Keanehan

36 5 0
                                    

"Jika saja hidup ini sedikit lebih berwarna... warna cinta... hmmmm... hmmm.."

Han Feng Juan bersenandung kecil di sepanjang perjalanan menuju kamarnya. Ia begitu menghayati setiap nada lagu yang baru-baru ini diciptakannya. Tapi meskipun begitu, ia tetap berjalan tegap dengan kedua tangan berada di belakang punggung.

"Wanita cantik yang menari-nar..."

Nyanyian Han Feng Juan terhenti saat melihat seorang gadis cantik yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Tangannya terlihat naik turun, antara mengetuk dan urung terhadap pintu di depannya, wajahnya juga nampak bimbang.

Melihat hal itu, ia lantas mendatanginya dengan hati berbunga-bunga. Ah, kecantikan wanita adalah satu hal yang tidak bisa ditolak. Ia siap, meskipun dirinya harus mengibarkan bendera perang untuk mendapatkan kecantikan seorang gadis.

"Tidak ada gunanya mengetuk pintu itu, karena pemiliknya ada di sini," ujarnya disertai senyuman manis pemikat andalannya.

Gadis cantik dengan wajah tirus, bibir tipis semerah ceri dan bulu mata lentik itu menoleh ke samping. Dia terpaku kala melihat pria tampan bertubuh tinggi sedang berdiri di depannya. Dia sedikit mundur dengan tatapan takut, yang justru membuat Han Feng Juan sedikit terkejut.

"Jangan takut gadis manis, aku tidak akan menyakitimu. Perkenalkan, namaku Han Feng Juan." Ia mendekati gadis itu sembari mengulurkan tangan. Perlahan, uluran tangan Han Feng Juan dibalas oleh tangan halusnya.

"Ak-aku, Liu Jianxie, keponakan Selir Agung Liu Qing Qing," ucap Liu Jianxie.

Han Feng Juan cukup terkejut mendengar statusnya. Ternyata selir agung memiliki keponakan secantik ini. Daftar selirnya jadi bertambah banyak, sangat menyenangkan.

Sayangnya ia tidak bisa menjaga mata untuk saat ini. Rasanya begitu berbeda ketika melihat tubuh indah Liu Jianxie. Begitu sempurna dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Ah, begitu, senang bertemu denganmu,"

"Mari masuk, kurasa kita bisa sedikit berbincang-bincang. Bagaimana?" Imbuhnya.

Liu Jianxie mengangguk malu-malu, pipinya bersemu merona. Niat awalnya hanya ingin bertemu dan berkenalan dengan cucu Jendral Tang Zhou, seketika meminta lebih dari itu. Ia memang cukup sering berkunjung ke rumah jendral dikala bosan, tapi kali ini, ia mendapat kabar bahwa ada orang baru di rumah jendral.

Parasnya bahkan lebih tampan dari bayangannya. Bolehkah dirinya berteriak?!

Mereka berdua masuk ke dalam kamar, menutup pintu dan menghabiskan waktu berdua sambil berkenalan.

~~~~~~~

"Pangeran pertama?!"

Prajurit yang berjaga di depan gerbang nyaris menjatuhkan tombak di tangannya, ketika mendengar pernyataan yang dilontarkan oleh seorang pria dari toko senjata di hadapannya.

"Iya, pangeran pertama datang berkunjung ke toko kami seorang diri dan meminta hamba untuk menghantarkan belati ke istana, dikarenakan Yang Mulia tidak membawa cukup uang," sambungnya.

Prajurit itu berusaha terlihat tenang. Namun, di pikirannya mengganjal satu pertanyaan. Bagaimana bisa pangeran yang tidak bisa melihat itu keluar dari istana? Apalagi memesan belati? Mustahil.

"Tapi Yang Mulia Pangeran tidak memberi kami kabar tentang kepulangannya, jadi kami tidak memiliki alasan untuk percaya padamu,"

"T-tidak-tidak. Pangeran berkata jika dia tidak membutuhkan pengawal untuk mengantarnya kembali ke istana. Ah, dia juga mengenakan topi bertudung yang menutupi wajahnya," katanya berusaha meyakinkan.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang