Kecantikan ini...

32 5 0
                                    

"Kalau begitu, aku pamit, Ayah." Gadis itu berdiri dari duduknya dan sedikit membungkuk sebagai tanda penghormatan, sebagaimana mestinya ia telah diajarkan.

"En," jawab Master Ling.

Ling Zhui beranjak ke arah pintu dan menarik pintu besar itu untuk keluar, kemudian menutupnya.

"Ehh!"

Belum sempat ia berbalik setelah menutup pintu, tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh seseorang dan membawanya ke sudut tembok di ujung lorong.

"Awh.. apa yang kau lakukan?!" Ia mengangkat kepalanya dan menatap orang yang telah sembarangan menarik tangannya.

Ohh.. rupanya dua penggosip ini. Wen Jinan dan Zheng Yihao.

"Ssshhtt..!" Zheng Yihao meletakkan jari telunjuknya di bibir sambil mendelik ke arah Ling Zhui, mengisyaratkan gadis itu untuk diam.

"Ck! Apa?!" Ling Zhui menghentakkan tangannya dari cengkraman Zheng Yihao hingga terlepas, lalu menatap tajam pria tinggi di hadapannya. Apa-apaan mereka ini?! Tidak jelas!

"Bagaimana?" Tanya Wen Jinan dengan raut wajah penasaran. Alisnya mengkerut dan memandangi Ling Zhui dengan tatapan serius.

"Bagaimana apanya?" Balas Ling Zhui tak mengerti. Ia mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Agh! Masa begitu saja tidak mengerti? Bagaimana keputusanmu? Apa kau menerima tawaran master?" Zheng Yihao menyahut. Ekspresinya pun tak jauh berbeda dari Wen Jinan yang sepertinya sangat menantikan sebuah jawaban yang keluar dari mulutnya.

Gadis itu diam sejenak, kemudian menarik sudut bibirnya. Ia melipat kedua tangan di dada sambil memasang wajah sombong.

"Tentu saja. Tidak mungkin aku tidak menerimanya," ujar Ling Zhui, seraya mencondongkan tubuhnya di depan dada Zheng Yihao dengan raut wajah enteng tanpa dosa.

"APA?!"

Kompak sekali. Mereka memekik terkejut secara bersamaan ketika mendengar jawabannya. Menakjubkan.

"Katakan kalau kau berbohong?!" Bentak Wen Jinan. Pria itu mendekati Ling Zhui dengan tangan terkepal erat hingga urat tercetak jelas di tangan dan lehernya.

Akan tetapi hal itu tentu saja tak membuat Ling Zhui gentar. Ia tetap memasang wajah datar dan cuek, seolah-olah tak perduli tentang bagaimana reaksi dari dua orang di hadapannya.

"Terserah kalian mau menganggap itu nyata atau tidak. Yang jelas, suatu hari nanti kalian akan melihatku duduk di samping Feng'er sebagai seorang permaisuri, haha..." Gadis itu tertawa terbahak-bahak. Namun, suara tawanya lebih terkesan mengejek Wen Jinan dan Zheng Yihao yang sudah merah padam menahan amarah.

"Beraninya kau?!" Wen Jinan sangat marah. Harga dirinya telah diinjak-injak oleh gadis bedak ini!

"Ikut aku!" Tanpa aba-aba pria itu menarik tangan kanan Ling Zhui dan menyeretnya ke belakang bangunan dan diikuti oleh Zheng Yihao yang sama marahnya dengan sang sahabat, menuju sebuah tempat, di mana tidak ada siapapun yang mungkin bisa melihat bagaimana caranya melampiaskan kemarahan.

"Lepaskan! Tolong!" Ling Zhui berteriak histeris saat dirinya diseret dengan kasar oleh Wen Jinan.

"DIAM!"

Bruk!

"Aduh!"

Wen Jinan melemparkan tubuh Ling Zhui ke bawah, hingga tubuh mungilnya terduduk di dilantai pemandian, sedangkan di sampingnya terdapat sebuah bak berukuran sedang berisi air, yang otomatis langsung membasahi hanfu yang ia kenakan.

"Ku rasa burung putih ini haus karena terlalu banyak berkicau. Tanpa ia sadari bahwa kicauannya telah membangunkan singa," ujar Wen Jinan. Ia mendekati gadis itu dan mencengkram erat dagunya, kemudian mengusap kasar wajah Ling Zhui yang dipenuhi bedak.

"Lepaskan aku, bodoh!" Bentak Ling Zhui dengan mata memerah, seraya menarik-narik tangan kekar pria itu agar terlepas dari dagunya. Apa yang Wen Jinan lakukan?! Penyamarannya bisa terbongkar!

Melihatnya, Zheng Yihao mendekati mereka berdua sambil menatap penuh selidik. Sorot matanya fokus memandangi pipi Ling Zhui yang tak tertutup bedak. Tunggu, mengapa kulitnya sangat putih dan halus? Bukankah dia ini buruk rupa?

"Wen, aku merasa curiga dengannya. Coba kau perhatikan pipi kirinya yang tidak tertutup bedak. Aku rasa dia menutupi sesuatu," ucap Zheng Yihao yang kini berdiri di sebelah temannya. Mengetahui hal itu, Wen Jinan lantas memperhatikan bagian yang disebut oleh Zheng Yihao. Namun, sebelum ia benar-benar memperhatikannya, Ling Zhui telah lebih dulu menutup pipinya dengan tangan. Tidak! Mereka tidak boleh tahu!

"Ck! Singkirkan tanganmu, sialan!" Wen Jinan menghempaskan tangan Ling Zhui yang menutupi sebelah pipinya dengan kasar, sedangkan gadis itu telah menangis karena mendapatkan perlakuan kasar dari dua orang di hadapannya.

"Kau benar. Gadis ini menyembunyikan sesuatu," ujarnya setelah memperhatikan lebih dekat. Ia melirik bak air di sebelah Ling Zhui, kemudian tersenyum miring.

"Tentu saja kita harus tahu, kan?" Tanyanya dengan senyuman jahat. Ling Zhui menggeleng cepat di tengah ketakutannya. Ia memberontak dan berusaha melarikan diri, tapi itu hanyalah sia-sia.

Wen Jinan sudah tak sabar, ditambah dengan pemberontakan yang dilakukan Ling Zhui yang semakin membuatnya tertantang. Ia mencengkram kedua bahu gadis itu, lalu mencelupkan wajahnya ke dalam bak dan menekannya dalam.

Wen Jinan dan Zheng Yihao tertawa terbahak-bahak melihat kesengsaraan Ling Zhui yang kini tak berdaya di tangan mereka. Bukankah dia sangat sombong sebelumnya? Maka inilah balasannya!

Wen Jinan yang mencengkram rambut Ling Zhui kini menekan dan menarik kepala gadis itu berulangkali, keluar-masuk dari bak air hingga air di dalam bak menjadi putih karena tercampur oleh bedaknya yang tebal.

Diperlakukan seperti itu tentu saja membuat Ling Zhui menjadi lemas karena terlalu banyak menelan air. Bahkan belum sempat dirinya mengambil napas, kepalanya kembali ditekan oleh Wen Jinan.

"Cukup, Wen! Kau bisa membunuhnya!" Pekik Zheng Yihao kala melihat Ling Zhui yang sudah lemas tak berdaya. Ia takut jika temannya sampai melewati batas dan akan berakhir dengan buruk. Apalagi dengan posisi gadis ini sebagai putri tunggal Master Ling.

Wen Jinan tersadar, ia menghentikan aksinya dan membiarkan Ling Zhui bersandar di sisi bak. Mata gadis itu kini setengah terbuka sambil menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya.

Berbeda dengan Wen Jinan dan Zheng Yihao. Dua pria itu berdiri kaku dengan raut wajah terkejut saat melihat wajah asli Ling Zhui.

"Ba-bagaimana bisa?" Suara Zheng Yihao tercekat sebab terlalu terkejut akan fakta yang baru saja tersaji di depan matanya.

Wajah tirus menggemaskan dengan mata belo, bulu mata lentik, bibir mungil semerah cerry, alis rapih dan kulit bersih tanpa cacat sedikitpun.

"H-hei.. katakan ini semua tidak nyata?" Tanya Wen Jinan pada temannya.

"Dewi kecantikan. Tak pernah aku melihat gadis secantik ini seumur hidupku," ujar Zheng Yihao tanpa sadar, ia terlalu terpukau oleh kecantikan Ling Zhui.

Saat hendak mendekati Ling Zhui yang terkapar lemas, tiba-tiba langkah mereka dihentikan oleh suara bariton seseorang di kejauhan yang jelas tengah memanggil nama mereka.

"Ayo! Kita tinggalkan saja dia di sini! Guru mencari kita!" Zheng Yihao sangat panik. Buru-buru ia menarik tangan Wen Jinan yang masih berdiri kaku untuk meninggalkan area belakang. Mau tak mau, Wen Jinan terpaksa mengikuti temannya dn pergi dari sana.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang