Hari ini merupakan hari yang dinantikan oleh pemuda mungil yang sedang asik membaca buku di perpustakaan sekolah. Masih tersisa 4 hari lagi sebelum Thomas dan Reyga kembali pulang.
Selama itu, Reza tidak memperbolehkan Eliot bertukar kabar kepada sang Ayah dan kakaknya. Thomas dan Reyga hanya bisa menghela nafas pelan. Reza begitu posesif.
Terkecuali hari ini karena Reza harus mempersiapkan lomba akademik yang akan diadakan lusa. Jadi, ia mendapatkan kebebasan. Tentu saja dengan berbagai larangan yang tidak masuk akal.
Namun, ia tidak sendirian. Ia justru ditemani oleh Diego, salah satu sahabat kakaknya. Alasannya agar Eliot tidak berinteraksi dengan teman sekelasnya. Ia hanya bisa mengalah untuk kesekian kali.
Eliot membaca novel di pojokkan perpustakaan sedangkan, Diego asyik bermain ponsel duduk di sebelahnya. Diego merasa sedikit canggung berada di dekat Eliot. Belum lagi melihat berbagai ekspresi sang empu yang begitu menggemaskan.
"Asyik banget ya ceritanya?"
"Iya bang! Eliot sudah hampir tamat bacanya."
Diego tersenyum kecil. Suasana perpustakaan sangat sepi seperti dunia hanya milik berdua. Kebanyakan murid-murid lebih memilih menghabiskan jam istirahat di kantin daripada perpustakaan. Penjaga perpus saja sudah tidak tahu entah kemana.
Dirinya menengok ke arah Eliot. Matanya terlihat berbinar. Diego mengelus pucuk kepala Eliot. Eliot pun mendongak ke arah Diego.
"Ada apa bang?"
Diego tidak menjawab. Justru jarinya mulai mengelus lembut wajah lembut Eliot. Lalu, turun membuka kerah baju Eliot. Banyak sekali bekas bercak merah. Ia sudah bisa membayangkan tubuh Eliot yang setiap hari dihujam oleh Reza.
Eliot menatap bingung Diego.
"Bang Diego, kenapa?"
Diego terdiam. Pikirannya sudah menjalar kemana-mana. Ia memberanikan diri mengecup bibir halus Eliot. Eliot membelalakkan mata.
Melihat ekspresi terkejut Eliot membuat Diego jadi salah tingkah.
"Bang... kenapa tiba-tiba..." ucap Eliot.
"Ma-maaf."
Diego mengalihkan pandangan. Ia mengusap wajahnya. Ah, padahal ia sudah tidak ingin bertindak layaknya bajingan. Kenapa ia justru melakukan hal yang sama dengan Reza. Apa bedanya dia.
Namun, rasa haus akan tubuh Eliot mendominasi Reza. Toh, dirinya tidak pernah berjanji pada Reza untuk tidak menyentuh Eliot.
Melihat Eliot yang bingung sembari membiarkan novel itu tertutup membuat Diego ingin berbuat lebih. Suasana perpus sepi dan jam pelajaran masih lama berbunyi. Ia juga tahu jika penjaga perpus jarang kemari.
"Baby El, maukah kau membantu abang?" ucap Diego sembari mengelus pipi merah Eliot.
"Bantu apa bang?"
"Kemari, duduk di pangkuan abang."
Eliot sebenarnya tidak ingin tapi belum menjawab Diego sudah membawa Eliot duduk di pangkuannya. Celana seragam Eliot yang pendek mulai merasakan sesuatu yang tegang. Ah, ia tahu apa yang terjadi.
Diego terus memandangi wajah cantik Eliot. Mata mereka bertemu. Ia kecup pelan bibir plum itu. Eliot merasakan kelembutan yang sudah lama ia rasakan. Tidak ada lumatan kasar.
Diego mengecup pipi Eliot bergantian. Mata mereka kembali bertemu.
"Sangat cantik."
Eliot bersemu merah. Ia merasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Ficção AdolescenteLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...