian yang dirinya kenal ternyata hanyalah topeng belaka untuk membuatnya jatuh cinta, namun kenyataannya sangatlah berbeda. Kata-kata manisnya itu bukan hanya dilontarkan untuknya seorang, melainkan pada semua wanita yang menjadi targetnya.
Di ujung meja paling sudut, gadis berhanfu hijau muda itu duduk menyendiri. Rambutnya ditata rapi dengan tambahan perhiasan emas pemberian dari Han Zhen Wu. Matanya yang berkaca-kaca menatap nanar kedua pengantin di depan sana. Ini semua salahnya karena menerima lamaran Han Zhen Wu.
Calon suaminya duduk bersanding dengan wanita lain. Wajah mereka berdua sangat bahagia. Tapi ada satu yang membuat sakit hati Xin Jiawei sedikit memudar. Ia sangat mengagumi sosok Tang Jia Ning.
Pantas saja dia dipilih sebagai istri utama Han Zhen Wu. Di memang sempurna, bahkan saat mengetahui bahwa dirinya harus berbagi suami dengan selir lain yang entah berapa jumlahnya nanti. Kenyataannya, Tang Jia Ning adalah yang paling sakit melebihi rasa sakit hatinya, namun dia masih bisa tersenyum. Sangat berbeda dengan dirinya yang telah merasa sesak sedari tadi.
Semua itu larut begitu saja sampai esok hari, hari pernikahannya. Semua memberi selamat dan hadiah, termasuk Tang Jia Ning, dia memeluk istri kedua suaminya itu dengan hangat. Xin Jiawei sempat terkejut, ia pikir istri pertama suaminya akan menaruh rasa benci pada dirinya. Tapi semua itu salah.
Hubungan mereka berdua semakin akrab seperti layaknya sahabat. Hal itu tentu saja membuat Han Zhen Wu bahagia saat melihat kedua istrinya rukun. Kasih sayang yang pria itu berikan juga sama rata, tidak ada yang dibeda-bedakan, membuat keduanya tidak pernah menaruh iri hati sama sekali.
Semuanya berjalan baik-baik saja sampai hari penobatan Putra Mahkota Han Zhen Wu sebagai Kaisar Han yang baru, juga dipasangkan nya mahkota permaisuri di atas kepala Tang Jia Ning.
Sementara Xin Jiawei duduk di kursi barisan ketiga keluarga kekaisaran sebagai selir pertama, sebelum dirinya juga diberikan gelar sebagai selir agung beberapa jam kemudian. Ia senang dan tak pernah iri, sebab berfikir betapa baiknya orang-orang pada dirinya.
Pada saat dirinya duduk di salah satu kursi pojok yang sepi, karena memang dirinya tak suka terlihat terlalu menonjol. Tanpa disangka ia didatangi oleh seorang pria berpakaian khas pejabat istana. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Menteri Keuangan Luo Chang.
Xin Jiawei menghormatinya, begitupun sebaliknya. Mereka duduk berdua dan sedikit berbincang, sebelum akhirnya Luo Chang memulai topik yang secara tidak langsung menjadi awal kehancuran.
"Yang Mulia, apakah Anda tidak pernah berfikir mengenai mahkota permaisuri?" Luo Chang bertanya seraya mengelus kumis hitamnya dengan tatapan heran dan sebelah alis terangkat.
Xin Jiawei mengerutkan keningnya bingung.
"Apa maksudmu, menteri?"
"Apakah Anda tidak lelah menjadi yang kedua selama ini? Tidakkah Anda pernah membayangkan betapa indahnya masa depan jika Anda adalah ibu dari kaisar selanjutnya?" Ujarnya mulai menghasut. Ia menggerak-gerakkan kedua tangannya ke udara seraya tersenyum, menggambarkan betapa indahnya masa depan yang disarankannya.
Wanita cantik itu menatap tak suka pada Luo Chang. Apa maksud menteri ini? Ia tidak pernah membayangkan untuk merebut hak milik orang lain.
"Saya rasa menteri terlalu ikut campur urusan rumah tangga kami bertiga," sahut Xin Jiawei dengan tatapan tajam. Nada bicaranya pun terdengar gelap.
"Tidak, Yang Mulia, tidak. Bukan itu maksud menteri ini. Seorang selir tetaplah selir meskipun terdapat kata 'agung' di dalamnya. Yang Mulia pastinya akan memiliki seorang anak, apakah tidak sebaiknya jika Anda memikirkan masa depan mereka?"
"Contohnya menjadi pewaris tahta," imbuhnya disertai senyuman miring.
"Ayah Yang Mulia pasti akan sangat bangga karena garis keturunannya bisa menjadi seorang kaisar." Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Xin Jiawei, kemudian berbisik,
"Tidakkah Anda berniat balas dendam kepada Yang Mulia Kaisar? Ingat, kaisar yang telah menjatuhkan hukuman penggal pada ayah Anda tanpa pembelaan," bisiknya, yang seketika membuat Xin Jiawei membelalakkan matanya terkejut. Darimana menteri ini tahu mengenai masa lalu keluarganya?
Menyadari wanita itu bungkam, ia lantas bangkit dari tempat duduknya untuk meninggalkan tempat itu.
"Tunggu!"
Luo Chang tersenyum miring.
"Darimana kau mengetahui itu semua?" Tanya Xin Jiawei, menatap punggung menteri keuangan itu dengan tatapan penuh tanya.
"Itu sudah menjadi rahasia umum. Saat kejadian itu hamba menjabat sebagai penasihat kaisar. Mudah bagi hamba untuk mengingat semuanya," jawabnya tanpa berbalik. Lalu pergi dari sana, meninggalkan Xin Jiawei yang berada di ambang kebimbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...