Kring Kring Kring
Bunyi bel sepeda terdengar. Orang yang tinggal di desa itu tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah pemuda mungil yang mengendarai sepeda.
Pemuda itu adalah Eliot.
Sudah 1 bulan lamanya Eliot dan Dokter Ricky memulai kehidupan di desa ini. Udara segar pantai di pagi hari adalah hal favorit Eliot di desa.
Para warga begitu gemas dan senang akan kehadiran Eliot dan Dokter Ricky. Kebanyakan warga desa sudah cukup berumur. Jadi mereka menganggap Eliot sebagai cucu mereka sendiri.
Dokter Ricky mulai bekerja sebagai Dokter umum di puskesmas desa sedangkan Eliot mulai masuk sekolah disana. Walaupun fasilitas di desa begitu seadanya, namun kegemaran belajar Eliot tidak pernah menurun.
Teman-temannya tidak terlalu banyak. Hanya ada satu kelas untuk masing-masing angkatan. Eliot dengan mudah berbaur dengan mereka.
Salah satunya bernama Jane. Jane adalah perempuan yang tinggal tidak jauh dari rumah Eliot. Setiap kali mereka bertemu Jane selalu saja mengatakan jika dirinya lebih tinggi. Hal itu membuat Eliot kesal.
"Lihat, aku lebih tinggi darimu Eliot. Pantas saja anak laki-laki disini tidak ingin mengajakmu bermain." Ucap Jane mengejek.
Eliot mengembungkan pipi. Hal itu justru terlihat lucu bagi Jane.
"Lihat saja nanti! Aku akan lebih tinggi darimu!" ucap Eliot menggebu.
"Ohya? Aku akan menunggunya. Tapi, sebelum itu terjadi, aku akan lebih tinggi darimu HAHA."
Tawa Jane selalu menggelegar. Ia sangat puas ketika Eliot mati kutu. Wajah Eliot semakin menekuk tajam.
"Sudah-sudah jangan cemberut bayi kecil. Nanti sore jangan lupa datang bekerja di kedai-ku. Malam nanti aku akan memberikanmu ikan segar milik Ayahku. Kau suka kan?"
"Serius Jane! Aku memang paling suka ikan hasil pancing Ayahmu. Yasudah aku akan pulang dulu, sampai jumpa nanti sore!!"
"Ya, sampai jumpa bayi kecil."
Keluarga Jane adalah keluarga paling makmur di desa ini. Bahkan, keluarganya juga memiliki kedai makan kecil di samping rumah. Eliot sering ikut membantu di sana dengan upah yang diberikan. Terkadang ia juga akan mendapat bonus seperti sore nanti.
Sebelumnya, Dokter Ricky tidak setuju jika Eliot harus bekerja. Namun, Eliot tidak ingin merepotkan lebih Dokter Ricky.
"Baby, kamu fokus saja dengan sekolahmu, hm?"
"Tidak Paman. Eliot tidak ingin merepotkan Paman Ricky lagi."
"Hey, siapa bilang kau merepotkanku baby?" Paman masih memiliki banyak uang dan sekarang saja Paman juga sudah bekerja."
Eliot menggeleng pelan.
"Eliot ingin bekerja. Setidaknya, Eliot bisa menghabiskan waktu dengan Jane juga dan tidak kesepian di rumah."
"Apakah Paman tidak perlu bekerja lagi? Kau merasa kesepian, Eliot?"
"Eh, tidak. Tidak sama sekali. Maksud Eliot bukan begitu..." ucap Eliot sambil menggaruk kepala.
"Lalu? Apa karena kau menyukai gadis bernama Jane itu? Atau selama ini uang jajan yang Paman berikan kurang baby?"
Dokter Ricky terlihat resah. Eliot menangkap wajah Dokter Ricky dengan tangan mungilnya.
"No, Paman. Eliot hanya ingin mandiri dan juga berteman dengan warga desa di sini. Kalau Eliot bekerja di kedai milik Jane, pasti Eliot akan banyak berinteraksi dengan orang yang datang. Dan juga, Eliot tidak ingin terus-terusan merepotkan Paman Ricky." ucap Eliot tenang.
Dokter Ricky sangat terharu mendengarnya. Ah, Eliotnya kini terlihat begitu dewasa. Ia tidak seperti dulu lagi. Eliot kini sudah bisa berinteraksi dengan warga desa. Ia terlihat lebih hidup dari sebelumnya.
"Baiklah, kurasa Paman tidak perlu mengkhawatirkanmu lagi. Tapi ingat, janji kepada Paman jika Eliot tidak boleh kelelahan dan lebih fokus dengan belajarmu."
"Hmm! Eliot janji Paman."
Eliot memeluk Dokter Ricky dengan hangat. Dokter Ricky pun membalas pelukan hangat itu.
"Terima kasih untuk semuanya Paman." Ucap Eliot pelan namun masih bisa di dengar Dokter Ricky.
Dokter Ricky tersenyum hangat. Ia mengelus punggung mungil Eliot. Ia sudah lama tidak merasakan kebahagiaan seperti ini.
Hari Minggu, ia memutuskan untuk mengendarai sepeda berkeliling desa. Banyak tempat-tempat favorit Eliot.
Biasanya ia akan menghabiskan waktu membaca buku di sana. Contohnya saja hari ini. Dokter Ricky selalu sibuk walaupun hari libur. Hal itu karena warga desa terus mengajaknya untuk melakukan berbagai acara orang tua.
Walaupun rasanya ingin sekali menghabiskan waktu libur dengan Eliot, ia merasa tidak enak setiap kali melihat tatapan semangat para warga.
Eliot hanya bisa menertawakan ekspresi terpaksa Dokter Ricky dalam hati.
Setelah 15 menit bersepeda, Eliot sampai di lokasi tujuan. Tempatnya berada di dekat ujung pantai. Di sini sedikit sepi karena tertutup oleh pohon besar. Eliot merasa senang, karena dirinya sendiri yang mengetahui tempat ini.
"Hm... segar sekali di sini."
Eliot menghirup udara itu sekali lagi. Terik matahari menyinari lautan. Air laut menjadi bersinar terang. Eliot yang mulai terbawa suasana mulai membaca novel yang ia punya.
Beginilah kehidupan Eliot saat ini. Begitu tenang. Setiap hari, ia merasa begitu senang. Dokter Ricky selalu membantunya memasak untuk sarapan sampai dengan makan malam.
Di sekolah Eliot selalu bermain dengan teman-temannya.
Tidak ada lagi tatapan aneh yang biasanya didapatkan. Eliot begitu bersyukur dan berterima kasih kepada Dokter Ricky. Jika bukan karenanya, Eliot tidak tahu apa yang akan terjadi.
Huft
Setiap kali Eliot memikirkan mengenai hal itu, dadanya terasa sakit. Matanya mulai berkaca-kaca. Dirinya sangat merindukan Ayah dan kedua kakaknya. Bagaimanapun, mereka adalah keluarganya.
"Eliot rindu Daddy, bang Rey, bang Re..." ucapnya sendu.
Tapi, Eliot tau jika ini adalah pilihan terbaik. Ia tidak ingin merasa lebih bersalah lagi. Mereka sudah kehilangan sosok cahaya karena dirinya sendiri.
Eliot setiap hari berdoa di tempat favoritnya itu, ia berdoa agar Ayah dan kedua kakaknya diberikan kesehatan dan juga dapat bahagia seperti dirinya saat ini.
Eliot mengusap kedua matanya. Hari juga semakin terik. Ia harus pulang ke rumah sebelum Dokter Ricky mulai mencarinya lagi.
Ia kembali mengendarai sepedanya. Pulang ke rumah.
Rumah barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...