Suasana rumah keluarga Mahardika sangat tenang. Ruang meja makan terdapat tiga saudara terkecuali sang kepala keluarga yang sedang melakukan perjalanan bisnis keluar kota.
Eliot memakan sarapannya dengan tenang. Kali ini ia memakai baju sweater panjang dan celana pendek yang menutupi bajunya. Semua jenis pakaian ini dipilih langsung oleh Thomas. Pada sisi lain, Reyga dan Reza terus menatap sang empu tersebut dengan tatapan memangsa. Bagaimana tidak? Leher yang terekspos sempurna itu masih terlihat banyak bekas kemerahan. Bibir mungil itu juga sedikit membiru. Reza sebetulnya sudah tahu jika apa yang terjadi pada Eliot adalah perlakuan dari Daddy dan kakak pertamanya. Tapi, ia berusaha berekspresi datar dengan tangannya yang menggenggam kasar sendok makan.
"Eliot, abang Rey hari ini harus masuk kuliah. Eliot mau di rumah atau mau ikut abang Rey?
Ujar Reyga sembari mengusap sudut bibir membiru Eliot. Jujur saja, ia ingin membawa Eliot ke apartemennya karena lebih leluasa disana. Tapi, Eliot sepertinya belum terbiasa untuk keluar rumah. Sang empu pun, memasang wajah berpikir yang begitu menggemaskan. Akan tetapi, sebelum menjawab Reza pun menyela.
"Tidak usah bang. Hari ini, aku akan menjaga Eliot di rumah. Kalau bang Rey kuliah, dia bakal kesepian juga."
"Kamu ga sekolah?"
"Iya, bolos sekali-kali lah bang. Lagian, aku mau deket dulu sama Eliot juga."
Reyga nampak berpikir. Ia tahu jika tidak masalah si Reza sekolah atau tidak karena nilai akademiknya yang bagus. Reyga juga kasihan jika Eliot tidak akan terbiasa jika keluar rumah. Lagian daddy saja belum mau membawa Eliot keluar rumah.
"Yasudah, Abang nitip Eliot ya Za."
"Tenang bang. Eliot hari ini main sama bang Reza ya?"
"Huum!" ucap Eliot dengan penuh pemaknaan.
Reyga merasa cemburu saat ini melihat mata coklat Eliot yang terlihat semangat ingin bermain dengan Reza. Tanpa basa-basi Reyga langsung membawa tubuh Eliot untuk duduk dipangkuannya. Ia mengecup pipi merah merona Eliot tidak sabar.
"Abang Rey berangkat ya baby, jangan nakal oke?"
"Iya bang Rey, cepat pulang juga ya.."
"Tentu, sayang." ucap Reyga sambil mengecup singkat bibir mungil Eliot. Ia tidak peduli tatapan terkejut Reza yang berada disampingnya.
Rumah terasa sepi begitu Reyga sudah berangkat menuju kampusnya. Reza menatap Eliot yang memasang ekspresi sedih. Hanya ditinggal Reyga saja, bikin kamu sedih segitunya?
"Eliot mau ke kamar abang atau ke kamar sendiri?"
"Boleh main ke kamar abang aja?"
"Tentu sayang."
Disinilah adik kakak itu berada. Kamar Reza yang sangat jarang ia tempati karena lebih suka berada di apartemennya. Reza merupakan salah satu anak Thomas yang lebih menyukai pergaulan bebas. Ia merasa lebih bebas di apartemennya daripada di rumah.
Ia melirik ke arah Eliot. Sebetulnya ia sudah tahu mengenai Eliot belakangan ini dari berita ia dikurung sang Ayah yang terlihat terobsesi kepadanya. Reza tidak heran akan tingkah ayah dan abangnya, karena siapapun yang melihat Eliot pasti akan tertarik padanya.
Hanya saja, ia merasa sedikit iba karena kepolosan sang adik dimanfaatkan baik oleh Ayah dan Abangnya. Reza itu anaknya cuek, hanya saja memang dia juga ikut berperan saat menyiksa Eliot. Ia sangat menyayangi Mommynya lebih dari apapun bahkan hingga saat ini. Ketika mendengar permintaan sang Ayah untuk bertindak selayaknya seorang kakak kepada adiknya. Jujur saja, butuh waktu untuk Reza kembali ke rumah hingga hari ini.
Melihat Reza yang hanya terdiam membuat Eliot juga termenung. Banyak sekali hal-hal yang ia pikirkan saat ini. Ia sangat bahagia melihat bagaimana sayangnya sang Ayah dan kedua Abangnya padanya. Namun, ia juga sedih lantaran sudah jarang sekali ia bertemu Bibi Lily, Paman james, dan Dokter Ricky. Ia ingat saat mengatakan jika ingin bertemu dengan mereka sang Daddy hanya menatapnya tajam. Saat itulah, ia tahu jika kemungkinan sang Ayah membatasi pertemuan mereka.
"Hey, apa yang kau pikirkan?"
"Hm, tidak ada bang."
"Jangan bohong Eliot, abang tidak suka."
"Sebenarnya, Eliot penasaran apakah sekolah itu menyenangkan bang?" ucap Eliot mengalihkan pembicaraan walaupun memang benar sejak ia menjalani homeschooling ia sudah tidak sabar untuk bersekolah seperti kakaknya. Apalagi ketika melihat sang kakak mengenakan seragam sekolah yang keren itu. Eliot ingin mengetahui dunia di luar sana.
"Eliot ingin sekolah?"
"Hm! Eliot sudah tidak sabar satu sekolah dengan bang Reza. Kata guru Eliot, sekolah ada banyak jajan dan pelajarannya seru-seru. Eliot juga ingin punya banyak teman."
"Kalau begitu, Eliot harus belajar giat biar cepat sekolah oke?"
"Oke!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...