Kabar mengenai Eliot yang amnesia terdengar oleh Reyga dan Reza. Reyga saat ini sedang menuntaskan kuliah S1-nya pada tahap akhir perkuliahan sedangkan, Reza masih sekolah kelas 11 SMA. Kedua saudara itu memang jarang sekali pulang ke rumah sejak kematian ibunda tercinta mereka. Belum lagi tugas kuliah dan sekolah mereka.
Reyga dan Reza mendapat kabar mengenai Eliot dari Bibi Lily yang menjadi orang ketiga komunikasi dengan Thomas. Reyga saat ini sedang dalam perjalanan pulang dari apartemen pribadinya. Apartemen ini ia tempati ketika ia sangat lelah dengan perkuliahan dan kebetulan jarak antara apartemen dengan kampusnya lebih dekat daripada harus bolak-balik sekolah. Tidak ada rasa apapun saat Reyga mendengar mengenai berita Eliot. Jujur saja, ia pulang hanya ingin memastikan apakah kabar tersebut benar atau tidak. Eliot merupakan salah satu sumber kebenciannya. Bagi Reyga, sosok pemuda yang berstatus adiknya itu adalah pembawa sial. Selain, membuat Ayahnya berubah. Ia telah membuat orang yang paling sayangi depresi dan meninggal dunia.
Reyga mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Ia sudah beberapa kali mengirim pesan dan menelpon Ayahnya namun tidak ada satupun jawaban. Padahal, waktu telah menunjukkan pukul 08.00 WIB pagi hari. Ada hal yang menjanggal. Biasanya, Thomas sigap membalas pesan anaknya. Selain itu, Bibi Lily juga mengatakan bahwa Ayahnya setelah pulang bekerja berperilaku tidak seperti biasanya. Bagaimana bisa, Ayahnya yang ia kenal tidak ingin bertatapan mata dengan Eliot bisa menghabiskan waktu pulang kerjanya di kamar si bungsu? Apalagi sampai membawakan makanan dan minuman tanpa ada yang boleh memasuki kamar bahkan Bibi Lily.Saat ini, Reyga sangat penasaran.
Sekitar 1 jam perjalanan Reyga sampai pada rumahnya. Rumah yang berada di salah satu kompleks mewah perkotaan Perancis. Paman James dengan sigap mempersilahkan tuan muda memasuki pekarangan rumah. Reyga tahu jika Paman James merupakan salah satu pegawai yang tidak menyukai dirinya. Namun, Reyga tidak peduli. Toh, sikapnya pada Eliot bukanlah kesalahan. Justru ia merasa aneh jika ada orang yang bisa bersimpati pada anak sialan itu.
Suasana rumah terasa sepi. Hanya ada lalu lalang pelayan rumah yang sibuk membersihkan ruangan.
"Bibi Lily, dimana Daddy?"
Bibi Lily yang melihat tuan muda menunduk sejenak dan memberhentikan aktivitas pekerjaannya.
"Selamat datang tuan muda. Saat ini tuan besar sedang di kamar tuan muda Eliot."
Reyga mengerutkan dahi dengan ekspresi bingung.
"Apakah belum keluar kamar? Bukannya ini sudah lewat jam kerja Daddy, tidak biasanya Daddy tidak masuk bekerja?"
"Benar tuan. Kemarin malam tuan besar juga sudah menginformasikan bahwa hari ini ia tidak akan bekerja dan melarang pelayan untuk memasuki kamar Eliot. Lebih tepatnya, tidak ingin diganggu. Seperti itu yang saya dengar."
Tidak ada raut wajah kebohongan yang tercetak pada wajah Bibi Lily.
"Tuan muda, mohon maaf apabila saya lancang. Seperti yang saya kabarkan kemarin bahwa tuan muda Eliot mengalami amnesia dan baru saja keluar rumah sakit. Maka dari itu, tuan besar yang langsung turun tangan untuk membantu kebutuhan tuan muda Eliot. Saat ini, tuan muda Eliot juga sedang beradaptasi dengan lingkungan baru karena penyakitnya tidak dapat mengingat siapapun lagi. Jadi, mohon pengertiannya tuan."
"Daddy merawatnya?"
"Tentu saja tuan muda. Bahkan saat ini, kamar tamu utama sedang direnovasi untuk kamar baru tuan muda Eliot atas perintah tuan besar. Jadi, mohon maaf apabila terdengar suara bising."
Reyga seperti mendengar keanehan. Sungguh aneh. Mana ada orang akan berubah dalam semalaman. Bukankah, Daddynya yang membuat Eliot terbaring di rumah sakit beberapa minggu yang lalu?
"Aku ingin menemui Daddy."
"Tuan muda seperti yang tadi saya sampaikan untuk saat ini tuan besar tidak mengijinkan siapapun masuk ke dalam ruangan."
Reyga tidak mendengarkan Bibi Lily. Ia merasa lelah setelah berkendara cukup jauh dari apartemennya. Ingin sejenak ia makan sarapan yang telah disiapkan pelayan. Namun, rasa penasarannya lebih penting daripada itu semua. Bibi Lily yang melihat itu hanya berdiam diri. Ia tahu jika tuan muda memiliki sikap keras kepala sama dengan tuan besar. Ia hanya berharap jika tidak ada keributan berlebih.
Langkah Reyga bergerak cepat ke arah salah satu sudut ruangan. Kamar sang Ayah. Pintu kamar terlihat tidak terkunci. Ia juga tidak mendengar suara apapun di kamar itu. Reyga sebenarnya ragu ingin langsung masuk atau mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia tahu betul sifat Ayahnya yang sebenarnya udah emosi. Tapi, itu hanya berlaku pada Eliot. Bahkan, ketika mereka melakukan kesalahan Ayahnya hanya akan mendiami mereka dengan tatapan tajamnya yang justru ampuh untuk membuat mereka menyesal. Salah satu pilihan yang ia pilih hanya satu. Mengetuk pintu.
Tok Tok Tok
Hening, tidak ada jawaban.
Tok Tok Tok
"Daddy?"
Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka. Memperlihatkan Ayahnya yang seperti bangun dari tempat tidur. Ayahnya menggunakan boxer pendek tanpa atasan. Rambutnya berantakan. Namun wajahnya segar, seperti orang yang sudah bangun tidur tapi masih bergulat di tempat tidur. Ekspresi Thomas dingin seakan Reyga mengganggu acara liburnya.
"Kau sudah pulang? ada apa?"
"Hm, aku dengar Daddy sedang merawat anak sialan itu?"
"Berhenti bicara seperti mulai sekarang Reyga. Bukankah, Bibi Lily sudah memberitahumu soal keadaan Eliot?"
Reyga terkejut mendengar ayahnya yang berbicara dengan nada tinggi padanya. Namun, pandangannya menelusuri kamar dari pintu terbuka tersebut. Terlihat gelap. Ia yakin jika tirai jendela bahkan tidak dibuka.
"Daddy, kenapa sangat aneh?"
Belum sempat menjawab Thomas mendengar suara Eliot yang terbangun dari tidurnya.
"Keluarlah, Eliot sudah bangun"
"Tidak! Aku ingin melihatnya!"
Thomas ingin mencegah anak pertamanya itu masuk ke kamar. Namun, ia tidak sempat karena Eliot sudah berdiri di belakangnya. Eliot berdiri tanpa mengenakan sehelai pakaian. Tangan mungilnya mengucek matanya pelan. Menandakan jika ia terbangun. Rambutnya terlihat sedikit berantakan. Tapi, entah kenapa melihat Eliot seperti ini Thomas merasa gemas. Thomas secara spontan langsung mengelus mata dan pipi Eliot secara halus. Melupakan wajah terkejut Reyga yang berdiri di depan pintu.
"Baby El, sudah bangun hm?"
"Sudah Daddy, hoam..."
"Apakah Eliot ingin sarapan sekarang?"
Thomas menggendong koala Eliot yang sedang mengangguk kepalanya. Eliot sepertinya tidak sadar jika ada seseorang yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sama ketika Thomas pertama kali melihat Eliot.
"Reyga, tunggulah di meja makan. Kamu pasti juga belum sarapan kan? Daddy dan Eliot akan menyusul setelah selesai mandi."
Tanpa mendengar jawaban dari Reyga, Thomas langsung menutup pintu dan memulai aktivitas paginya. Mandi bersama Eliot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...