Sudah dua hari rumah mewah tersebut terdengar suara desahan tiada henti. Tidak lain Thomas yang terus memasukkan juniornya pada hole Eliot yang penuh dengan cairan putih. Padahal tadi niatnya Thomas ingin membawa Eliot ke ruang keluarga untuk bersantai bersama, namun juniornya terus bereaksi ketika melihat tubuh Eliot yang terdapat bercak kemerahan hasil karyanya.
"Dad... tolong berhenti... Ahh.. Eliot sudah tidak tahan.."
"Holemu sangat sempit dan basah sayang... Ahhh... "
Thomas menulikan telinganya dan secara kasar terus menghantam hole Eliot. Kini Eliot terlihat berantakan. Bibirnya yang merah merona terlihat sedikit membengkak. Lehernya tertutupi bercak kemerahan. Kedua putihnya sedikit bengkak dan terlihat lebih besar. Hole-nya sudah bengkak dan basah karena Thomas terus mengeluarkan cairannya di dalam. Eliot terus mengerjapkan mata. Ia sudah sangat lelah. Namun, sang Ayah terlihat tidak ingin menghentikan aksinya.
Kini Eliot duduk dipangkuan Thomas dengan penisnya yang tertancap pada hole Eliot. Thomas tidak berhenti menciumi kedua puting Eliot. Sesekali ia akan menggigitnya dan hal itu membuat Eliot menangis kesakitan. Sedangkan tangan besarnya ia buat untuk membuka lebar kedua paha sang anak.
"Eliot...Ah... kau sangat nikmat baby...daddy tidak ingin melepaskanmu..."
"Ahhh...ahhh...ahhh..."
Eliot tahu walaupun ia memohon untuk berhenti, sang Ayah tidak akan menghiraukannya. Wajah Eliot saat ini terlihat lelah namun ekspresi tersebut justru membuat Thomas menambah genjotannya.
"Daddy akan keluar baby... dalam hole sempitmu ini... Ahhh...keluar bersama sayang..."
"Daddy...Ahh...Ahhh"
Lagi-lagi cairan putih itu keluar dalam hole Eliot. Perut Eliot terasa sakit dan bagian bawahnya pun juga. Thomas yang berhasil menuntaskan hasratnya kembali melumat bibir bengkak itu. Perlahan ia keluarkan penisnya dan terlihat cairan putih yang ikut membasahi kedua pahanya. Eliot hanya dapat menatap sang ayah dengan tatapan lelah. Deru napasnya ia atur sebagaimana mungkin.
Thomas gemas dan langsung menidurkan Eliot pada sofa membiarkan tubuh sang anak terlentang. Thomas menatap Eliot begitu lekat. Ia mengamati penis kecil Eliot yang mengeluarkan cairannya. Padahal ia tidak pernah membantu untuk menyentuhnya.
Thomas kembali membuka kedua paha Eliot dan membuat hole yang basah itu terlihat jelas. Eliot yang sudah lemas bahkan tidak dapat bereaksi apapun. Ia membiarkan daddynya terus mencoba memasukkan cairan yang keluar dari bagian bawahnya. Tak lama, Eliot tertidur pulas karena kelelahan.
"Selamat beristirahat sayang."
Sesaat Eliot tidur. Thomas memutuskan untuk membawa sang Anak kembali ke kamar utama agar merasa nyaman. Tak lupa ia kecup bibir mungil itu sebelum membersihkan dirinya di kamar mandi. Thomas tahu jika ia sudah bertindak berlebihan dengan sang Anak. Namun, tubuhnya lebih menguasainya daripada otaknya.
Bunyi deringan telepon terdengar tepat setelah Thomas menyelesaikan aktivitas mandi. Terlihat ada puluhan telepon yang tidak terjawab. Selain urusan kantor, kedua anaknya terus menelponnya terutama Reyga. Ia memang sengaja tidak menjawab telepon tersebut sebab tahu, apa yang akan dikatakan oleh kedua anaknya yang sangat mirip dengannya.
Namun, ia akhirnya memutuskan untuk menjawab telepon dari anak pertamanya, Reyga.
"Ada apa Reyga?" Ucapnya datar seakan tidak ingin diganggu.
"Dimana Eliot?"
"Mana sopan santunmu."
"Dimana Eliot Dad, apa yang kau lakukan padanya? Kenapa sudah dua hari kalian tidak kembali pulang!? Jangan bilang kau mulai menyiksanya lagi dad! Bukankah Daddy sendiri bilang untuk menjaganya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...