"YANG MULIA KAISAR MEMASUKI KEDIAMAN!"
Suara teriakan menggelegar kasim di luar berhasil membuat ketiga orang di dalam terkejut. Mendengar sebutan 'kaisar' wajah Han Xia Ming langsung tertekuk kesal dan mencibir tanpa suara. Han Liang Wu yang melihat wajah kakaknya hanya bisa geleng-geleng kepala.
Tak lama kemudian seorang pria paruh baya menggunakan setelan lengkap khas seorang kaisar masuk ke dalam kamar. Hanfu emas dengan garis hitam di bagian bawah dan lengan, serta motif naga pada hanfu mewahnya.
Kaisar Han berhenti dan berdiri di tepi ranjang tempat Han Xi Fang berbaring. Hening. Tak ada reaksi apapun selama beberapa menit, hingga Han Liang Wu memutuskan untuk berdiri dan memberikan salam hormat sebelum sebuah amukan terdengar di telinganya.
"Salam, Ayahanda. Semoga Anda berumur seribu tahun." Pemuda itu sedikit membungkuk. Ia menatap sang ayah seraya tersenyum tipis untuk sekedar menghormatinya.
"En," jawab Kaisar Han. Mata tajamnya melirik ke arah Han Xia Ming yang masih duduk di samping Han Xi Fang tanpa mau menatapnya.
"Ekhem!" Kaisar berdehem, menegur putrinya yang sudah mulai kurang ajar.
Han Xia Ming sangat sadar kalau pak tua itu menatapnya, tapi ia tak perduli. Ia sibuk meniup dan mengelap kukunya agar senantiasa berkilau.
Menyadari situasi dan hawa mencekam yang amat kentara, Han Xi Fang memutuskan untuk duduk dan memberikan salam untuk menyapa Kaisar Han. Sedangkan Han Xia Ming menyerngit heran pada kakaknya yang mau repot memberikan salam untuk kaisar tua itu.
"Salam, Yang Mulia Kaisar." Han Xi Fang menunduk dan menyatukan kedua tangannya di depan.
Kaisar Han mengulum bibirnya untuk menahan tawanya yang hampir lepas saat melihat Han Xi Fang salah arah. Bagaimana tidak? Jelas-jelas ia berdiri di sisi kanan ranjang, tapi dia malah menunduk menghadap depan. Anak ini memang payah dan tidak berguna. Sangat memalukan.
"Kakak, tidak perlu melakukan itu," bisik Han Xia Ming, ia menarik bahu kakaknya ke belakang dan memaksanya berbaring meskipun Han Xi Fang tidak ingin, dan akhirnya ia pasrah.
Gadis itu menatap tajam Kaisar Han yang masih menahan tawanya. Apa-apaan dia ini?! Wajar jika kakaknya tidak mengetahui di mana dia berdiri.
"Ada apa Yang Mulia datang kemari?" Tanya gadis itu dengan nada tak bersahabat. Ia menatap lurus, enggan melihat wajah ayahnya sendiri.
Kaisar Han mengerutkan keningnya tak suka saat putrinya bersikap tidak sopan seperti ini.
"Jaga sopan santun mu, Han Xia Ming!" Ujar Kaisar Han penuh tekanan.
Mendapati ucapan tak mengenakan seperti itu lantas membuat Han Xia Ming menoleh dan menatap tajam langsung ke mata Kaisar Han.
"Ayah lah yang harus menjaga sikap. Sopan kah mentertawakan orang yang tidak bisa melihat seperti itu?" Balas gadis itu pedas.
Pria paruh baya itu semakin mengerutkan keningnya marah. Baru datang ia sudah disambut seperti ini, masih untung ia mau repot-repot melihat anak tidak berguna itu.
"Itu tidak ada kaitannya dengan sopan santun. Hanya lucu saja melihat garis takdir yang telah memberi Zen anak seperti ini," jawab Kaisar Han enteng. Ia sengaja mengeraskan suaranya agar anak tidak berguna itu bisa mendengar ucapannya secara jelas.
Han Liang Wu duduk di sebelah kakaknya. Ia diam-diam meraih tangan pria itu di balik selimut dan menggenggamnya. Saat memegang tangan Han Xi Fang, pemuda itu terkejut karena tangan kakaknya mengepal erat. Ia menatap wajah Han Xi Fang yang tak berekspresi apa-apa. Diam diam dan bungkam.
"Kakak.. bersabarlah," batin Han Liang Wu iba.
"Jika Kakek dan Nenek masih hidup, dia akan sangat kecewa karena memiliki putra sepertimu!"
"Jangan membawa nama mereka di sini!" Bentak pria paruh baya itu. Jari telunjuknya terangkat tepat di hadapan Han Xia Ming yang sama marahnya dengan ayahnya.
Han Xia Ming berdiri tepat di hadapan Kaisar Han. Matanya memerah karena marah.
"Kenapa? Nenek sangat menyayangi cucunya. Sayang sekali dia sudah meninggal, jika tidak, Kakak tidak akan hidup dengan ketidakadilan seperti ini!"
"Xia'er."
Han Xia Ming yang hendak membuka mulutnya untuk berbicara lagi menjadi terhenti saat tangannya diraih oleh Han Xi Fang. Ia menoleh ke belakang.
Pria tampan dengan mata tertutup kain putih itu menggeleng pelan.
"Sudah, jangan diteruskan," ujarnya.
"Tap.."
"Duduklah," potong Han Xi Fang saat adiknya akan berbicara lebih banyak lagi. Mau tak mau Han Xia Ming terpaksa duduk di tepi ranjang, tapi matanya masih menatap tajam Kaisar Han.
"Lihatlah, bahkan si buta itu lebih mengerti daripada kau yang tidak terdidik meskipun telah bersekolah selama sepuluh tahun di perguruan," kata Kaisar Han yang kembali memancing emosi gadis itu.
Di tengah perdebatan mereka, tiba-tiba seorang kasim masuk setelah mengetuk pintu.
"Salam hormat hamba kepada Yang Mulia Kaisar, berserta putri dan pangeran." Kasim itu membungkuk hormat di belakang Kaisar Han.
"Yang Mulia, pangeran kedua membutuhkan Anda," ujarnya.
Kaisar Han sontak berbalik dengan wajah cemas ketika mendengar kabar dari putranya.
"Apa yang terjadi padanya?" Tanyanya dengan nada cemas, yang justru membuat Han Xia Ming dan Han Liang Wu menatap tak suka pada pria paruh baya itu. Baru mendengar pesan dari Han Xiao Yan dia langsung cemas, sedangkan ada kakaknya di sini yang bahkan lebih parah dari dia malah tidak dipedulikan.
"Kondisi pangeran kedua kembali memburuk, Yang Mulia. Permaisuri mengharapkan kehadiran Anda di sana."
"Baiklah."
Kaisar Han langsung pergi dari kediaman Han Xia Ming begitu saja tanpa meninggalkan sepatah kata, berbalik pun tidak.
"Aaaaaa! Sialan!" Gadis itu berteriak keras untuk melupakan kekesalannya, tak perduli jika teriakannya akan terdengar hingga ke luar halaman. Terserah!
"Han Xiao Yan! Dia lagi dia lagi!"
"Pasti dia hanya berpura-pura. Masa hanya mogok makan selama beberapa minggu saja sampai separah itu?! Apa istimewanya dia?" Han Xia Ming geram setengah mati. Ia menghentakkan kakinya di lantai dengan perasaan jengkel. Sedangkan Han Liang Wu dan Han Xi Fang hanya diam. Mereka tahu kalau gadis itu sedang kesal dan tidak bisa diganggu.
"Kakak juga kenapa menghentikan ku?! Ada banyak hal yang harus aku katakan padanya!" Kini Han Xi Fang yang diamuk oleh adiknya sendiri.
"Justru karena itulah Kakak mengentikan mu. Biarkan orang-orang berbicara sembarangan pada kita, tapi kita tidak boleh seperti mereka. Menjaga mulut itu penting," tutur Han Xi Fang menasehati. Sementara Han Xia Ming hanya diam sembari menahan kekesalan yang masih ada.
"Kau mengerti?"
"Iya, iya," jawab gadis itu dengan wajah cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...