Setelah pertengkaran antara Ayah dan anak bungsu itu, mereka tidak canggung malah semakin melekat. Thomas bahkan tidak ingin berpisah dengan Eliot sedetik pun.
Pagi hari, mereka mandi bersama, dilanjutkan makan bersama, bahkan saat jam kerja Thomas memangku Eliot tanpa merasa malu dilihat oleh Josh. Eliot disatu sisi, mereka tidak ada yang aneh. Dirinya hanya sedikit kecewa karena dilarang untuk bersekolah yang tidak sesuai dengan janji.
Kini remaja mungil cantik itu sedang merebahkan kepala pada bidang Thomas. Membiarkan Thomas mengelus kepala dan pinggang rampingnya. Ia menemani sang Ayah yang berkutat di hadapan beberapa berkas pekerjaan. Eliot tidak menolak, sebab ia tahu ini hari terakhirnya bersamanya, besok ia sudah akan bersama abang Reyga sesuai perjanjian.
"Apakah kau bosan baby?"
"No, Dad..."
"Tunggu sebentar lagi, hm.."
"Hm..."
Thomas begitu gemas dengan Eliot. Ingin rasanya menghabiskan waktu bersama sepanjang hari, namun pekerjaannya tidak dapat terus ia tinggalkan begitu saja. Apalagi mengingat tatapan sinis yang diberikan sekretarisnya itu.
Eliot terlihat begitu menggemaskan. Ia mengenakan kemeja kerja Thomas, tanpa mengenakan dalaman. Terlihat besar sekali di tubuh Eliot. Terkadang, Thomas malah memasukkan jari-jarinya ke dalam hole Eliot. Ia puas ketika Eliot akan menatapnya gemas penuh desahan. Bahkan sekretarisnya juga melihat pemandangan itu dengan ekspresi datar, sehingga Thomas tidak mempermasalahkan hal itu. Justru ia merasa senang memperlihatkan kepemilikannya.
Hari telah berlalu, Thomas merasa enggan membiarkan anak bungsunya akan dibawa oleh anak sulungnya sesuai perjanjian. Saat ini, sudah pukul 7 malam. Sang empu yang diperebutkan sedang tertidur pulas. Tidak tahu jika ada dua sosok dominan sedang bertatapan tajam.
Reyga mendatangi kantor Thomas, sengaja karena Ayahnya mengabaikan pesannya.
"Dad, biarkan aku membawa Eliot. Bukankah itu perjanjian kita kemarin?"
"Besok, hari ini masih waktu Daddy dengannya."
"Aku tidak yakin, biarkanlah aku yang menjaganya... Dad, bahkan kau lebih memiliki waktu banyak dengan Eliot daripada aku dengan Reza."
"Tidak. Pulanglah. Besok kesini."
"Tidak mau! Mengalahlah Dad..."
Belum sempat memarahi anaknya, Thomas mendengar keluhan dari sang bungsu. Terlihat terbangun karena perdebatan mereka.
"Hoam... Daddy, ada abang reyga?"
Eliot mengusap matanya, ia terbangun karena mendengar suara. Reyga tersenyum lembut dan langsung menggendong koala tubuh Eliot yang tidak mengenakan sehelai pakaian.
"Abang kangen kamu baby." Ujar Reyga sembari mengecup kedua pipi merona Eliot.
"Eliot, juga kangen abang hehe."
"Ingin ikut abang?"
"Mau!" Eliot memang sangat sayang dengan abang sulungnya ini. Ia juga sudah lama tidak dengan sang empu.
"Anak pintar." Ujar Reyga kembali mengecupi pipi bagian kiri Eliot.
Thomas hanya memandang penuh marah. Ia begitu kesal dengan anak sulungnya ini. Jika sedang menginginkan sesuatu harus ia miliki. Memang benar keturunan dirinya sendiri. Thomas menghela nafas, lebih baik ia mengalah. Melihat ekspresi semangat Eliot membuatnya mengiyakan keinginan Reyga. Lagi pula, ia memang sedang banyak pekerjaan.
"Baby, jaga dirimu baik-baik... Turuti kata abangmu, hm." Thomas berjalan kearah Eliot, mengelus pucuk kepalanya.
"Yes, Daddy!"
Reyga merasa menang, tanpa basa basi pun ia langsung melesat pergi menggendong Eliot yang ia memakaikan jaketnya menutupi tubuh naked sang adik. Untung saja, kantor sudah sepi, dan ada jalur khusus dari ruangan Ayahnya menuju parkiran mobil.
"Kita akan bersenang-senang sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...