Ruang bawah tanah

46 7 0
                                    

Di tengah situasi panas mereka, Luo Ming tiba-tiba menghentikan aktivitasnya. Hal itu tentu saja membuat Jang Anmi merasa kesal karena ia belum merasa puas.

"Sayang, kau ingin ke mana? Kita belum selesai melakukannya," ujar wanita itu memelas. Sedangkan Luo Ming sama sekali tidak menggubris ucapan sang wanita.

Buru-buru pria itu mengenakan kembali hanfu nya yang berwarna serba gelap tersebut, tanpa memperdulikan ekspresi kesal Jang Anmi yang duduk di ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya sampai bahu.

"Maaf, aku harus menyelesaikan misi malam ini. Aku akan menemui mu lain kali," ungkap Luo Ming dengan wajah datar. Kemudian dia melesat dengan secepat kilat dan menghilang di tengah gelapnya malam, meninggalkan kediaman Jang Anmi.

"Aaaaa! Dasar! Bisa-bisanya dia meninggalkanku di tengah permainan!" Pekik Jang Anmi marah. Ia mencabik-cabik selimut untuk meluapkan kekesalannya.

~~~~~~

Di tempat lain, tepatnya di sebuah ruangan dengan penerangan redup, terlihat dua orang lelaki yang tampak sedang membicarakan hal serius.

"Habisi dia malam ini. Besok pagi saya harus mendengar kabar kematiannya," ucap seorang pria tua berperawakan tegas dengan janggut putih cukup panjang kepada lelaki yang lebih muda darinya, seraya memberikan secarik kertas yang sudah tertulis data lengkap serta lokasi.

Laki-laki itu menerima kertas yang diberikan dan menyelipkannya di ikat pinggang hanfu nya, dan tanpa berlama-lama lagi, dia langsung pergi dari sana untuk menjalankan tugasnya.

Pria tua itu mengunci pintu, kemudian berjalan dan berhenti di sebuah lemari tinggi yang berukuran cukup besar yang berada di sudut ruangan, dia lalu mengambil posisi berdiri di samping lemari dan bersiap mendorongnya. Namun, sebelum itu dia tampak menatap sekeliling untuk memastikan keadaan sudah aman. Setelah dirasa aman, dia mendorong lemari tersebut hingga bergeser ke kanan.

Usai mendorong lemari, terlihat  sebuah pintu kayu berukuran persegi di lantai. Pintu tampak terkunci rapat dengan rantai besi yang menghalangi. Pria tua berjanggut putih itu merogoh sakunya lalu mengeluarkan sebuah kunci emas, dengan segera dia membuka pintu tersebut setelah memutar kunci. Terlihat sebuah ruangan gelap disertai banyak anak tangga yang nampak berdebu.

Dia meraih sebuah obor dan masuk ke dalam ruangan gelap tersebut, tak lupa menutup kembali pintu kayu itu dengan rapat.

Dia menuruni satu per satu anak tangga yang jumlahnya tak terhitung, membawanya ke sebuah ruang bawah tanah yang hanya dirinya dan beberapa orang setelahnya, yang mengetahui keberadaan ruang rahasia tersembunyi di bawah lemari kayu usang itu.

Meskipun sedang berjalan di tempat gelap berdebu yang terlihat menyeramkan, akan tetapi raut wajah pria tua itu masih sama. Datar dan siaga. Bunyi kelelawar dan jaring laba-laba yang kerap menghambat perjalanan, tak membuatnya merasa terganggu. Dia terus berjalan untuk memeriksa sesuatu yang sudah sangat lama disimpannya.

Sekitar lima menit kemudian, akhirnya pria tua itu sampai, lalu segera masuk ke sebuah ruangan setelah membuka pintu berdebu itu dengan kunci emas yang digunakannya sebelumnya.

Matanya disambut oleh sekumpulan perabotan usang dengan jaring laba-laba yang membungkus tebal setiap barang itu. Beberapa peti besar berisi emas, giok berharga, dan permata juga terlihat. Namun, dia datang bukan untuk semua itu, melainkan untuk sesuatu yang ada pada sebuah lemari yang berada di tengah-tengah peti harta tersebut.

Lagi-lagi pria tua itu membuka lemari menggunakan kunci yang sama. Sepertinya dia sudah mengatur semuanya sejak lama.

Pintu terbuka lebar, dia sempat terbatuk akibat banyaknya debu yang beterbangan memasuki hidungnya. Setelah mengibaskan tangannya untuk menghalau debu. Pria tua berjanggut putih itu nampak lega saat melihat semua barang-barang berada di tempatnya masing-masing.

Di lemari berdebu itu terdapat tiga tingkatan dan satu laci kecil di bawahnya. Tingkat paling bawah berisi beberapa gulungan kertas dan satu peti kecil dengan hiasan mewah yang menempel di sekelilingnya.

Tingkat ke-dua terlihat berbagai botol berisi racun yang sudah tersimpan bertahun-tahun lamanya.

Dan di tingkat paling atas terdapat sebuah lukisan seorang wanita cantik yang sedang tersenyum anggun, dengan hanfu merah mewah disertai mahkota emas agung menjuntai terpasang indah di rambutnya yang tertata rapi.

Tangan yang sudah tampak keriput tersebut mengambil lukisan di tingkat atas, lalu mengarahkan obor yang ada di tangannya agar bisa melihat lebih jelas. Matanya menatap datar lukisan seorang wanita yang sangat dikenalnya itu.

"Bagaimana kabar Anda, Yang Mulia Permaisuri?" Pria tua itu bertanya pada lukisan wanita yang dipegangnya.

"Sebaiknya Anda tetap berada di sini sampai semua rencana menteri ini terwujud." Dia meletakkan kembali lukisan itu di tempatnya semula, kemudian mengambil satu gulungan kertas dan memeriksanya. Setelah membaca isi gulungan kertas, pria tua itu mengambil satu botol racun berwarna merah pekat dan mencium aromanya, seolah dia seorang ahli racun.

"Aroma racun ini sangat memabukkan, masih bagus dan layak dipakai kembali," katanya disertai smirik penuh arti. Dia mengecek seluruh botol untuk memeriksa kondisi dari setiap racun di lemari tersebut.

Selesai dengan kegiatannya, pria tua itu mengunci kembali lemari, lalu keluar dari ruangan gelap tersebut. Semuanya dikembalikan dengan rapih seperti semula, begitupun tata letak lemari yang sebelumnya tergeser kembali ke tempatnya.

~~~~~~~~

Pagi harinya, seisi Istana Utama digemparkan dengan penemuan mayat seorang kasim di dekat sebuah sumur tua, yang berada di halaman paling belakang dekat tembok perbatasan. Tubuh seorang pria berumur sekitar 30 tahun itu tampak tergeletak mengenaskan, dengan luka tusukan di perut serta sayatan pada beberapa bagian lengan dan kakinya.

Para pelayan dan pengawal mengerumuni lokasi itu karena penasaran, meskipun pada akhirnya beberapa dari mereka muntah karena tidak kuat akan pemandangan mengerikan yang dilihatnya.

Kaisar dan permaisuri mendatangi tempat yang dimaksud untuk memeriksa kondisi sebenarnya. Setelah melakukan pemeriksaan, tak ditemukan barang bukti ataupun jejak apapun di sekitar lokasi. Tak ingin mengambil pusing, Kaisar Han langsung memerintahkan untuk memulangkan kasim itu pada keluarganya, serta diberikan satu kantong berukuran sedang berisi koin emas atas bentuk pertanggungjawaban.

Wajah Permaisuri Xin Jiawei terlihat lega saat melihat mayat kasim yang tergeletak itu.

"Pak tua itu ternyata cukup cepat menyingkirkan satu lalat pengganggu," batinnya. Kemudian pergi dari sana seolah tidak terjadi apa-apa.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang