Aksi

16 4 0
                                    

Di tengah sunyinya malam di rumah Lou Chang, menteri sialan itu, Han Feng Juan tengah berdiri tegap di atas atap kamar menteri tersebut. Dari ujung rambut sampai ujung kakinya terbalut warna hitam, menggunakan hanfu khusus bela diri, dan kain penutup wajah yang hanya menyisakan matanya yang tetap terlihat. Ia tidak mau tahu, malam ini ia harus mendapatkan bukti itu.

Setelah menyelidiki lebih lanjut, ia mengetahui bahwa Luo Chang sedang tidak ada di rumahnya dan pergi entah kemana. Namun, ia tahu jelas kemana pak tua licik itu pergi, tapi dirinya tidak punya waktu untuk mengurusi hal itu karena tidak penting menurutnya.

Menteri licik itu sangat bodoh. Lihatlah, di luar hanya ada dua orang pengawal yang berjaga di pintu halaman kediamannya, itupun letaknya cukup jauh di depan sana. Nampaknya perjalanannya akan sangat mudah.

"Tamatlah riwayatmu...." Batinnya.

Tap!

Kakinya menginjak lantai di belakang kediaman Menteri Luo Chang. Ia segera menyelinap masuk setelah menghancurkan jendela kayu berukuran sedang itu dengan tiga kali pukulan tangan.

Saat kakinya sampai di lantai kamar. Ia berbalik dan terkejut mendapati dirinya sedang dikepung oleh sekitar lima orang berpakaian hitam yang semuanya tengah menodongnya menggunakan pedang panjang.

"Sial!"

Han Feng Juan mengumpat dalam hati seraya melangkah mundur secara perlahan saat melihat sekumpulan orang-orang yang sedari tadi menatapnya dengan pandangan membunuh. Untungnya ia sempat membawa satu belati dan serbuk racun, serta bubuk cabai untuk berjaga-jaga. Dan jumlah ini cukup tidak seimbang baginya.

Tapi tak apa, ia adalah orang yang kuat, hebat dan cerdas. Mereka bukanlah apa-apa baginya. Hanya butiran debu.

"Siapa kau?! Penyusup!" Tanya salah satu dari di antara mereka dengan nada tinggi menggertak, yang tentu saja tidak membuat nyali Han Feng Juan ciut.

Pria itu bersikap santai dan bersandar pada tembok sambil melipat kedua tangannya di dada. Ia menatap remeh satu per satu dari mereka.

"Ramai sekali. Memangnya rahasia apa yang menteri sembunyikan saat dia sedang tidak berada di rumahnya?" Tanyanya.

Mereka menatap satu sama lain, dan kembali berfokus pada Han Feng Juan yang terlihat santai-santai saja.

Ketika mereka lengah, tanpa terduga, di tangan pria itu sudah terdapat kantung kecil berisi bubuk cabai yang ia sembunyikan di balik punggungnya. Ia tersenyum miring di balik kain hitam yang menutupi separuh wajahnya.

"Rasakan ini!"

Dengan cepat juga gesit, Han Feng Juan melempar bubuk cabai yang digenggamannya ke arah mata kelima orang-orang itu.

Mereka sontak melepaskan pedangnya dan sibuk berguling kesakitan seraya mengucek mata mereka yang terasa pedih.

Sementara sang pelaku saat ini tengah tertawa terbahak-bahak menyaksikan penderitaan para pengawal itu.

Salah satu di antara mereka bangun dan menyerang Han Feng Juan secara membabi-buta meskipun matanya terasa perih. Han Feng Juan menyambut serangan itu dengan senang hati menggunakan pedang yang ia ambil dari lantai. Suara dentingan pedang mewarnai sunyi nya malam hari.

Srekk...

"Akh!"

Pengawal itu terkapar tak bernyawa di lantai usai terkena tusukan pedang beracun yang baru saja mengenai perutnya. Ya, Han Feng Juan yakin dia sudah mati.

"SERANG!!"

Mereka berempat berdiri dan mengepung pria itu dari empat sisi seraya menodongkan pedang ke arah kepalanya. Sementara Han Feng Juan berputar tanpa melepaskan pandangan tajamnya dari mereka.

Ia melompat dan terbang melangkahi kepala mereka dan keluar dari lingkaran yang mereka buat, kemudian langsung menghunuskan pedangnya ke arah punggung dan leher dua pengawal hingga menyebabkan mereka langsung tewas di tempat.

Melihat ketiga rekan mereka yang tewas mengenaskan, dua pengawal itu lantas bersujud di kaki Han Feng Juan meminta pengampunan dan belas kasian.

"Tuan, ampuni kami. Kami memiliki anak dan istri di rumah," ujarnya histeris.

"Oh, benarkah?" Han Feng Juan mengangkat sebelah alisnya.

"Beri tahu Benwang dimana Luo Chang menyembunyikan semua bukti itu."

Mata keduanya melotot terkejut kala mendengar pria di hadapan mereka menggunakan sebutan 'Benwang' untuk dirinya, yang langsung membuat mereka menyimpulkan bahwa dia adalah seorang bangsawan kekaisaran.

"Di-di sana, Yang Mulia." Satu orang itu menunjuk sebuah lemari yang terletak di sudut ruangan.

Han Feng Juan berjalan ke arah lemari itu dan membukanya. Nihil. Tidak ada apapun di sana. Ia menatap tajam ke arah dua orang itu karena telah berani menipunya. Ia mengambil sebilah belati yang ia simpan di balik hanfu nya, kemudian berjalan ke arah mereka yang kini panik.

"Kalian berani bermain-main dengan Benwang?!" Ujarnya penuh penekanan.

Mereka bergerak mundur di lantai saat mendapati Han Feng Juan semakin mendekat dengan belati di tangannya.

"Kami tidak berbohong, Yang Mulia. Ada pintu ruang bawah tanah di bawah lemari itu." Buru-buru salah satunya menjelaskan sebelum sebuah tusukan mendarat di tubuh mereka.

Pria itu memasang ekspresi datar. Banyak bicara! Kenapa tidak daritadi saja mengatakan bahwa ada ruang rahasia?! Si pak tua itu juga senang sekali merepotkan diri dengan membuat ruang bawah tanah untuk menyembunyikan bukti. Payah sekali!

Kakinya melangkah, dan dengan sekuat tenaga mendorong lemari yang berukuran cukup besar itu. Sedikit demi sedikit bergeser hingga menampakkan sebuah pintu kayu di atas lantai yang dihalangi oleh rantai besi menyilang.

Han Feng Juan berjongkok, lalu menarik paksa rantai yang menghalangi dengan sekuat tenaga. Beberapa menit melakukannya, tapi semuanya sia-sia. Ia berdiri, wajahnya terlihat kesal, juga nafasnya yang tersengal-sengal sambil berkacak pinggang.

"Sial! Terkunci!" Umpat Han Feng Juan, sembari memperhatikan gembok yang menyegel kedua rantai.

Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melirik tajam dua orang yang sedang berjongkok santai seperti patung itu, seraya menyaksikan dirinya yang bersusah-payah tanpa ada niat membantu sedikitpun.

"Apa kalian akan diam saja melihatku?!"

"Dimana kunci itu?!" Tanyanya kesal.

Mereka sontak berdiri tegak dan menghampirinya ketika mendengar bentakan Han Feng Juan.

"Kami tidak tahu, Yang Mulia," jawabnya takut-takut. Matanya diam-diam melirik ke sekitar pinggang Han Feng Juan untuk memastikan bahwa pria itu tidak sedang memegang belati.

"Bubuk cabai atau kunci?" Tanyanya dengan wajah datar menyeramkan. Sungguh, moodnya sedang tidak bagus sekarang.

"Kami benar-benar tidak tahu, Yang Mulia. Kami hanya diperintahkan untuk menjaga kamar ini." Wajah pengawal itu dipenuhi keringat dingin.

"Aaghh!"

Prang!!

Dengan emosi yang memuncak, Han Feng Juan membanting belati di tangannya ke lantai dengan keras, yang berhasil membuat dua orang itu terlonjak kaget. Ia melangkah mendekat ke meja laci di kamar Luo Chang untuk menemukan kunci yang sedang ia cari-cari.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang