31. Gyuri dan surat pisah

948 96 71
                                    

✨ Selamat membaca ✨

•••

Jihoon terpaku menatap wajah putrinya yang begitu mungil dan lucu, bulu mata melentik dan lebat, hidung yang mancung serta bibir yang tipis. Namun, mata indah Putri kecilnya itu kini sudah menutup terpejam, bibir tipis dan imut itu begitu pucat, serta suara tangisan yang sudah tak terdengar. Hati Jihoon terkoyak melihat itu. Bayinya yang baru saja lahir beberapa hari harus mengalami semua penderitaan ini, dan sekarang tubuh anaknya pun sudah tak kuat untuk bertahan lagi hingga dokter harus memanggil dirinya kemari.

"Jangan tinggalin papa, nak. Papa harus bilang apa ke mama kamu nanti," Jihoon menangis, tak kuasa menahan air mata setelah melihat keadaan putrinya di dalam inkubator.

"Jihoon," Jihoon menoleh tatkala mendengar panggilan dari ayah mertuanya yang datang bersama Hazel.

Begitu melihat wajah istrinya, tangisan Jihoon pun semakin menjadi namun segera di hapus nya air mata itu, tak ingin terlihat lemah di hadapan wanitanya.

"Gyuri kenapa?" Tanya Hazel.

Jihoon tak sanggup menjawab, ia membalikkan badannya membelakangi Hazel.

"Ayah, Gyuri kenapa? Anak aku kenapa?!" Desak Hazel pada ayahnya.

"Kamu ingat kan kata-kata ayah dulu, yang datang pasti pergi. Kita datang di dunia ini hanya untuk sementara, kita semua pasti akan pergi entah kapan atau siapa yang akan duluan pergi. Putri kamu–"

"Gak!" Sela Hazel dengan cepat, "Gyuri baik-baik aja. Tadi pagi waktu aku kasih ASI dia keliatan sehat ayah, Gyuri udah baik-baik aja, Gyuri gak kenapa-napa, aku sendiri yang lihat dan kasih dia ASI," Hazel begitu menggebu-gebu, dengan air mata yang ikut jatuh meluruh.

"Kamu harus kuat, sayang." Ujar tuan Tarendra yang membuat tangisan Hazel pecah dan meraung-raung.

"Gak ayah, tolong jangan begitu. Hazel gak siap, ayah!" Ucap Hazel di tengah tangisannya.

Mendengar tangisan Hazel yang begitu pilu juga menghancurkan hati Jihoon. Dirinya terduduk lemah di lantai dengan mata yang meratapi putrinya yang sudah tak bernyawa.

Ya, putri Hazel dan Jihoon yang baru saja mereka beri nama Gyuri telah tak bernyawa setelah mendapatkan perawatan intensif beberapa hari di ruangan NICU. Putri yang begitu ditunggu-tunggu dan diharapkan oleh Hazel kini meninggalkan dirinya dan hanya menyisakan sedikit kenangan namun begitu berharga bagi Hazel. Putri yang begitu manis, lucu dan begitu Jihoon sayangi kini meninggalkan Jihoon dengan segala rasa bersalah dan penyesalannya.

🌼🌼🌼

Semua keluarga Jihoon dan keluarga Hazel sudah berkumpul di depan ruangan rawat inap Hazel. Pemakaman Gyuri baru saja selesai, dan mereka langsung berkumpul di sana untuk menemani Hazel. Meskipun begitu, tak ada yang berani masuk karena takut mengganggu Hazel, mereka juga tak sanggup melihat keadaan Hazel yang begitu terpuruk.

Setelah beberapa saat hanya berdiam diri di sana, Jihoon akhirnya bergerak dan masuk ke ruangan Hazel. Begitu masuk, pemandangan pertama yang Jihoon dapatkan adalah Hazel yang duduk di atas ranjang pasien sambil melamun. Wajah Hazel begitu pucat, matanya sembab dan bengkak, belum lagi rambutnya yang berantakan.

Jihoon sempat terdiam sebentar melihat kondisi Hazel, ia harus menahan rasa sedihnya dan harus menguatkan istrinya itu. Kembali melanjutkan langkah, Jihoon mendekati Hazel dan berdiri di sampingnya.

"Zel, makan dulu ya?" Ucapnya dengan pelan dan penuh perhatian.

Hazel tak bergeming sedikitpun, dirinya tetap diam melamun.

"Hazel?" Panggil Jihoon lagi.

Ah, Jihoon tak sanggup. Melihat Hazel begini sama saja membunuh Jihoon secara perlahan. Jihoon duduk di tepi ranjang, direngkuhnya tubuh Hazel ke dalam pelukannya.

Fate Love | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang