35. Take a chance

945 111 42
                                    

🌼🌼🌼

Deja vu, Hazel kembali merasakan perasaan ini, perasaan yang sangat dibencinya, perasaan yang sama saat ia ditinggalkan oleh ibunya, Jungwon, lalu Gyuri. Sekarang ia merasakan lagi setelah melihat berita kecelakaan pesawat yang dinaiki Jihoon.

Hazel benci perasaan ini, perasaan takut yang membuat jantungnya seperti balon yang di pompa paksa hingga meledak, perasaan gelisah dan kesedihan yang terus-menerus menggerogoti pikirannya tentang hal buruk yang mungkin saja terjadi ke depannya. Belum lagi pikirannya yang mengingat perkataan ayahnya saat memberikan surat Jihoon pada dirinya,

Jangan terlalu membenci, nanti saat Jihoon pergi, kamu baru menyesal sendiri.

Mungkin memang harus Jihoon pergi dulu baru kamu sadar sama perasaan kamu sendiri.

Sekarang perkataan ayahnya terbukti, saat dihadapkan dengan situasi ini, Hazel menyadari betapa dirinya tak ingin ditinggalkan oleh Jihoon. Hazel masih ingin melihat wajah Jihoon meski dari jauh sekalipun, suara Jihoon yang bicara begitu lembut kepadanya, Hazel masih ingin mendengar itu.

Hazel berusaha berpikir positif, mungkin saja Jihoon menjadi salah satu penumpang yang selamat, tapi begitu sampai di rumah sakit, wajah sedih seluruh keluarga Choi lah yang menyambut Hazel hingga harapannya terhadap Jihoon musnah.

Nyonya Choi memeluk Hazel, dan tangisan dua wanita itu pun pecah karena kesedihan. Setelahnya nyonya Choi merangkul Hazel dan membawanya masuk ke dalam sebuah ruangan. Hazel pun turut mengikuti mertuanya itu tanpa bertanya apapun, ia hanya mempersiapkan dirinya karena berpikir saat ini sedang dibawa untuk melihat jenazah suaminya.

Begitu masuk, benar saja Hazel melihat tubuh Jihoon yang terbaring lemas tak berdaya. Namun ada yang berbeda, terdapat banyak peralatan dan selang yang mengelilingi tubuh Jihoon serta perban yang melilit kepala dan sebelah tangan Jihoon. Tangisan Hazel semakin pecah dan memegangi tangan Jihoon yang terdapat infus dengan hati-hati.

"Syukurlah, aku pikir kamu ninggalin aku, Hoon." Ucap Hazel dalam tangisnya.

"Mama gak tau ini keberuntungan atau kemalangan," Hazel menoleh pada nyonya Choi.

"Sebelum sampai di bandara, Jihoon mengalami kecelakaan. Mama bersyukur dia terhindar dari kecelakaan pesawat itu, tapi mama juga gak tega liat Jihoon seperti ini," lanjut nyonya Choi.

"Jihoon pasti baik-baik aja, ma. Dia udah janji gak akan buat Leo kesepian, dia bilang gak akan ninggalin Leo, dan Jihoon selalu nepatin janjinya." Hazel menatap yakin pada nyonya Choi.

"Iya, sayang. Mama yakin Jihoon pasti akan segera bangun."

Setelah beberapa menit di dalam ruangan itu, Hazel akhirnya pulang karena khawatir pada Galleo.

Sesampainya di rumah, Hazel membaca surat yang Jihoon berikan padanya tadi pagi.

Hazel,
Aku tau ini semua salah aku,
Karena itu mulai sekarang aku gak akan ganggu atau temuin kamu lagi sebagai penebusan kesalahan aku.
Tapi mungkin saat Galleo mulai besar nanti, aku akan temuin kalian lagi,
Dan aku harap saat itu kamu udah maafin aku, Zel.
Semoga kamu dan Galleo selalu bahagia.

"Aku nyesel, Hoon. Harusnya aku gak biarin kamu pergi tadi pagi. Kalau aja aku jawab iya dengan permintaan kamu, mungkin kecelakaan itu gak akan terjadi karena kamu masih di sini, di samping aku bersama Leo."

Malam itu Hazel habiskan dengan tangisan dan kata-kata yang merutuki dirinya sendiri, penyesalan yang dirasakannya turut ambil andil menyesakkan hatinya.

🌼🌼🌼

Dua hari kemudian, Hazel mendapatkan kabar bahwa Jihoon telah sadar. Hazel turut senang mendengar kabar itu dan ingin bergegas ke rumah sakit, tapi apalah dayanya, Hazel seorang diri di rumah, ayahnya sedang bekerja dan Sunghoon kuliah. Hazel tak mungkin membawa Galleo ke rumah sakit, tubuh anaknya masih terlalu rentan untuk dibawa berjalan jauh. Hazel tak ingin mengambil resiko jika tentang anaknya.

Fate Love | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang