19. Dilanda kebimbangan

829 99 189
                                    

Jangan lupa tarik nafas dulu yang panjang baru lanjut baca ya

VOTE juga!!

Sekian terima Woopy🐺

✨ Selamat membaca ✨

•••

Hazel terbaring di kasurnya dengan lemas, tubuhnya ia miringkan membelakangi pintu kamar. Sedari tadi Hazel terus berada di posisi itu tanpa bergerak sedikitpun. Mata Hazel juga bengkak karena habis menangis, bahkan sudah terasa perih, dadanya pun masih terasa nyeri dan sesak memikirkan semua masalah yang terjadi.

Suara pintu yang dibuka tetap tak membuat Hazel bergerak sedikitpun dari posisinya, ia sudah tau yang masuk pasti Jihoon, jadi ia hanya mendengarkan segala pergerakan Jihoon yang akhirnya berbaring di sebelah Hazel.

Hazel dapat mendengar helaan nafas lelah dari Jihoon, namun hal itu tetap tak membuatnya bergeming. Ia sudah terlalu lelah hari ini, tak ingin menambah rasa sakit hati jika berbicara dengan Jihoon.

Beberapa menit kemudian Hazel dapat mendengar dengkuran kecil dari Jihoon, sepertinya pria itu sudah tertidur dan benar-benar tak mempedulikan Hazel sedikitpun.

Ah, rasa sesak di dada Hazel kembali hadir, sakit hatinya yang terpendam kembali keluar dalam bentuk air mata. Hazel kembali menangis dengan suara yang ditahannya, lehernya bagai tercekik karena terus menahan isakan yang ingin keluar.

Sakit, menahan suara isakan tangis sungguh sakit. Bahkan karena terlalu kuat menahannya, perut Hazel mulai merasakan kram kembali.

"Akh! Ssh," Hazel mendesis kesakitan dengan tangan yang terus mengelus perutnya.

Hazel terus mencoba menghentikan tangisannya agar rasa kram nya ikut hilang, namun tetap saja ia tak bisa hingga sebuah tangan kekar melingkar di perutnya dan membuat tangisan Hazel pecah tak dapat ditahan lagi.

"Berisik, Gue mau tidur," ucap Jihoon.

"Ma-af," ucap Hazel dengan terbata karena isakan tangisnya.

"Diem! Tidur!" Suruh nya.

Tangan Jihoon terus mengelus perut Hazel yang membuat Hazel mulai tenang dan akhirnya tertidur setelah beberapa menit.

Hazel masih tersedu-sedu dalam tidurnya, hal itu berhasil menggoyahkan hati Jihoon dan membuatnya bimbang. Ia lalu duduk dan memandangi wajah Hazel dengan lekat.

"Apa yang harus gue lakuin sama lo, Zel? Secepat ini lo buat gue sayang sama lo, tapi secepat itu juga lo hancurin kepercayaan gue, lo hancurin hidup gue, Zel." Tuturnya dengan lirih pada Hazel yang sudah tertidur.

Jihoon mengecup sekilas kening dan pipi Hazel lalu beranjak turun dari kasur dan menuju kamar lamanya yang berada di lantai dua. Jihoon duduk di sebuah bangku yang ada di balkon kamarnya. Sembari menatap langit, helaan nafas terus terdengar dari mulut Jihoon.

"Gue udah nyakitin Freya dengan putusin dia tiba-tiba, dan gue tinggal nikah, gue udah coba menerima anak itu, bahkan gue udah sayang sama anak itu, tapi kenapa Lo harus jahat Zel. Kebahagiaan gue di Freya harus hancur gara-gara lo," monolognya sambil menatap langit yang dipenuhi bintang.

Jihoon begitu bingung, baginya pernikahan itu bukan main-main, tak ada kata cerai dalam kamus hidup Jihoon. Tetapi jika sudah begini, Jihoon pun rasanya tak ingin hidup dengan Hazel lagi.

Fate Love | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang