16

3.8K 196 2
                                    

Kurang lebih 2 jam Thomas telah sampai pada parkiran kantor. Ia merupakan salah satu direktur dari agensi hiburan yang terkenal di kota. Jadi tidak heran, mengapa semua pegawai kantor sangat menghormati Thomas. 

Josh merupakan sekretaris pribadi Thomas. Josh memiliki paras yang rupawan dan tajam. Banyak yang bilang jika Josh memang cocok menjadi sekretaris Thomas yang memiliki wajah tampan juga. Mereka dapat dikatakan duo handsome guy di kantor. Tubuh Josh tinggi namun lebih tinggi Thomas sedikit. Ia menggunakan kaca mata yang dapat mengeluarkan aura dominan yang memikat para wanita. Namun, sayangnya ia mewarisi sifat bosnya. Sama-sama dingin.

Ia sudah menunggu sekitar 2 jam dari waktu yang telah dijanjikan. Josh sedikit gelisah karena pekerjaan berat yang seharusnya ditangani oleh Thomas harus beralih ke dirinya. Tentu, sebagai sekretaris itu adalah pekerjaan yang harus ia jalani. 

Namun, yang membuat Josh kesal ketika bosnya itu memutuskan secara sepihak untuk pulang dari perjalanan bisnis. Hal itu bagaikan mimpi buruk bagi Josh yang secara tidak langsung harus mengambil alih pekerjaan dan amarah dari mitra kerja yang merasa dikecewakan.

Bunyi mobil sedan hitam itu terdengar dan Josh berusaha memperlihatkan ekspresi datar walaupun hatinya sudah sangatlah kesal dengan perilaku bosnya yang semena-mena. 

Padahal selama ia bekerja, Bosnya itu belum pernah bertindak profesional sehingga Josh pun merasa ada sesuatu yang membuat bosnya menjadi seperti orang yang berbeda. Bahkan, ketika sang mendiang istrinya sedang depresi berat bosnya tetap menjalankan pekerjaannya semaksimal mungkin.

Ia menghampiri mobil Thomas dan mencoba membuka pintu mobil bosnya seperti biasa.

"Selamat pagi, Bos."

"Pagi." ucap Thomas datar.

Josh bingung mengapa bosnya berjalan ke arah kursi penumpang. Wajahnya yang datar berubah menjadi cemas. Awalnya ia bingung, siapakah sosok mungil yang sedang digendong ala bridesmaid. Wajahnya tidak terlihat. Seluruh tubuhnya ditutupi oleh selimut tipis. Hanya telapak kaki mulus yang terlihat.

"Kau bawakan tasku. Kita langsung ke ruanganku saja."

"Baik."

Selama perjalanan menuju ruangan banyak arah mata memandang Thomas. Banyak yang berbisik-bisik. Banyak juga yang menampilkan ekspresi terkejut. J

osh mengelap keringat dingin yang kasat mata itu. Ia merasa takut saja jika berita yang tidak menyenangkan terdengar. Apalagi ini adalah agensi hiburan. Kabar mengenai bosnya yang meninggalkan perjalanan bisnis saja sudah menjadi berita hangat. Lalu, bagaimana dengan yang ini?

Josh membukakan pintu kantor. Kantor tempat Thomas bekerja berada pada lantai teratas. Ruangan tersebut memiliki desain yang mewah dan dominan berwarna abu-abu yang terlihat cocok dengan pemandangan penjuru kota. 

Sementara, tempat bekerja Josh berada di depan. Josh sudah bekerja lebih dari 10 tahun di perusahaan ini. Ia juga cekatan dan sangat menghormati Thomas. Thomas memang terkenal dengan pekerjaanya yang tidak pernah mengecewakan.

"Josh, kau tunggu di luar dulu. Nanti akan kupanggil."

"Baik."

Josh mengangguk, berjalan keluar ruangan. Sesekali ia melirik Thomas yang membuka pintu ke arah ruang istirahat pribadi. Kini, Josh yakin jika sosok yang dibawa oleh bosnya adalah orang yang membuatnya berubah. Apabila dilihat dari telapak kakinya, Josh meyakini jika itu adalah sosok gadis. 

Ia yang sudah bekerja dengan Thomas selama ini belum pernah melihat bosnya membawa seseorang ke kantor. Bahkan, sang mendiang istri sangat jarang muncul di kantor. Tapi, jika dipikir-pikir ia tidak mempercayainya. Ia ingat betul ketika sang mendiang istri meninggal akibat kecelakaan bosnya itu menjadi murung dan bersikap dingin. 

EliotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang