"Hm, hentikan bang Re... hm..."
Lagi-lagi suara desahan kecil terdengar nyari di ruangan serbaguna belakang sekolah. Tepatnya baru sehari keberangkatan Thomas dan Reyga keluar kota untuk bekerja.
Pukul setengah dua belas siang tadi Reza langsung membawa Eliot menuju ruangan ini. Meninggalkan wajah bingung teman sekelas Eliot. Seharusnya mereka menghabiskan waktu untuk makan siang. Tapi, bukan Reza jika ia menyia-nyiakan waktu berharga seperti ini.
Ruangan yang cukup luas ini sudah lama diklaim menjadi tempat pribadi Reza dan teman-temannya. Tidak heran, jika banyak siswa yang tidak berani bahkan tidak tahu mengenai ruangan yang selalu tertutup itu.
Guru juga tidak ambil pusing ketika Reza dan teman-temannya meminta izin menggunakan ruangan tersebut. Selagi tidak melakukan hal negatif. Toh, mereka juga kerap menyumbang piala di sekolah.
Eliot sedikit terbawa suasana ketika Reza mulai melumat bibirnya. Sudah lama sekali rasanya ia tidak merasakan sensasi ini. Walaupun jauh dilubuk hatinya, ia kecewa karena lagi-lagi dirinya hanya bisa pasrah.
"Ah, bang Re..."
"Apakah enak sayang?"
Pakaian Eliot sudah dilepaskan semua oleh sang empu sedangkan, Reza masih memakai pakaian lengkapnya. Mereka hanya berdua di ruangan tersebut. Reza begitu tergiur ketika melihat tubuh mulus Eliot tanpa bercak bekas persetubuhan seperti biasanya. Ia membaringkan Eliot pada lantai ruangan tersebut yang dilapisi oleh karpet. Sebab, sofa di ruangan itu terlalu kecil untuk memandangi tubuh indah Eliot.
Reza mulai menghisap nipple merah muda Eliot.
"Ah...Ah...geli bang Re..."
"Hm..."
"Ah!"
Tiba-tiba saja, Reza menarik kuat nipple kiri Eliot sembari menghisap penuh nipple kanannya. Terlihat merah sudah. Tubuh Eliot memang sensitif bahkan jika hanya disentuh pelan.
"Sayang, putingmu ini sensitif sekali hm.."
"Hentikan bang Re..."
"No sayang. Turuti kata abang oke?"
"Tapi..." Eliot sedikit gelisah.
Melihat hal itu, Reza memasukkan jarinya pada lubang sensitif Eliot. Membuat Eliot tersentak.
"Ah, jangan abang..."
"No, baby. Ingat kan kata Daddy? Eliot harus nurut semua perintah abang." ucap Reza tegas.
"Tapi, Eliot..."
"Mau abang pergi aja? Ninggalin Eliot tanpa baju seperti ini, mau?"
Eliot mulai berkaca-kaca. Sungguh, ia tidak suka jika dirinya ditinggalkan oleh kakaknya. Sudah cukup sang Ayah dan kakak pertamanya pergi lama. Ia tidak dapat membayangkan jika harus sendiri ditinggal kakak satu-satunya ini.
Hiks
Hiks
Hiks
Reza mencium kelopak mata Eliot perlahan.
Cup...Cup...Cup
"Jangan menangis sayang. Sudah..sudah... Abang tetap disisi Eliot kalau baby abang yang satu ini menuruti semua perkataan abang."
Eliot mengangguk pelan. Ia kecup bibir sang kakak perlahan. Membiarkan tubuhnya kembali terguncang. Merasa bagian bawah Eliot sudah semakin basah. Tanpa aba-aba Reza memasukkan juniornya tanpa melepas seluruh pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...