34. Berpamitan

854 99 47
                                    

jangan lupa baca sambil mendengarkan lagu,

Isyana Sarasvati - Tetap Dalam Jiwa

✨ Selamat membaca ✨

•••

Pagi yang cerah dengan sinar matahari yang belum terik, tuan Tarendra menggendong cucunya sembari berjemur untuk kesehatan cucu pertamanya itu. Ditemani oleh Sunghoon, mereka tampak bermain-main dengan Galleo menggunakan bola rattle yang dibeli Sunghoon sebagai hadiah untuk keponakannya, Galleo.

"Aih, lucunya. Udah gak rewel lagi sekarang." Ujar Sunghoon yang merasa gemas dengan Galleo.

"Iya ya, kemarin nangis terus, diem nya pas tidur doang," sahut tuan Tarendra menyetujui.

"Mungkin karna udah ketemu papanya kali, selama kita pergi kak Jihoon kan yang nemenin kak Hazel di rumah?"

"Mungkin." Jawab tuan Tarendra.

Memang, selama tuan Tarendra dan Sunghoon belum di rumah, Jihoon lah yang selalu menemani Hazel setiap malam. Bukan atas permintaan Hazel, tapi entah bagaimana Jihoon selalu memiliki berbagai cara dan alasan agar bisa menginap di sana. Salah satu cara yang dilakukannya adalah beralasan ketinggalan barang dan akan dipakai keesokan harinya untuk pekerjaan. Hazel terus mencari namun tak menemukannya dan berujung Jihoon harus menginap karena harus menemukan barang itu. Saat keesokan harinya, barang itu pasti sudah ditemukan oleh Jihoon sendiri.

Sejujurnya Hazel tau itu hanya akal-akalan Jihoon saja, namun tak bisa dipungkiri Hazel memang butuh ditemani karena masih merasakan takut akibat pencurian itu. Tapi sekarang tuan Tarendra dan Sunghoon sudah pulang ke rumah, jadi tidak ada lagi alasan Jihoon untuk menginap di rumah Hazel.

"Bawa masuk Leo, udah cukup berjemur nya," tuan Tarendra menyerahkan Galleo pada Sunghoon.

Setelah Sunghoon membawa Galleo masuk, sebuah mobil yang sangat dikenali datang dan berhenti di pekarangan rumah. Saat orang itu keluar dari mobil, tuan Tarendra pun langsung menyambut dengan baik.

"Loh, Jihoon, Yoshi, tumben pagi-pagi udah kesini? Ayo, masuk." Ajak tuan Tarendra.

"Hazel nya ada, ayah?" Tanya Jihoon.

"Ada di dalam lagi masak. Mau ketemu Hazel, ya?"

"Gak, ayah. Saya mau ketemu ayah, tapi di sini aja, gapapa? Soalnya saya udah harus berangkat lagi."

"Oh, iya. Gapapa, nak. Silahkan,"

"Saya mau pamit, ayah. Mungkin selama satu tahun ini saya akan tinggal di Jepang karena ada pekerjaan di sana, dan hari ini saya akan berangkat ke Jepang."

"Mendadak sekali, Hoon. Hazel udah tau?" Jihoon menggeleng lemah.

"Jihoon titip surat ini aja untuk Hazel," tuan Tarendra menerima surat yang diberikan oleh Jihoon.

"Jaga diri kamu baik-baik, ya. Nanti sesekali telepon aja ayah kalau kangen sama Leo," wajah sedih Jihoon seketika berubah sedikit bersemangat mendengar perkataan tuan Tarendra.

"Makasih banyak, ayah. Saya pasti akan telepon."

"Yoshi juga, kalau kangen sama Leo, datang aja ke sini, jangan sungkan, ya. Hubungan Jihoon dan Hazel mungkin terputus, tapi hubungan kekeluargaan Galleo dan kalian jangan ikut terputus juga."

"Iya, om." Jawab Yoshi dengan senyuman ramah nya.

"Kalau gitu saya pamit dulu, ayah. Terimakasih sekali lagi,"

"Gak mau pamit sama Leo dan Hazel?"

Jihoon memandangi pintu rumah tuan Tarendra yang terbuka lebar, "saya takut jadi gak mau pergi kalau liat mereka."

Fate Love | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang