✨ Selamat membaca ✨
•••
Hazel dan Jihoon duduk di ruang tamu dengan Galleo yang tertidur di pangkuan Jihoon. Polisi dan dokter baru saja pergi yang membuat mereka berdua kembali canggung dengan keheningan.
"Makasih," ujar Hazel yang memecah keheningan itu.
Jihoon mengangguk kecil sebagai balasan, setelahnya suasana kembali hening dan canggung. Hazel melihat ke arah putranya yang tertidur pulas di gendongan Jihoon, Hazel lalu melirik tangan Jihoon yang sudah di perban akibat menahan pisau tadi. Satu hal yang Hazel salut dari Jihoon adalah dirinya yang tetap bisa menggendong Galleo meskipun tangannya sedang terluka dan diperban. Hazel kemudian melirik kearah jam dinding sebentar yang ternyata hal itu diperhatikan oleh Jihoon.
Hazel tak tau saja bahwa sedari tadi gerak-geriknya sudah di perhatikan oleh Jihoon melalui ekor mata.
"Kamu istirahat aja, biar Leo aku yang jaga," celetuk Jihoon.
Hazel jadi merasa tak enak karena sudah merepotkan Jihoon malam-malam begini. Apalagi Jihoon harus bekerja pagi ini.
"Leo nya pindahin ke kasur aja, Hoon." Putus Hazel.
Jihoon tampak diam sebentar sebelum akhirnya mengangguk menyetujui. Mereka pun berjalan bersama menuju kamar Hazel, lalu Jihoon meletakkan Galleo di atas kasur.
"Makasih, maaf ngerepotin," ucap Hazel setelah Jihoon berdiri di hadapannya.
"Handphone kamu mana?" Hazel celingukan mencari handphonenya yang mungkin masih tergeletak di lantai kamar. Saat Hazel menemukan handphone itu, Jihoon sudah mengambilnya lalu mencharger handphone Hazel tanpa mengatakan apapun.
"Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku. Aku pamit pulang," ucap Jihoon setelahnya lalu berbalik pergi.
Setelah kepergian Jihoon, Hazel terduduk lemas di tepi kasurnya dengan pikiran yang terus memutar ulang kejadian tadi. Jujur saja rasa takut masih menyelimuti Hazel hingga rasanya Hazel tak ingin untuk tidur, meskipun matanya terasa berat sekarang.
Tiba-tiba Hazel kembali mendengar suara langkah kaki yang mendekati kamarnya, begitu melihat kedatangan seseorang kaki Hazel melemah hingga ia jatuh terduduk ke lantai dan berteriak ketakutan.
"Hazel, ini aku." Hazel dapat tenang begitu merasakan pelukan dan mendengar suara yang begitu dikenalnya. Ia lalu mendongak menatap Jihoon dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
Hazel menatap dalam mata Jihoon yang seakan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja hingga Hazel dapat tenang karena tatapan itu. Jihoon lalu bangkit dan memapah Hazel untuk berbaring di kasur. Tangan Jihoon terus menggenggam tangan Hazel dan mengelusnya dengan ibu jari, Hazel pun tanpa sadar membalas genggaman itu dan merasa tenang karenanya.
"Pintu kamu rusak, gak bisa di kunci."
"Kalau gitu bisa temenin aku? Sampai aku tidur aja," Jihoon sempat terkejut sebentar lalu dengan cepat menetralkan wajah terkejutnya itu dan mengangguk.
Hazel menggeser posisinya ke tepi dinding dan membiarkan Galleo berada di tengah, sementara Jihoon di tepi kasur yang satunya. Posisi mereka tampak harmonis dengan Galleo yang berada di antara mereka berdua. Tak lupa tangan Jihoon yang masih memegang dan mengelus tangan Hazel hingga akhirnya ia terlelap dan Jihoon pun ikut tertidur juga karena sudah lelah untuk menyetir pulang.
🌼🌼🌼
Membuka mata secara perlahan, Hazel mulai terbangun dari tidurnya dan merasakan pusing di kepala. Hazel tak menghiraukan rasa pusing itu karena yang terpenting sekarang adalah suasana yang terasa berbeda di pagi ini, biasanya Hazel akan terbangun karena suara tangisan Galleo, tapi kali ini Galleo sudah tidak ada di sebelahnya. Hazel pun melirik sekitar dan menemukan Galleo yang sedang di gendong oleh Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Love | Jihoon Treasure
Romance(Spin off Sunshine in my heart) Dua insan yang tak saling mengenal, namun harus hidup bersama karena rencana takdir yang mengikat mereka dalam bentuk janin yang ada di kandungan Hazel. Kejadian satu malam yang benar-benar merubah kehidupan Hazel dan...