29. berpisah?

952 96 28
                                    

✨ Selamat membaca ✨

•••

Duduk di kursi sembari menumpu kepalanya dengan tangan, Jihoon tampak kacau dan kelelahan. Pikirannya pun semakin berisik merutuki diri atas semua kesalahannya. Belum lagi tatapan Hazel yang menatapnya nyalang dan menyuruhnya pergi, begitu terbayang dan terus terulang di benak Jihoon.

Sudah sebesar itu rasa kecewa Hazel terhadap dirinya.

Ketika merasakan sebuah tepukan di bahunya, Jihoon mendongak dan mendapati tuan Tarendra yang berdiri di hadapannya bersama Sunghoon.

"Kenapa duduk di sini? Ayo, istirahat di dalam," ujar tuan Tarendra.

Jihoon tersenyum kecut dan menggeleng kecil, "saya disini aja, Yah. Hazel nya juga udah bangun,"

"Sunghoon, temenin kakak kamu, ayah mau bicara sama Jihoon." Sunghoon pun mengangguk lalu masuk ke ruangan Hazel. Sementara tuan Tarendra duduk di sebelah Jihoon.

"Apa Hazel yang nyuruh kamu keluar?" Jihoon diam sejenak lalu mengangguk kecil.

"Kesalahan saya sudah besar ayah, kemarahan Hazel itu wajar."

"Lalu apa langkah kamu selanjutnya? Ingin berpisah?" Jihoon menoleh cepat dan menggeleng ribut.

"Gak, Ayah. Sedikitpun saya gak ada mikir kesitu. Saya ingin memperbaiki semuanya. Kesalahpahaman saya sudah membuat Hazel kecewa, dan saya menyesal akan hal itu,"

Tuan Tarendra menghela nafas berat sejenak, "kalau begitu lakukan tes DNA," ujarnya yang membuat Jihoon kembali terdiam dengan alis yang menukik karena terkejut.

"Ayah tidak mau putri ayah diragukan lagi kedepannya, jadi lakukan tes DNA. Jika terbukti mereka bukan anak-anak kamu, maka ayah serahkan semua keputusannya kepada kamu, ayah akan menghargai segala keputusan kamu, meskipun kamu memilih untuk menceraikan Hazel. Tetapi jika mereka memang anak-anak kamu, maka ayah serahkan keputusannya pada Hazel. Ayah tidak bisa ikut campur terlalu banyak, ini rumah tangga kalian, maka kalian selesaikan bersama." Tuan Tarendra bangkit dari duduknya lalu menepuk pundak Jihoon kemudian masuk ke dalam ruangan Hazel.

Setelah kepergian tuan Tarendra, giliran Jihoon yang menghela nafas berat. Ia lalu beranjak dari duduknya dan pergi menjauhi ruangan Hazel.

🌼🌼🌼

Satu hal yang sangat Hazel syukuri dalam hidupnya, ia memiliki seorang ayah yang begitu menyayangi dirinya lebih dari apapun. Ayahnya begitu sigap menjadi sandaran disaat-saat terpuruk Hazel. Seperti saat ini, tuan Tarendra masih memeluk Hazel menenangkan putrinya yang menangis setelah mengusir Jihoon tadi.

"Ayah, bawa Hazel pulang. Hazel gak mau sama Jihoon lagi, Hazel mau pisah aja,"

"Sssst, udah sayang, jangan mengambil keputusan yang gegabah hanya karena emosi. Pikirkan nasib anak-anak kamu nanti,"

"Hazel bisa rawat mereka sendiri. Hazel capek sama Jihoon."

"Sudah sudah, jangan nangis lagi. Ayah sudah menyuruh Jihoon untuk melakukan tes DNA, kita tunggu saja hasilnya baru kamu buat keputusan, untuk sekarang tenangkan dulu diri kamu."

Setelah menangis sepuasnya, Hazel akhirnya dapat tenang meskipun masih sedikit sesenggukan. Sunghoon yang memang sudah menyiapkan makanan untuk Hazel akhirnya menyuapi kakaknya itu.

Tak lama selesai Hazel makan, pintu ruangan Hazel diketuk lalu terbuka dan menampakkan tuan dan nyonya Choi yang datang. Meskipun Hazel merasa canggung dan tak enak pada mertuanya itu, tanpa disangka mereka tak menyalahkan Hazel sedikitpun. Mereka malah sangat menghawatirkan Hazel dan terus menanyakan kabar Hazel.

Fate Love | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang