Han Feng Juan menggeleng dengan raut wajah kebingungan. Nyaris membuat Jenderal Tang Zhou tertawa terbahak-bahak melihat kebodohan cucunya.
"Hmm.. begini saja. Katakanlah kau memiliki seorang sahabat dekat, dan ternyata kalian mencintai gadis yang sama. Jadi, apa yang akan kau lakukan?" Ia bertanya.
"Kakek tidak perlu bertanya lagi. Sudah pasti aku tidak akan membiarkannya merebut gadis milikku," jawabnya dengan yakin.
"Nah! Itu dia!" Pria paruh baya itu menjentikkan jari, saat mendapatkan jawaban yang sesuai dengan dugaannya.
"Tapi ibumu tidak melakukan itu," ujar Jendral Tang Zhou santai.
Han Feng Juan mengangkat sebelah alisnya. Ia jadi semakin bingung dengan penjelasan kakeknya. Tidak bisakah pak tua ini langsung mengatakan intinya saja? Namun sedetik kemudian, ia mulai mengerti. Mulutnya terbuka lebar dengan alis meninggi.
Melihat ekspresi Han Feng Juan, Jenderal Tang Zhou tersenyum senang.
"Jangan bilang jika Ibu mengalah demi selir itu!" Han Feng Juan menebak dengan raut antusias bercampur tegang.
Senyum Jenderal Tang Zhou seketika luntur ketika mendengar perkataan bodoh cucunya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.
"Anak bodoh! Jika ibumu mengalah, dia tidak akan menjadi permaisuri sekaligus istri utama kaisar! Dan kau tidak akan ada di dunia ini!" Geram. Itulah yang pria paruh baya itu rasakan.
"Terserah. Semua ini membuatku sakit kepala. Aku akan mulai bersiap untuk menyamar. Dan kita mulai semuanya dari sini." Han Feng Juan menatap datar, lalu bangkit, bergegas menuju kamar untuk mengganti pakaiannya dengan yang lebih lusuh dan sederhana.
Selang beberapa waktu, ia akhirnya selesai. Dirinya mengenakan hanfu lusuh berwarna abu-abu pucat, dengan paduan hitam pada bagian ujung lengan dan kerah leher. Rambutnya ia ikat dengan rapih ke atas. Tak lupa membuat gorengan bekas luka di pipi, agar sekiranya bisa menutupi wajahnya yang mirip dengan sang ayah. Namun, biarpun begitu, ketampanannya masih terlihat.
Han Feng Juan berangkat ke istana hanya berjalan kaki, dan rencananya ia akan menumpang pada sebuah gerobak pedagang karena jarak rumah jendral dengan istana yang lumayan jauh.
Di tengah-tengah perjalanan, di tempat yang sepi, Han Feng Juan dicegat oleh dua orang bandit. Mereka adalah dua pria gemuk berpenampilan menyeramkan, masing-masing membawa belati yang diselipkan di pinggang.
Mereka mendatanginya seraya melihat penampilannya dari atas ke bawah.
"Serahkan uangmu!!" Bentak bandit itu dengan suara menggelegar, sambil menodongkan senjata tajam.
Pria tampan itu hanya memasang wajah datar. Matanya menatap satu satu dari dua bandit di hadapannya. Terlihat bodoh dan... lemah. Cih, hanya menang penampilan.
"Saya tidak membawa uang. Permisi," ujarnya acuh, kemudian berjalan menjauh.
Mendengar perkataan pria lusuh itu, lantas membuat dua bandit tersebut merasa geram karena diremehkan.
"BERANINYA KAU! RASAKAN INI!!"
Mereka menyerang Han Feng Juan dari arah belakang. Tapi ia segera berbalik dan menangkis serangan itu secara gesit, membuat bandit gemuk itu terkapar di tanah. Tak sia-sia ia belajar bela diri di perguruan selama bertahun-tahun, rupanya berguna juga.
"Sebaiknya kalian bekerja. Kekaisaran ini tak membutuhkan orang-orang pemalas," kata Han Feng Juan. Ia berbalik dan mulai berjalan, meninggalkan bandit yang diselimuti amarah karena merasa harga dirinya terinjak-injak oleh seorang pria lusuh.
Pria gemuk itu mengambil batu cukup besar yang berada di sampingnya. Dengan amarah yang memuncak, dia melemparkan batu itu ke arah Han Feng Juan yang berjalan memunggungi mereka.
BUGH!
"Akh!" Han Feng Juan nyaris terjatuh ketika merasakan sebuah benda keras mendarat di bahunya. Ia berbalik dan menatap tajam dua bandit di hadapannya.
"Shh... sialan!" Ia mendesis sinis saat merasakan denyutan nyeri yang menjalar di bahunya. Bandit-bandit ini benar-benar membuat darahnya mendidih di pagi hari!
Ia berjalan dengan langkah marah ke arah dua orang itu dan berhenti tepat di hadapannya.
Melihat kedatangan Han Feng Juan, bandit tersebut lantas tersenyum miring. Bagi mereka, Han Feng Juan hanyalah anak muda sok sangar.
"Apa?! Cepat serahkan uangmu!!" Desak bandit gemuk lain.
Mendengar gertakan kosong dan desakan tak bermutu yang memuakkan di telinganya, membuat Han Feng Juan mengepalkan tangannya erat-erat.
"Kenapa hanya..."
BUGH!!
Satu pukulan keras mendarat di wajah bandit tersebut, hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. Dia terhuyung ke belakang sembari memegangi pipinya yang baru saja mendapatkan hadiah.
Belum sempat melawan, ia sudah menghujani mereka berdua dengan segala jurus pukulan dan tendangan yang dikuasainya. Sorot matanya tajam penuh amarah. Lain kali, dirinya akan menangkap semua bandit-bandit yang bertebaran di seluruh wilayah kekaisaran. Mereka hanya membuat emosi bangsa dan negara, sama sekali tidak berguna.
Seolah puas dengan pelajaran yang diberikannya, ia segera pergi dari sana, meninggalkan dua orang yang terkapar tak berdaya.
"Ck! Merepotkan," cibirnya masih kesal.
Sekitar sepuluh menit berjalan, Han Feng Juan tiba di dekat pasar. Ia berjalan seraya melihat-lihat setiap gerobak yang berjalan, bermaksud ingin menumpang sebentar hingga sampai ke dekat istana. Selama berjalan, matanya benar-benar dibuat sejuk akan pemandangan indah.
Yap! Apa lagi kalau bukan gadis cantik yang berlalu-lalang di sepanjang jalanan pasar? Tidak ada sesuatu di dunia ini yang bisa membuat pria tampan itu cukup senang dan bahagia, kecuali para gadis cantik. Wanita-wanita yang akan dengan senang hati bersedia menghangatkan ranjangnya. Katakan? Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
Puas melihat hal yang menyegarkan mata, hati, dan pikiran. Han Feng Juan akhirnya memutuskan untuk segera bergegas sebelum hari semakin siang. Ia melihat sebuah gerobak kayu dengan muatan bawaan bahan pangan sedang berjalan ke arahnya, gerobak itu ditarik seekor kuda hitam dan dikendalikan oleh seorang pria yang sepertinya lebih muda darinya.
Merasa cocok, ia segera berdiri di sisi jalan, lalu melambaikan tangan.
"Tolong berhenti," ujarnya cukup keras.
Pemuda berhanfu coklat berpadu merah tersebut berhenti di depan Han Feng Juan.
"Iya, apa aku bisa membantumu?" Tanya pemuda itu ramah.
Mendengar sambutan yang baik, ia lantas tersenyum ramah juga.
"Begini, bisakah saya menumpang sebentar hingga ke dekat istana? Hanya sampai di ujung jalan berbelok di sebelah sana." Han Feng Juan menunjuk jalan lurus berbelok yang mengarah ke tempat yang agak rimbun dengan pohon. Pemuda itu melihat jalan yang ditunjukkan olehnya. Memang itulah salah satu jalan pintas menuju istana, daripada harus melewati jalan bagus, tapi sangat jauh.
"Baik, naiklah ke belakang." Dia mempersilahkan, dan diangguki oleh Han Feng Juan.
"Terima kasih,"
Ia naik, kemudian duduk di dekat karung beras. Gerobak berjalan dengan kecepatan santai, sehingga sempat juga matanya melihat kesana-kemari, mencari sesuatu yang menyegarkan. Namun, yang dilihatnya rata-rata adalah gadis yang 'kurang' cantik, menurutnya. Mereka terlalu gemuk dan berkulit agak gelap.
Tak seperti seleranya, gadis cantik berkulit putih bersih tanpa cacat, tubuh ramping, bibir merah muda tipis yang terlihat manis saat tersenyum, juga lemah lembut dan pemalu. Sangat sempurna, cocok dengan dirinya yang tampan dan gagah perkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...