Langit hari ini terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih.
Ruangan yang luas dan penuh dengan cat berwarna putih dengan sentuhan biru muda sebagai khas dari rumah sakit. Pada ruangan tersebut, terdapat pemuda kecil yang masih tertidur damai. Sudah 1 minggu ia belum sadar. Akan tetapi, wajahnya yang menyegarkan membuat orang tidak percaya bahwa pemuda itu belum siuman sejak memasuki rumah sakit ini.
Pukul 07.00 WIB, perawat bernama Siska memasuki ruangan. Ia sudah 2 tahun bekerja di rumah sakit ini. Rumah sakit terbesar di kota Perancis. Setelah perjuangannya, perawat Siska berhasil mencapai cita-citanya. Setiap hari, ia selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja.
Belum lama ini, ia ditugaskan untuk menjadi perawat pemuda kecil yang terbaring di kasur ruangan nomor B.315. Siska dengan telaten membuka jendela kamar, membiarkan sinar matahari memasuki ruangan. Ia mengganti infus dan mengecek keberadaan pemuda tersebut.
Siska menghela nafas pelan, mulai mengelus rambut pemuda yang tertidur nyaman.
"Selamat pagi, Eliot." ucapnya perlahan.
Siska hanyalah perawat pada umumnya, sudah menjadi kebiasaannya mengawali perbincangan dengan pasien ruangan. Akan tetapi, Siska lebih menaruh perhatian pada pasien di depannya ini. Namanya Eliot Mahardika. Pemuda berusia 16 tahun duduk di bangku sekolah menengah atas.
Dirinya masih ingat saat pertama kali melihat Eliot yang memiliki banyak luka dan lebam disekitar tubuhnya. Eliot saat itu membuat heboh rumah sakit sebab, pria dewasa yang membopongnya tampak begitu cemas bergegas meminta bantuan. Pria tua yang memakai jas formal hitam itu terus berteriak agar rumah sakit menangani Eliot yang sedang tidak berdaya. Apabila Siska tidak salah ingat, namanya adalah Paman James. Pria tua berusia 50 yang bekerja sebagai sopir pribadi eliot.
Sudah seminggu sejak kejadian menghebohkan tersebut. Kini, pemuda itu telah ditempatkan pada ruangan VIP rumah sakit. Jika dilihat, memang Eliot bukanlah pemuda biasa. Itulah yang Siska tahu.
Siska membenarkan pakaian Eliot dan merapikan tempat tidurnya secara telaten.
"Eliot, pagi ini sangat cerah. Banyak sekali burung berterbangan. Apakah kau tidak ingin bangun, hm?"
Eliot tidak menunjukkan tanda-tanda siuman. Hanya hembusan napas halus yang terdengar. Siska tidak pernah bosan memandangi wajah Eliot. Sudah lama sejak tubuhnya sembuh dari luka dan lebam biru. Pemuda itu memiliki mata yang indah, bulu mata yang lentik, hidungnya kecil dan mancung, bibirnya berwarna merah merona, pipinya pun juga. Tidak akan ada yang percaya jika pemuda yang terbaring ini sedang sakit. Bahkan wajahnya pun terlihat memukau.
Perpaduan rupawan dan juga cantik untuk seorang laki-laki. Siska sebenarnya ingin seharian menemani Eliot tapi tidak bisa sebab banyak hal yang harus ia lakukan. Dirinya pun tersadar, jika selama ia merawat Eliot tidak ada anggota keluarga yang menjenguknya. Siska merasa iba. Hanya Paman James dan Bibi Lily. Bibi Lily adalah pengasuh Eliot , hanya saja ia tidak dapat rutin ke rumah sakit sebab usianya yang sudah tua. Pernah Siska mencoba bertanya pada Bibi Lily mengenai keluarga Eliot, tapi hanya tatapan sedih yang ia dapatkan.
"Ah, tuan besar ayahnya Eliot adalah orang yang cukup sibuk. Jadi, ia tidak punya waktu. Begitu pula dengan kedua kakaknya." ucap Bibi Lily dengan menghembuskan napas pelan.
Hanya itu saja jawaban dari Bibi Lily yang telah menjadi pengasuh Eliot dari kecil. Sepertinya, Bibi Lily juga menghindari pertanyaan seperti itu. Sejak hari itu, Siska berusaha tidak membahasnya sebab itu adalah privasi keluarga pasien.
Siska berjalan ke arah meja samping dan mengganti vas air bunga disana. Ia sengaja menghiasi ruangan ini dengan bunga mawar putih untuk menambah kesan hangat. Saat Siska hendak menaruh vas bunga itu, ia mendengar suara kecil dan terlihat jemari kecil yang bergerak rapuh.
"Eugh..."
Siska terkejut dan sigap memanggil Dokter untuk memeriksa Eliot. Tanpa ia sangka, pemuda kecil yang dinantikan akan bangun hari ini.
Kabar mengenai Eliot yang siuman sudah terdengar pada Paman James dan Bibi Lily. Saat mereka tiba di rumah sakit, Paman James dan Bibi Lily tidak dapat menahan tangis haru-nya. Melihat sosok pemuda yang sudah lama terbaring, sedang duduk bersandar di kepala ranjang rumah sakit. Penampilan sangatlah cantik, untuk orang yang baru bangun dari masa tidurnya. Disana terdapat Dokter Ricky dan perawat Siska. Dokter Ricky adalah dokter yang telah menangani Eliot selama sakit, sebab ia mengenal Eliotdari kecil. Bisa dibilang, Dokter Ricky adalah sahabat dekat dari Ayah Eliot Mahardika.
Paman James dan Bibi Lily melihat kearah perawat Siska untuk memastikan apakah mereka sudah boleh mendekat. Perawat Siska mengangguk pelan dan tersenyum hangat. Ia bisa melihat betapa tulusnya Paman James dan Bibi Lily yang sudah meneteskan air mata. Dokter Ricky pun juga ikut tersenyum ramah, dan membiarkan mereka berada disamping pemuda.
"Tuan muda Eliot, apakah tuan muda merasa baikan? Bibi Lily sangat khawatir apabila tuan tidak sadar kembali."
"Tuan muda Eliot, syukurlah tuan muda sudah sadar. Paman James sangat khawatir"
Bibi Lily dan Paman James terus menghapus kedua air mata mereka. Suaranya sedikit serak. Pemuda yang diajaknya bicara hanya memandang mereka dengan tatapan sayu dan diam. Bibi Lily dan Paman James saling memandang satu sama lain. Biasanya tuan muda Eliot akan langsung menjawab pertanyaan mereka. Tapi mengapa hanya terdiam, apakah tuan Eliot masih belum sembuh total.
Hening seisi ruangan, sampai pemuda tersebut membuka mulutnya.
"Maaf, bibi dan paman siapa? Eliot itu siapa?" Tanyanya dengan wajah keheranan. Seketika, ruangan hening itu menjadi lebih hening. Dokter Ricky, perawat Siska, Bibi Lily, dan Paman James memasang raut wajah terkejut.
"Bibi Lily, Paman James tolong keluar ruangan sebentar, saya akan memeriksa Eliot terlebih dahulu. Perawat Siska tolong antarkan Bibi Lily dan Paman James."
"Baik, Dokter. Mari Bibi Lily dan Paman James."
Perawat Siska mengantarkan Bibi Lily dan Paman James keluar ruangan. Bibi Lily dan Paman James menatap lekat kedua mata Eliot yang melihat mereka seperti orang baru kenal. Mata berwarna coklat itu menatap mereka sangat hangat, namun terasa jauh dan asing.
Perawat Siska menyadari betapa sedihnya Bibi Lily dan Paman James, karena dirinya pun tidak menyangka jika Eliot tidak bisa mengenali mereka. Sekarang, mereka hanya bisa menunggu Dokter Ricky untuk mengetahui apa yang terjadi pada Eliot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...