Keluarga Mahardika memang cukup terkenal di kalangan industri hiburan. Bahkan, tampang rupawan yang dimiliki ketiga laki-laki dominan pada keluarga itu bisa saja memasuki industri hiburan. Namun, tak satupun hal itu terlihat dalam pikiran mereka.
Kehidupan mereka normal saja dan bahagia. Sampai pada waktu Rosa menderita depresi berat. Keluarga yang awalnya harmonis berubah menjadi dingin satu sama lain. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk berusaha membangkitkan Ibunda dari masa depresinya.
Ketika itu, mereka mulai menyalahkan kehadiran anak yang lahir dari rahim Rosa. Eliot. Sosok itu memang sedari dulu kecil dan wajahnya selalu ia tundukkan. Saat keluarga Mahardika lelah akibat depresi sang Ibunda, mereka akan melampiaskan pada Eliot. Sampai pada akhirnya, Eliot mengalami amnesia.
Sejak kembalinya Eliot semua menjadi berubah. Sikap Ayahnya dan kedua kakaknya. Walaupun rasa benci itu masih ada. Tapi, berkali-kali tergantikan ketika melihat sosok Eliot. Sosok yang selama ini mereka benci ternyata memiliki wajah yang rupawan dan cenderung cantik. Tubuhnya juga tidak seperti laki-laki pada umumnya. Kulitnya putih dan lembut. Siapapun yang melihatnya akan menyetubuhinya. Tidak peduli jika dia adalah laki-laki.
Kejadian di ruang makan minggu lalu terlewatkan. Kini, mereka mengambil kesepakatan bersama. Selama seminggu, mereka masing-masing memiliki jatah 2 hari untuk menjaga Eliot. Eliot akan masuk sekolah minggu depan. Tentu saja, Reza yang akan mendapatkan waktu terbanyak untuk dihabiskan bersama Eliot. Ada beberapa persyaratan yang harus Eliot penuhi sebelum memasuki sekolah.
Pertama, Eliot tidak boleh sembarangan berteman. Kedua, Eliot akan pulang tepat waktu di jemput oleh Thomas atau bareng Reza. Ketiga, Eliot harus bersama Reza setiap kali istirahat. Peraturan mutlak ini disetujui oleh mereka.
Eliot manggut-manggut. Hatinya sangat senang. Kalau bisa dirinya ingin meloncat-loncat kegirangan. Belakangan ini wajah Eliot lebih berseri. Selain mendapat izin untuk bersekolah, ia kerap bertemu dengan Bibi Lily dan Paman James.
Bahkan, Bibi Lily sempat meneteskan air mata, katanya rindu dan khawatir. Eliot tersenyum lembut lantas menyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Melihat hal itu mereka berdua merasa lega.
Namun, peraturan rumah utama tetap berlaku. Bibi Lily tidak tinggal di rumah utama setelah pekerjaannya selesai begitu pula dengan Paman James serta lainnya. Sehingga, pertemuan mereka terasa singkat. Walaupun begitu Bibi Lily puas ketika melihat ekspresi Eliot yang bahagia. Terkadang ia merindukan sosok mungil yang sedari kecil sudah ia asuh. Namun, tidak pernah ia melihat Eliot yang sebahagia ini.
Eliot kini berada di ruangan kamar utama Thomas. Besok dirinya mulai bersekolah. Ia tadi sudah mencoba seragamnya. Begitu indah ditubuhnya. Thomas sengaja mendesain seragam sekolah Eliot agar terlihat lebih pendek. Memamerkan kaki putih mulus jenjangnya. Eliot berputar-putar sembari mengenakan seragam di hadapan cermin. Thomas yang sedang duduk di sofa tersenyum puas.
"Kau tidak sabar untuk sekolah, sayang?"
Eliot menoleh, lantas duduk dipangkuan Thomas.
"Iya Daddy! Eliot sudah tidak sabar akan sekolah bareng bang Reza."
"Ingat aturannya kan baby?"
"Eliot ingat Daddy." Eliot berkata sembari tersenyum lembut.
"Sekarang copot seragammu baby. Besok kan, mau dipakai."
Eliot melepaskan seragam yang baru saja ia coba. Rasanya ia ingin tidur mengenakan seragam ini kalau bisa.
Melihat tubuh mulus Eliot yang sudah kembali putih mulus membuat Thomas bergairah. Thomas memeluk tubuh ramping Eliot. Membawanya pada pangkuannya. Ia tidak ingin Eliot pergi dari dekapannya. Tapi, jika melihat wajah Eliot yang bahagia ia tidak ingin menjadi lebih egois.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...