Hari ini adalah hari terakhir Eliot berada di rumah sakit. Beberapa hari terakhir, Thomas dan kedua kakaknya kerap mengunjunginya.
Eliot pun merasa senang karena baru kali ini mereka dapat berkumpul bersama tanpa melakukan aktivitas yang tidak normal. Ya, itu benar. Eliot sekarang menyadari jika apa yang selama ini mereka lakukan bukanlah hal yang normal seperti ucapan Harry teman sekelasnya. Walaupun terkadang ciuman yang kasar kerap ia rasakan.
Eliot pun dapat melihat betapa sulitnya bagi Daddy dan kedua kakaknya untuk menahan hawa nafsunya. Eliot hanya tersenyum kecut. Ia merasa takut apabila menolak tindakan keluarganya sendiri.
Entah mengapa, ia merasa akan mendapatkan hal yang tidak diinginkan.
Kini, Eliot sedang berbaring sendiri di kasur rumah sakitnya. Badannya sudah jauh membaik dari sebelumnya. Eliot memutuskan untuk keluar dari ruangannya karena merasa kantuk setelah seharian berbaring. Ia ingin berjalan ke taman rumah sakit. Namun, langkahnya terhenti saat berada diambang pintu kamar.
"Sudah berapa kali aku ingatkan padamu Thomas. Tolong jangan berbuat seenaknya lagi."
"Cukup, ini bukan urusanmu lagi."
"Aku mengatakan ini bukan hanya demi kebaikan Eliot, tapi untukmu dan kedua anakmu!"
"Diam."
"Kenapa kau menjadi seperti ini?! Bajingan sialan! Kau pikir Eliot apa! Dia anakmu!"
Thomas terdiam. Menatap sahabatnya yang beberapa hari ini terus berceloteh padanya.
"Lalu?"
"Ini tidak normal. Lagipula sejak kapan kau menyukai pria?"
"Eliot adalah Eliot. Huh, jangan sok suci bro. I know u just like me. I bet u want to feel that damn hole right?"
Kali ini, Thomas sudah kelewatan.
"Dasar Bajingan! Apapun yang kupikirkan, setidaknya aku bukanlah Ayahnya. Kau benar-benar keterlaluan. Bagaimana dengan Rosa?! Apakah kau bisa menjelaskan tindakan keji-mu kepadanya nanti? Jawab aku!"
"Bukan urusanmu! Dan jangan pernah bahasa mengenai Rosa lagi!"
"Apa jadinya jika Eliot tahu mengenai Rosa? Kau selama ini menutupinya bukan? Kau tidak bisa menyembunyikan semua kebenaran Thomas. Bukan hanya itu, bagaimana jika ia tahu jika Ayah yang selama ini dia sayang ternyata..."
Belum sempat menjelaskan, Thomas sudah meninju rahang Dokter Ricky.
"Tutup mulutmu! Sekali lagi kau berbicara, aku akan menghabisimu! Aku tidak peduli jika kau temanku atau bukan!"
Dokter Ricky pun hanya bisa terkekeh kecil meninggalkan Thomas yang memasuki kamar Eliot untuk membawanya pulang hari ini.
"Dasar bajingan gila." ucap Dokter Ricky lemah.
Ketika Thomas memasuki kamar putranya, ia dapat melihat tubuh kecil itu sedang berbaring tidur. Ia pun melangkah mendekat. Bernapas lega, dan mengelus kening Eliot lembut.
"Sangat cantik."
Thomas pun menghubungi Bibi Lily dan Paman James untuk ikut membantu membereskan barang Eliot. Ia tidak ingin Eliot berinteraksi lebih dengan Dokter Ricky.
"Sayang, bangun hm..."
Eliot berpura-pura mengerjapkan mata. Ia tersenyum lembut ke arah Daddynya.
"Apakah kita akan pulang hari ini, daddy?"
"Iya sayang, kamu daddy gendong ya."
Thomas menggendong Eliot koala. Ia berjalan ke arah mobilnya dan berpapasan dengan Bibi Lily yang terlihat menunduk. Paman James juga melihat ke arah tuan rumahnya ramah. Mereka bersyukur jika tuan mudanya sudah terlihat sehat. Walaupun Thomas masih membatasi interaksi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...