08. Ketahuan

734 85 45
                                    

Ayo di VOTE dulu sebelum lanjut ke bawah ‼️

Kalau sudah, terimakasih ya bestie 💅

Sekian terima Mashi 🐹

✨ Happy Reading ✨

•••

Hazel akhirnya dapat tenang setelah rasa kram di perutnya hilang, dan sekarang Hazel sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.

"Vitaminnya jangan lupa di minum teratur ya dan jangan terlalu stress, gak baik untuk perkembangan dan kondisi janin." Nasehat dokter yang menangani Hazel tadi.

"Terimakasih, dokter." Jawab Jungwon.

Jungwon lalu memapah Hazel dan membantunya menuju kursi tunggu yang ada di luar ruangan.

"Kita tunggu ayah ambil vitaminnya dulu." Jelas Jungwon.

Hazel hanya diam saja sedari tadi. Satu katapun belum ada terucap darinya setelah dokter mengatakan tentang kehamilannya pada tuan Tarendra. Hazel benar-benar diam membisu bagaikan patung hidup. Begitu juga dengan ayah dan kedua adiknya, mereka tampak tenang seperti tak terjadi apapun. Namun, mereka terus mengabaikan Hazel dan hanya Jungwon yang bicara pada Hazel.

"Itu ayah sama kak Sunghoon. Ayo kak, kita pulang." Jungwon kembali memapah Hazel untuk membantunya berdiri.

Saat tuan Tarendra dan Sunghoon sampai di tempat Hazel dan Jungwon berdiri, mereka terus saja berjalan tanpa menghiraukan mereka berdua. Hazel pun semakin tertunduk melihat hal itu, rasa penyesalan kian menggebu di hatinya bagaikan hantaman ratusan pisau tajam.

"Ayo, kak." Ajak Jungwon.

Mereka berdua akhirnya berjalan di belakang, menyusul tuan Tarendra dan Sunghoon yang sudah jauh di depan sana.

Perjalanan di mobil semakin menekan Hazel, tidak ada satupun yang bersuara ataupun melihat dirinya. Mereka semua sibuk dengan pikiran masing-masing hingga tanpa terasa telah sampai di rumah.

Hazel yang menunggu ayahnya selesai memarkirkan mobil terus menggigit kukunya karena rasa takut. Sementara Sunghoon dan Jungwon sudah masuk ke kamar mereka masing-masing.

"Ayah," panggil Hazel saat ayahnya masuk ke rumah.

Lagi-lagi tuan Tarendra mengabaikan Hazel dan langsung masuk ke kamarnya tetapi tak menutup pintu kamar tersebut. Hazel pun berjalan perlahan memasuki kamar ayahnya.

Disana ayahnya tengah berdiri membelakangi pintu sembari melihat foto istrinya alias ibu kandung Hazel yang terpajang di dinding.

Tuan Tarendra menatap lekat foto itu sembari mengingat ekspresi Hazel yang saat itu tampak seperti sudah tau tentang kehamilannya, tidak ada wajah terkejut meskipun dokter sendiri yang mengatakan bahwa dirinya tengah hamil. Saat itu tuan Tarendra benar-benar hancur dan kecewa, namun karena tak ingin membuat putrinya malu, ia menahan amarahnya disana.

"Lihat, kan. Bahkan setelah aku menjaganya dengan begitu ketat dan penuh kasih sayang, dia masih dapat terlepas dari penjagaan ku." Ujar tuan Tarendra pada foto itu.

Saat itu juga air mata Hazel kembali jatuh bersamaan rasa sesak di dadanya.

"Ayah,"

"Apa selama ini saya telah menyiksa kamu hingga kamu mencari kasih sayang di luar sana?" Tuan Tarendra sedikit memiringkan kepalanya, menandakan bahwa ia berbicara kepada Hazel.

"Tidak, Ayah."

"Apa selama ini kamu terlalu terbebani karena harus mengurus rumah? Apa kasih sayang saya tidak terlihat? Atau karena cara rawat saya yang terlalu mengekang kamu?!" Hazel menggeleng ribut dengan suara tangisan yang mulai pecah.

Fate Love | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang