Kekejaman Han Xiao Yan pada Han Xi Fang

33 5 0
                                    

Berminggu-minggu telah berlalu, bersamaan dengan lamanya Kaisar Han yang menggelar sayembara untuk menemukan sang anak.

Kaisar Han sangat sibuk mengurusi kompetisi, ia terlihat sangat berambisi untuk menemukan putranya dari mendiang permaisuri terdahulu. Sehingga secara tidak langsung menyebabkan Han Xiao Yan dan para antek-anteknya ketar-ketir, juga marah akan tindakan kaisar yang mereka anggap telah gila karena mencari orang yang sudah jelas tidak mungkin ada.

Banyak orang berbondong-bondong datang dan mengaku sebagai Han Feng Juan, bahkan beberapa dari mereka sangat kentara menunjukkan kebohongan. Bagaimana tidak? Jika dihitung, umur Han Feng Juan sudah memasuki angka 25 tahun, sedangkan rata-rata orang-orang itu berumur lebih. Dan, errr... tampang mereka sangat tidak meyakinkan. Tidak ada mirip-mirip nya dengan kedua orangtuanya. Kaisar dan permaisuri.

Setiap hari, pasti ada saja beberapa orang yang datang dan mengaku-ngaku sebagai sang pangeran yang telah lama dirumorkan meninggal. Tapi pertanyaannya? Bagaimana kaisar bisa mengetahui ciri-ciri putranya? 

Tentu saja bisa. Karena di lengan sebelah kiri pangeran terdapat tanda lahir berbentuk kobaran api. Dan sejauh ini tidak ada yang benar-benar menunjukkan bukti tersebut.

Tak memperdulikan apapun. Kaisar Han bahkan mengabaikan amukan Permaisuri Xin Jiawei, para menteri pendukung Han Xiao Yan, dan Han Xiao Yan sendiri, tentunya. Pasalnya, kaisar telah berjanji pada Permaisuri Xin Jiawei untuk menjadikan putra keduanya sebagai pemegang tetap kursi naga di masa depan. 

Keadaan semakin memburuk saat Kaisar Han jelas-jelas membentak permaisuri pada saat puncak kemarahan wanita itu.

"Apa yang begitu kalian takutkan?! Zen hanya mencari anak Zen dari permaisuri terdahulu! Memangnya kenapa jika dia kembali? Bukankah itu kabar gembira?!" 

Kalimat yang dilontarkannya terus bergema di telinga ibu dan anak itu. 

"SIAL!"

BRAK!!

Han Xiao Yan membanting meja kecil di hadapannya hingga patah menjadi dua bagian. Nafasnya memburu seiring bertambahnya kadar emosi di kepalanya. 

Benar-benar brengsek! Takdir memang sedang tidak berbaik hati pada hidup ini. Untuk mempermudah jalan menuju tahta saja harus dipersulit.

"Aaghh!! Sialan kalian!"

Pemuda itu menjambak rambutnya frustasi, sehingga urat lehernya sampai menonjol karena tarikan suaranya yang keras.

"Si buta itu saja belum bisa ku singkirkan, dan sekarang ada satu lagi?! Ooh..!! Mati saja kalian semua!" Teriak Han Xiao Yan semakin menggila, menghiasi awal pagi di musim dingin. Kamar megahnya sudah tidak berbentuk lagi, bak kapal pecah sehabis diterjang ombak. 

Terfikir kan sesuatu, ia langsung beranjak keluar dari kediamannya dan menuju suatu tempat, ditemani oleh dua prajurit andalannya. Ia butuh pelampiasan untuk sedikit menenangkan amarah.

Hingga tibalah mereka bertiga di depan kediaman Han Xi Fang yang sepi. Tanpa basa-basi, mereka langsung masuk ke dalam, mengacau kediaman yang semula rapi menjadi sama hancurnya dengan kediaman sebelumnya.

"Hei! Di mana kau bersembunyi?!" Teriak Han Xiao Yan, sambil berjalan masuk ke dalam kamar Han Xi Fang. 

Mereka melihat seorang pria yang tengah tertidur di ranjang kayunya, menggunakan selimut dan meringkuk dengan posisi miring. Sepertinya dia sedang kedinginan. Tapi selimut setipis itu tidak mungkin bisa melindunginya dari udara dingin yang menusuk. Sangat berbeda dengan dirinya. Memakai jubah berbulu yang hangat dan MAHAL. 

"Di sini kau rupanya," ujar Han Xiao Yan. Kakinya melangkah mendekati pria itu. Tanpa aba-aba, ia menarik tangan Han Xi Fang dan menghempaskan nya ke lantai dengan keras.

Bruk!

Pria tampan berwajah pucat itu terbangun. Ia terkejut, lalu berusaha bangkit dengan bertumpu pada tangannya yang gemetar kedinginan, ditambah demam tinggi yang menyerangnya.

Namun, sebelum Han Xi Fang sempat duduk, Han Xiao Yan telah mencengkram erat kerah hanfu putihnya yang berbahan kasar. Ia menarik paksa kain penutup mata pria malang tersebut dan melemparnya sembarang arah.

Kini mata Han Xi Fang terbuka, menampilkan manik abu-abu yang seharusnya berwarna hitam kecoklatan. Pemuda bermantel bulu itu berdecih remeh.

"Han Xiao Y-an...."

"Ada apa? Mengapa kau tidak melawan seperti biasanya? Aku benci lawan yang lemah!"

BUGH!

Ia memukuli Han Xi Fang yang tak berdaya sesuka hatinya, mencengkram kerah hanfu pria itu lalu mendorongnya ke tembok.

"Kalian." Han Xiao Yan menunjuk dua prajurit di depannya.

"Kami, Yang Mulia,"

"Seret sampah ini ke luar. Benwang ingin melihatnya mati kedinginan,"

Han Xi Fang menggeleng pelan dengan sisa tenaganya. Ia mencengkram kuat dadanya yang terasa begitu sakit bagaikan ditusuk ribuan jarum. Tapi Han Xiao Yan tidak memperdulikan semua itu, ia malah semakin senang menyaksikan betapa tersiksanya Han Xi Fang. 

Dua prajurit tersebut menarik tubuh lemah Han Xi Fang, diikuti oleh Han Xiao Yan di belakang. 

Semakin dekat dengan pintu, udara dingin semakin terasa di tubuh Han Xi Fang yang hanya dilapisi hanfu biasa, tanpa pelindung apapun seperti saudaranya. Dinginnya udara bahkan sudah menusuk tulang pria itu.

Sampai akhirnya mereka berhenti di halaman belakang. Bukan apa-apa, hanya saja ia tidak ingin ada orang yang mengganggu kegiatan menyenangkan ini. Dan kalau bisa, ia ingin sekalian melenyapkan satu penghalang menuju tahta.

"Lempar dia ke tumpukan salju. Biarkan sampah ini mati perlahan,"

"Ku mo-hon... jang-an lak-ukan itu...." lirih Han Xi Fang, lemah.

Tapi Han Xiao Yan tetaplah Han Xiao Yan.

"Lakukan!"

Sama seperti sang majikan. Dua prajurit tersebut tega melemparkan Han Xi Fang ke dalam dinginnya tumpukan salju di tanah, bersamaan dengan turunnya butiran salju serta hembusan angin yang kian kencang. 

Han Xi Fang memeluk lengannya erat untuk menghalau rasa dingin, meskipun ia tahu jika itu semua sia-sia. Bibir pucat nya bergetar kedinginan, dan sekujur tubuhnya menggigil.

Pria tampan itu duduk bersimpuh di atas salju, diiringi rambutnya yang kian memutih ditimpa salju yang turun dari atas. Sedangkan Han Xiao Yan bersama kedua prajurit itu tengah tertawa terbahak-bahak menyaksikan penderitaan Han Xi Fang.

"Lihatlah dia, malang sekali nasibnya," ejek pemuda itu disertai tawa kepuasan.

Sepuluh menit kemudian akhirnya Han Xi Fang jatuh pingsan akibat kedinginan dan demam tinggi. Melihat hal itu, masih juga tak membuat Han Xiao Yan puas. Ia menguap bosan.

"Ayo pergi. Kita tinggal menunggu kabar kematiannya esok," ujarnya tanpa rasa kasihan sama sekali. Kemudian berlalu pergi begitu saja, meninggalkan kediaman dan juga sang pemilik yang sedang berada di ambang kematian.

Beberapa menit kemudian, tampak seorang gadis cantik sedang berjalan seraya membawa bahan makanan, selimut tebal, dan obat penurun demam. 

"Kenapa berantakan sekali? Aneh." Ia menaiki tangga dan memasuki kamar kekasihnya. Kosong.

"Fang'er? Kamu di mana?" Ujar Xiao Ran sedikit berteriak, sembari menaruh barang-barangnya di atas meja.

Tak mendapatkan sahutan. Xiao Ran berjalan mencari Han Xi Fang hingga ke halaman belakang. Mata indahnya mencari kesana-kemari, sampai ia menangkap sesuatu yang aneh, lalu berjalan mendekat. 

Gadis itu melebarkan matanya ketika melihat seorang pria yang tergeletak di atas tumpukan salju dan nyaris terkubur. Ia berlari menghampiri pria itu.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang