32

1.8K 77 0
                                    

Sudah satu minggu terlewati sejak Eliot terbaring di rumah sakit. Itu artinya, sudah seminggu pula Eliot berada di mansion. Tidak ada yang spesial. Selain, makan, tidur, dan belajar.

Eliot tentu merasa jenuh. Thomas juga sibuk akan pekerjaannya dan terpaksa meninggalkan Eliot sendiri di mansion.

Thomas merasa bersalah setiap kali melihat raut wajah jenuh anaknya, maka dari itu Eliot diperbolehkan untuk belajar di sela waktunya pulih kembali. Walaupun sekolahnya ditunda, Eliot menghabiskan waktunya untuk belajar.

"Kapan Daddy pulang ya?" ujar Eliot yang kini berbaring di ranjang.

Jujur saja ia sangatlah bosan. Ia tidak memiliki ponsel untuk menghubungi Daddy atau bahkan kedua kakaknya.

"Huh, sangat bosan."

Mansion yang Eliot tinggali sangatlah luas. Dalam waktu seminggu Eliot menjelajahi setiap ruangan. Mansion yang memiliki 2 tingkat ini, dibagi menjadi beberapa ruangan. Lantai pertama, ada ruang tamu, dapur, ruang makan, kamar mandi tamu, kamar tidur tamu, dan belakang rumah terdapat kolam renang yang cukup besar.

Sedangkan, lantai kedua, ada kamar tidur utama yang dilengkapi ruang pakaian dan kamar mandi, ruang musik, ruang tempat kerja, ruang menonton bersama, ruang santai keluarga bersama, dan ruang bar.

Eliot tidak tinggal sendiri. Setiap jam 08.00 pagi akan ada pengurus taman dan pulang begitu saja setelah selesai. Ia tidak tahu siapa nama paman tersebut, karena Thomas tidak memperbolehkan siapapun untuk mengajak Eliot berinteraksi. Bahkan, pengurus rumah yang bertugas membersihkan ruangan harus pulang ketika sudah selesai.

Pernah Eliot mengajak bibi tersebut berbincang, namun bibi itu hanya abai. Bahkan, tidak ada ekspresi yang mencolok. Eliot begitu terkekang. Tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan.

Akan tetapi, berkat pemulihan ini Ayahnya tidak melakukan tindak senonoh lagi. Ia terus menemani Eliot. Makan bersama, tidur bersama, belajar bersama, dan terkadang masak bersama.

Eliot sangat menyukai keseharian ini. Ia menikmati setiap waktu yang diberikan Thomas padanya. Ayahnya terkadang suka membacakan cerita dikala Eliot sulit untuk tidur. Tidak ada lagi ciuman kasar, hanya sebuah kecupan hangat.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 17.00 sore hari. Tidak ada tanda-tanda Thomas pulang. Biasanya jam segini Eliot akan menyambut kedatangan Ayahnya.

"Mungkin Daddy sedang sibuk kerja."

Eliot menonton TV, acara favoritnya sedang berlangsung. Tak lama, terdengar bel pintu berbunyi.

"Ah, Daddy datang!" Eliot beranjak dan langsung membuka pintu.

"Apakah kau kangen dengan Daddy?"

"Tentu saja, Dad."

"Anak pintar. Baik-baik mari kita masuk. Daddy sudah sangat lapar. Hari ini, Daddy membelikan daging untuk makan malam."

"Yeay! Eliot juga lapar Daddy."

Ayah dan anak itu, sekali lagi menghabiskan waktu bersama dengan penuh kehangatan. Eliot hanya bisa berharap, jika ia bisa merasakan hari demi hari seperti ini. 

Kini, Eliot dan Thomas berbaring di ranjang kamar utama setelah selesai makan dan membersihkan diri.

"Baby, karena sudah sembuh besok kita akan pulang ke rumah utama."

"Sungguh Dad? Eliot rindu dengan Abang Rey dan bang Reza. Eliot juga rindu sekolah."

Thomas terkekeh kecil.

"Apa begitu membosankan tinggal bersama Daddy selama seminggu ini, hm?"

"Bukan begitu, Daddy. Eliot hanya rindu mereka."

Thomas kembali mengelus rambut Eliot. Membiarkan sang anak duduk menyandar pada dada bidangnya.

"Baiklah. Daddy percaya. Nanti saat kembali ke sekolah, belajar yang giat dan ingat, Eliot harus bersama bang Reza ya."

"Tenang saja Dad."

"Tidurlah sayang. Besok kita akan pulang pagi."

"Oke, selamat malam Daddy."

"Goodnight my love."

Thomas mengecup kening dan bibir Eliot perlahan. Ia juga ikut tertidur pulas bersama dengan anak bungsunya. 

EliotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang