39. rumah baru

965 97 17
                                    

🌼🌼🌼

3 bulan setelah kepulangan Jihoon, ia kembali memberikan kejutan pada Hazel, yaitu sebuah rumah mewah siap huni untuk keluarga kecilnya. Sebenarnya sudah sejak lama Jihoon membeli rumah itu, bahkan sebelum dirinya berangkat ke Jepang. Namun, karena hubungan mereka yang dulu sempat dilanda masalah hingga nyaris bercerai membuat Jihoon urung untuk memberitahu tentang rumah itu. Sekarang seminggu sudah mereka pindah ke rumah itu dan memulai kehidupan keluarga kecil mereka dengan lembaran baru.

Pagi ini Hazel memasak di dapur, menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya. Di tengah kegiatan memasaknya, sebuah tangan kekar memeluk dirinya dari belakang dan tak lupa menyandarkan kepalanya di pundak Hazel.

"Morning," ucapnya dengan suara berat dan serak khas bangun tidur.

"Morning. Kebiasaan banget suka ngagetin," balas Hazel yang membuat Jihoon terkekeh.

"Hoon, minggir dulu, aku mau masak,"

"Hm? Gak denger, ada yang manggil ya?"

Hazel menarik nafas dalam karena tingkah manja suaminya ini, "sayang, awas dulu, aku mau masak," ulang Hazel.

"Masak aja sayang, aku cuma peluk kok, gak gangguin yang lain,"

Hazel hanya dapat pasrah dan melanjutkan masakannya. Semenjak pindah rumah Jihoon benar-benar melihatkan sisi manjanya pada Hazel, tiap kali masak pun ia selalu memeluk Hazel dari belakang seperti ini. Akhirnya mau tak mau Hazel harus memasak dengan Jihoon yang memeluknya.

"Aw! Jihoon!" Hazel memukul lengan Jihoon karena perbuatan Jihoon yang menggigit lehernya dan tangan Jihoon pun sudah berpindah ke dalam baju Hazel.

"Masih pagi, Jihoon!" Omel Hazel.

Jihoon mematikan kompor lalu menggendong Hazel dari depan dan mendudukkannya di meja pantry.

"Jihoon, Jihoon, emangnya aku temen kamu?" Protes Jihoon.

Hazel mengalungkan tangannya di leher Jihoon, "ya ampun, maaf, sayang, kebiasaan,"

"Ck, kebiasaan kamu udah terlalu sering. Harus di kasih hukuman,"

"Hukuman apa? Gak usah macem-macem," peringat Hazel.

"Satu macem aja, sayang,"

Jihoon mendekatkan wajahnya dan mulai mencium bibir Hazel. Tangannya yang satu menahan kepala Hazel agar tak terjatuh. Jihoon mulai menggigit bibir Hazel agar sang istri membuka mulutnya, saat mulut itu akhirnya terbuka, kegiatan mereka malah harus terhenti karena tangisan Galleo yang terdengar.

"Biar aku aja, kamu lanjut masak," ujar Jihoon.

Sebelum benar-benar pergi, Jihoon kembali berbalik pada Hazel, "pokoknya hukumannya belum selesai ya!" Tekannya lalu berlari ke kamar.

Hazel hanya dapat menggeleng kepala dengan sikap Jihoon, dan melanjutkan kegiatan memasaknya.

Setelah selesai, mereka sarapan bertiga dengan Galleo yang dipangku dan disuapi oleh Jihoon, sementara Hazel menyuapi dirinya dan menyuapi Jihoon juga. Sungguh lucu melihat cara mereka sarapan, namun jika tak begitu, nanti yang ada Jihoon tak akan sarapan, karena jika hari libur seperti ini, Jihoon akan menyuapi Galleo dan memandikannya, lalu bermain dengan Galleo hingga siang. Hazel tak mau Jihoon jadi kelaparan karena melewatkan sarapannya, karena itu ia menyuapi Jihoon.

"Udah sini aku aja yang mandiin Leo," ujar Hazel setelah mereka selesai sarapan.

"Gak usah, aku aja, kamu istirahat sana, biarin aja piring kotornya nanti aku yang cuci,"

"Kamu mandiin Leo aja, cucian piring biar aku," dengan cepat Hazel mengambil piring bekas mereka makan dan membawanya ke dapur.

Beginilah Jihoon jika sudah hari libur, ia selalu menyuruh Hazel untuk beristirahat dan dirinya yang mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Padahal menurut Hazel, pekerjaan di kantor juga melelahkan, tapi Jihoon tak pernah mau menuruti perkataan Hazel, sehingga Hazel harus bergerak cepat agar Jihoon tak perlu mengerjakan semuanya.

Fate Love | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang