18

3.3K 154 0
                                    

Kedua saudara itu kini  berada di apartemen Reza. Reyga maupun Reza berdiam diri untuk sekian kalinya. Mereka merasa cemburu dan kesal kepada Thomas yang terus mengurung Eliot. Untuk pertama kalinya, kedua saudara dan Ayah itu bertengkar karena Eliot. 

"Bang Rey, aku tidak menyangka Daddy akan mengurung Eliot begitu lama."

Reyga meneguk kaleng birnya kembali. Ia marah kepada Thomas. Entah karena Thomas yang selalu mengurung Eliot atau tidak terima Thomas seperti mulai melupakan Mommy-nya.

"Kita harus mencoba berbicara lagi."

"Bagaimana caranya? Bang, kamu tau sendiri. Daddy sulit ditemui. Di kantor sibuk. Di rumah, langsung masuk ke kamar. Kemarin saja kita sampai adu mulut."

Huh... 

Mereka berdua bertatapan dan menghela nafas kasar. Memang setiap kali mereka ingin bertemu dengan Thomas, Thomas selalu saja menghindar.

"Kalau Mommy tau, apakah dia akan sedih ya dek?" tanya Reyga sendu.

Reza terdiam. Pembahasan mengenai Mommy sangatlah sensitif. Ketika mengingat sosok cantik yang telah melahirkan-nya membuat Reza merasa marah kepada Eliot.

"Tapi, apa bedanya kita dengan Daddy?" 

Reyga menyadari perbuatannya kepada Eliot beberapa minggu lalu.

Reza kembali terdiam. Ia paham maksud Reyga. Reza memang belum menyentuh tubuh Eliot yang menggoda itu. Hanya saja, memang terbesit untuk melakukannya selalu ada, sampai saat ini.

"Ada kalanya, aku membencinya karena sosok kecil itulah yang membuat Mommy menderita selama hidup bahkan sampai ia pergi selamanya dari dunia ini. Tapi, aku juga tidak bisa menolak tatapan polos yang tidak tahu apa-apa itu. Kita bukanlah abang yang baik buatnya... Tapi, aku tidak ingin menyerah. Aku tidak dapat terpisah lagi denganya."

Baru kali ini Reza melihat kakak pertamanya yang terkenal dingin itu mengutarakan isi hatinya dengan jujur. Reza kembali meminum kalengan bir yang entah sudah keberapa.

"Bagaimana dengan Cindy?" ucap Reza spontan.

Reyga berhenti dari aktifitas minumnya. Ia menatap Reza secara tajam. Reza yang ditatap hanya membalasnya datar. Bagaimana pun, Reza selama ini single bukan seperti kakak yang memiliki kekasih dari SMA itu.

Reza tahu jika Reyga memiliki sikap setia seperti Thomas. Cindy adalah cinta pertamanya. Mereka bertemu ketika kelas 1 SMA pada waktu itu. 

Perjuangan untuk mendapatkan Cindy adalah tantangan terbesar untuk sosok Reyga. Cindy adalah gadis periang yang sangat cantik. Ia memiliki sikap yang lemah lembut. Rambut pirang panjangnya selalu terlihat menawan. Mata bulat coklat. Pipinya merah merona yang terlihat sedikit berisi. Tubuhnya juga sangat sempurna. 

Ketika Reyga dan Cindy memutuskan menjalin kasih. Banyak pria yang patah hati, begitu juga dengan para wanita. Mereka selalu bersama sampai saat ini. Banyak juga yang bilang kalau mereka adalah soulmate yang tidak akan pernah terpisahkan.

Hal tersebut juga berlaku bagi Reza. Reza yang pertama kali melihat sosok Cindy juga akan berkata hal yang sama. Cantik. 

Reza sangat senang ketika melihat kakaknya itu terlihat bahagia ketika bersama Cindy. Ia bahkan tidak akan kaget jika begitu selesai kuliah sang kakak akan melamar gadis cantik itu. 

Melihat sang kakak hanya terdiam, Reza kembali menyindir.

"Cindy gadis yang sempurna. Bukankah dia cinta pertamamu bang? Aku ga bisa bayangin bagaimana reaksinya kalau tau kelakuanmu saat ini."

Siapa yang tidak kecewa melihat sosok kakak yang selalu menjadi panutan ternyata harus berakhir seperti ini. Entah, siapa yang bisa disalahkan. 

Reza tidak mungkin menyalahkan kejadian ini pada sosok lelaki mungil polos tersebut. Betul kata Reyga, bahwa mereka hanyalah seorang bajingan.

"Kami sudah berpisah lama."

"Apa!" Reza terkejut dan menatap kearah kakak dengan ekspresi penasaran.

"Aku bukanlah sosok bajingan seperti yang kau kira. Huh, kita memilih berpisah secara baik-baik. Jujur saja, saat itu adalah waktu terpuruk bagiku. Namun, dia bilang kalau aku tidak serius mencintainya. Aku tidak terima, dan menolak pernyataannya tersebut. Tapi, kurasa itu memang benar adanya."

Reyga menenguk kembali kalengan bir.

"Ketika melihat Eliot untuk pertama kali, aku merasakan sensasi yang berbeda ketika bertemu Cindy. Dan aku tahu, jika kita semua merasakan hal yang sama."

Reza mengangguk setuju.

"Lebih baik, kita harus mencari cara untuk berbicara dengan Daddy. Jujur saja, aku tidak ingin Eliot melupakan kita."

"Kurasa kita harus memberanikan diri."

Kedua saudara itu kembali tertawa ringan.

"Bang, menurutmu apakah Daddy sudah melupakan mommy?"

"Tidak. Mommy akan selalu tempat spesial dalam diri Daddy. Buktinya saja, Daddy akan selalu mendatangi tempat peristirahatan Mommy setiap kali ada waktu."

"Benar juga. Lalu, mengapa Ia bersikap seperti pada Eliot. Maksudku, Daddy selama bertahun-tahun selalu menjaga dirinya setelah Mommy pergi. Tapi, kenapa sekarang Daddy bertindak seperti itu."

"Kenapa tidak aku tanyakan pada dirimu sendiri?"

Reza bungkam.

"Yah, kurasa karena kita memang bajingan. Jujur saja, aku tidak peduli apa yang akan orang katakan. Bagiku itu yang terpenting. Aku hanya ingin disisinya Eliot sebagai kakak."

"Heh, mana ada sosok Kakak baik seperti kita."

Kedua saudara itu mengangguk serempak. Menandakan setuju atas perihal tersebut. Bisa dibilang, mereka ingin menjadi saudara yang baik untuk sang bungsu mengingat betapa kejamnya mereka dulu. 

Tapi, sekarang mereka hanya ingin menjaga sosok lelaki polos itu. Menjaga dan ingin memilikinya.

EliotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang