Reza mendudukan Eliot pada bangku penumpang mobil secara kasar. Eliot baru kali ini merasa takut kepada Kakaknya. Eliot tidak tahu apa salahnya. Ia hanya bisa menunduk sambil memegang kencang ujung bajunya.
Mobil itu dikendarai begitu liar oleh Reza. Sesekali ia menggerutu kepada mobil yang menghalanginya dengan caci maki. Eliot semakin takut. Ia bahkan tidak berani menatap kearah Kakaknya. Ia takut karena baru pertama kali ini kakaknya berbicara kasar.
Seketika, mobil terhenti. Eliot mendengar suara pintu terbuka lalu tertutup secara kasar, menandakan kakaknya telah keluar dari mobil. Tak lama kemudian, pintu mobilnya terbuka. Tubuhnya diangkat secara kasar oleh sang kakak. Dirinya hanya dapat menyembunyikan wajah pada bidang sang kakak.
Eliot tidak tahu mereka sedang dimana, hanya saja suasana sangat tenang. Tidak terdengar suara apapun. Hanya ada suara pintu, dan lift yang mengantarkan mereka entah kemana. Terdengar suara pintu terbuka. Tidak lama, dirinya didudukkan pada sebuah ranjang besar yang empuk.
Matanya mengerjap, ia mulai melihat keseluruhan ruangan. Ruangan yang cukup besar, dengan adanya dapur serta kamar mandi yang terlihat di ujung ruangan. Ruangan ini persis seperti yang sering kakaknya ceritakan, apartemen pribadinya ketika ia suntuk tidak ingin pulang. Eliot masih ingat ketika kakaknya menceritakan bahwa ia memiliki apartemen ketika dirinya lelah dan tidak dapat pulang ke rumah utama.
Ketika Eliot masih memandangi ruangan yang cerah kearah jendela besar apartemen, dirinya ditarik kasar sampai dirinya berhadap dengan sang Kakak yang berdiri di depannya. Matanya mulai memerah ketika melihat ekspresi dingin sang kakak. Saat ini, dirinya sangat takut.
"Lepas bajumu" Reza berbicara tegas.
Eliot menuruti keinginan sang kakak. Dirinya langsung melepaskan seluruh seragam sekolahnya dengan tangan gemetar. Tubuh putih mulus mulai terlihat. Pemandangan yang sangat menggiurkan bagi Reza. Bahkan, pinggang rampingnya terlihat memerah hanya karena genggamannya.
"Duduk mundurlah, dan buka kakimu."
Lagi, Eliot menuruti permintaan Reza. Ia duduk di tengah-tengah ranjang besar dan mulai membuka kedua kakinya. Ia sudah hafal, karena ayahnya kerap menyuruhnya. Reza tetap berdiri disana, memandangi tubuh adiknya yang menggoda dengan tatapan dinginnya. Ia tidak ingin apa yang di depannya ini, menjadi perhatian orang lain.
Ia kesal ketika melihat interaksi Eliot bersama orang lain. Ia juga kesal melihat Eliot yang tersenyum ramah pada orang lain. Ia hanya ingin Eliot menjadi miliknya.
Melihat wajah ketakutan Eliot, membuat Reza melunak. Namun, ia tetap berdiri disana. Menatap kearah tubuh Eliot. Terutama bagian bawahnya yang terlihat bengkak dan berwarna merah, bahkan juniornya sangat kecil tanpa ada rambut halus yang tumbuh disekitarnya. Reza tahu jika lubang Eliot yang menggoda itu bengkak akibat perbuatan Ayahnya. Ia kesal mengetahui Ayahnya dapat bersenang-senang setiap hari. Reza hanya bisa mengepalkan tangan.
Eliot semakin takut karena kakaknya hanya memandangnya tanpa mengatakan apapun. Ia pun memberanikan diri.
"A-abang Re?"
Kali ini Reza melunak. Hatinya tidak tega melihat ketakutan sang adik.
"Apa kau takut, baby?" Reza berkata lembut membuat Eliot menangis.
"Hiks...Hiks...Maaf"
"Hush... sudah jangan menangis sayang. Maafkan Abang Re ya, kalau Eliot takut."
"Hiks... Hum, jangan marah lagi ke Eliot ya bang."
"Abang tidak akan marah baby, asalkan baby menuruti semua perkataan Abang, hm.."
Eliot mengangguk. Ia merentangkan tangan, dan disambut oleh Reza yang memeluknya hangat. Reza menggendong koala Eliot, dan membawanya ke dalam pelukannya. Mereka berbaring saling berpelukan. Eliot merasa lega ketika sentuhan kakaknya berubah menjadi lembut.
Reza mengecup kedua mata berair Eliot. Sentuhan itu turun kearah bibir merah merona Eliot yang sudah dari tadi membuatnya bergairah. Eliot yang terbiasa membuka mulutnya, membuat Reza melumat bibir mungil tersebut. Selama hidupnya, baru kali ini Reza dapat bergairah hanya karena sebuah ciuman. Bibir ini, lidah yang bermain di dalamnya membuat tegang.
"Sayang, mulutmu sangat menggoda."
Eliot bersemu merah, ketika lengan besar Reza mengusap bibirnya.
"Apakah enak?"
Eliot mengangguk pelan.
"Jawab dengan mulutmu ini, baby. Apakah enak?"
"I-iya enak abang."
Tanpa aba-aba Reza melumat kembali bibir yang terus menggodanya itu. Terasa manis, baru kali ini ia merasakan sensasi yang menggairahkan ini. Reza yang sudah tidak tahan lagi langsung melumat leher mulus Eliot sehingga terdapat banyak kecupan disana.
"Ah, abang..."
"Ini enak sayang.."
Eliot tersentak ketika kedua putihnya dihisap oleh sang kakak. Melihat hal itu, Reza terus menghisap dengan tangan satunya menarik-narik putih merah Eliot.
"Ini, sakit, ah... bang.. sudah... ah...."
"Nikmati saja, baby."
Eliot terus mendesah. Sedangkan, kedua putih Eliot mulai membengkak akibat hisapan dan permainan brutal Reza.
Tatapan Reza kini beralih pada bagian Eliot yang terlihat berkedut. Lubang yang menggodanya. Lubang yang ingin ia masuki sedari tadi. Reza memasukkan 1 jari ke dalam lubang yang bengkak itu.
Eliot mendesah kembali, sembari mengeratkan kedua tangan pada selimut tempat tidur. 1 jari itu bertambah menjadi tiga jari. Merasa cukup longgar, Reza mulai melucuti seluruh pakaiannya.
Eliot terpesona melihat tubuh indah sang kakak. Reza memiliki tubuh yang tinggi serta absnya yang mempesona. Melihat Eliot yang menatapnya malu membuat Reza tersenyum tipis. Ia pun memamerkan juniornya yang memiliki ukuran besar.
Melihat hal itu, Eliot teringat pada Ayahnya, hanya saja milik Thomas sedikit lebih besar. Ia pun mengalihkan pandangan. Jantungnya mulai berdetak kencang. Ini pertama kalinya, ia akan melakukan seks dengan kakaknya Reza.
"Kau malu, baby El?"
Eliot kembali bersemu merah.
Reza mendekati penisnya pada lubang kemerahan milik Eliot. Sekali hentakan, dan penis itu masuk ke dalam sarangnya.
"Ah, lubangmu sangat sempit dan hangat, baby."
"Ah...ah...terlalu besar....Ah..."
Eliot tidak dapat berhenti mendesah ketika Reza terus menerus menghujam lubang anal Eliot. Ia merasa seperti masuk ke dalam yang begitu hangat dan sempit. Reza terus menghujam Eliot. Sesekali ia akan melumat Eliot dan menarik putih kecil Eliot.
"Ah...Bang Re..."
"Apakah ini enak, baby. Kau suka? Lubangmu membuat penis Abang terasa hangat, baby."
"Ah...Ah....Terus bang..."
"Terus apa, hm? Aku akan mengeluarkannya di dalam sayang...Ah..."
"Ah...Ah...Sangat besar..."
"Abang akan keluar baby, terimalah dalam tubuhmu baby... Ah..."
Reza tidak berhenti dan mengeluarkan cairan kental tu dalam tubuh Eliot. Eliot merasa bagian bawahnya sangat penuh dan berair. Reza mengecup Eliot lembut. Ia puas sekali melihat cairan miliknya memasuki lubang yang berdenyut itu.
Hari siang telah mereka lewatkan melupakan kewajiban mereka sekolah. Reza tidak peduli lagi. Ia ingin rasanya mengurung Eliot tanpa ada seorang pun yang menyentuhnya. Eliot yang lelah pun langsung terlelap tidur. Melihat hal itu, membuat Reza membaringkan tubuhnya, memeluk pinggang ramping sang empu. Tak lupa, ia memasukkan penis itu ke dalam lubang anal Eliot.
"Tidurlah, baby."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...