Sesuai janjinya, Thomas membawa semangkuk sup ayam dan susu putih hangat. Kata Bibi Lily ini adalah makanan kesukaan Eliot. Thomas tersenyum kecil ketika melihat anak kecil tersebut masih tertidur pulas dengan posisi yang menghadap padanya saat ini.
Ia meletakkan mapan yang berisi makanan dan minuman itu di atas meja samping tempat tidur. Ia memperhatikan sang anak yang sedang tertidur dengan selimut yang menutupi tubuh indahnya. Thomas pun berbaring disamping Eliot dan mulai mengelus pipi meronanya perlahan.
"Eliot... baby El.... ayo bangun."
Melihat Eliot yang tidak ada respon membuat Thomas mengecup seluruh permukaan Eliot dengan gemas.
Eugh
"Daddy, hentikan..."
"Ayo Eliot bangun dulu, waktunya makan hm.."
"Tapi Eliot masih mengantuk daddy."
Eliot berbicara dengan mengerucutkan bibir mungilnya. Membuat Thomas gemas dan memberanikan diri mengecup bibir mungil tersebut secara singkat. Eliot yang polos dan tidak mengerti rasa kasih sayang hanya tersenyum geli. Sedangkan Thomas terkejut mengapa ia melakukan hal tersebut. Namun, ia merasakan bahwa bibir mungil Eliot yang merah merona tersebut sangatlah manis dan halus. Melihat Eliot yang terlihat senang membuatnya tidak mempermasalahkan perilakunya.
Perlahan Thomas membuka selimut Eliot dan ia baru sadar jika sang anak belum menggunakan pakaian. Ia kembali membawa Eliot pada pelukannya dan meraba pinggang rampingnya.
"Katanya Eliot ingin tumbuh besar seperti Daddy? Kalau mau, Eliot harus makan dan minum obat."
"Hehe, Eliot mau daddy! Eliot mau seperti Daddy!"
Thomas kemudian membawa Eliot berpangku pada pahanya dan menghadap padanya. Eliot sepertinya tidak menyadari jika dirinya pun belum mengenakan sehelai pakaian. Perlahan Thomas menyuapi dan meniupkan sup ayam tersebut agar tidak terlalu panas. Thomas merasa bangga setelah melihat ekspresi Eliot yang terlihat menikmati makanan tersebut. Lihatlah, pipinya yang merah merona bahkan menyembul lucu.
"Apakah enak hm?"
"Enak sekali Daddy."
Thomas mengecup pipi gembung Eliot. Thomas berdiam diri dan menyuapi dengan sabar. Begitu pula dengan Eliot yang asik makan dengan gembiranya. Padahal Thomas sedari tadi terus memperhatikan tubuh Eliot yang nampak ramping dihadapannya. Tubuh Eliot sangatlah ramping dan halus. Mungkin lebih halus daripada seorang wanita. Kenapa tubuhnya begitu sensual. Dan kenapa juniornya itu sangatlah kecil seperti ukuran jarinya sendiri. Itulah yang Thomas pikirkan.
Setelah menghabiskan makanan dan minuman, Thomas kembali mengelus pinggang Eliot dengan perlahan. Eliot juga tidak merasa aneh karena ini pertama kalinya ia merasa disayang oleh Ayahnya.
"Daddy kenapa diam saja dari tadi?"
"Ah, Daddy hanya senang melihat Baby El makan dengan banyak."
"Tentu saja! Eliot ingin memiliki tubuh besar dan tinggi seperti Daddy nanti."
"Hm, Daddy rasa itu akan sulit Eliot."
"Kenapa Daddy? Apa Eliot kurang makan banyak?"
"Tidak kok. Apabila besar akan dimulai dari lengan Eliot, dada, perut , dan junior kecil Eliot ini."
Eliot tertawa geli ketika Thomas terus meraba tubuhnya yang tidak mengenakan pakaian. Padahal ia tidak tahu bahwa Thomas sengaja melakukannya. Rasanya ia ingin melahap tubuh yang berada di dekapannya ini.
"Eliot, mana hadiah Daddy karena sudah menyuapimu?"
"Hadiah?"
"Cium Daddy. Itu hadiah Eliot buat Daddy."
Eliot tersenyum gembira. Tanpa aba aba eliot mencium pipi Daddynya.
"Hm, hanya pipi?"
Eliot tidak mengerti, sebelum Thomas mulai mengecup bibir manis Eliot cukup lama.
"Ini baru yang namanya hadiah Eliot."
Eliot mengangguk antusias dan mengecup kembali bibir Thomas.
"Terima kasih Daddy, Eliot sayang Daddy."
"Daddy juga sayang Eliot."
Malam itu adalah pertama kalinya dalam pikiran Thomas Mahardika untuk mengubah sikapnya pada pemuda kecil dihadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...