04. kesalahan

974 82 57
                                    

Jangan lupa VOTE dulu ya bestie..

Peringatan!

Chapter ini mengandung adegan percobaan bunuh diri yang mungkin dapat memicu atau menimbulkan trauma untuk sebagian pembaca.

Mohon kebijakannya dalam membaca chapter ini.

Sekian terima Hyunsuk 🦔

✨ Selamat membaca ✨

Waktu telah menunjukkan pukul 11 siang, dan Hazel baru saja sampai di rumahnya. Untungnya, sedang tidak ada siapapun sekarang di rumah. Ayahnya pasti sudah di kantor, sementara kedua adiknya sedang kuliah dan sekolah.

Hazel masuk ke dalam rumah tanpa menguncinya. Ia terus berjalan ke kamar meskipun dengan susah payah karena rasa sakit di bagian bawahnya. Sesampainya di kamar, Hazel menatap dirinya di cermin.

Kacau. Penampilannya sungguh kacau. Rambut yang masih sedikit acak-acakan, bibir yang bengkak dan beberapa bekas kemerahan di lehernya.

Isakan tangis mulai terdengar dari mulut Hazel. Dirinya kembali menerawang kejadian bodoh yang telah dilakukannya, serta percakapan dirinya dengan pria itu yang membuatnya semakin merasa tercabik-cabik.

"Anggap aja ini gak pernah terjadi. Lo dan gue gak pernah bertemu hari ini."

"Tapi–"

"Gak akan terjadi! Kalaupun terjadi, belum tentu itu anak gue!"

"Aku bukan wanita murahan! Aku kejebak disini." Tekan Hazel dengan isakan tangisnya.

"CK! Nih," pria itu menyerahkan kartu nama dan selembar uang pada Hazel, "hubungi gue kalau terjadi, dan pakai uang itu buat lo pulang." Pria itu langsung pergi meninggalkan Hazel seorang diri di dalam kamar itu.

"AAAAARGH!!" Hazel berteriak, melemparkan vas bunga hingga cermin yang ada di hadapannya pecah berserakan.

Hazel menangis histeris, meraung sekencang-kencangnya dan melempar semua barang yang ada di dekatnya. Hazel menjambak dan memukuli tubuhnya, ia juga menggosok dengan kencang bekas kemerahan yang ada di tubuhnya itu. Dirinya merasa kotor, ia tak suci lagi, dirinya sudah tak berharga sekarang. Hazel terus menggosok tubuh dan wajahnya hingga tanpa sengaja mencakar dan jadi berdarah.

Hazel hancur. Hidupnya telah hancur. Sekarang bagaimana ia akan menghadapi keluarganya. Hazel tak sanggup membayangkan kemarahan serta rasa kecewa dari ayahnya. Ia juga takut adik-adiknya akan merasa jijik dan benci pada dirinya. Hazel sungguh tak sanggup. Rasanya ia lebih baik mati daripada harus menghadapi semua itu terjadi di depan matanya.

Ya, mati. Lebih baik dirinya mati saja. Hazel yang tadinya sudah terduduk lemah kembali bangkit menuju dapur dan mengambil sebuah pisau disana. Hazel menatap pisau itu dengan nanar.

"Maafin Hazel, ayah. Maafin kakak, Sunghoon, Jungwon. Tolong jangan benci aku."

Hazel meletakkan pisau itu di pergelangan tangan dan siap menggores tangannya. Hazel menarik nafas dalam lalu mulai menggores pergelangan tangannya. Tetapi sebuah tangan menepis cepat pisau itu sebelum benar-benar menggores pergelangan tangan Hazel.

"Kak Hazel!"

"Lepas Mashiho! Biarin kakak mati!!" Hazel memberontak karena tangannya yang di pegang Mashiho agar tak melanjutkan perbuatannya tadi.

"Kakak, kenapa? Sadar kak, tolong jangan kaya gini, kak Hazel."

"Lepas, Mashiho... Kakak gak sanggup hidup lagi," lirih Hazel.

Fate Love | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang