Pagi hari Thomas sudah mulai bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Ia telah berpakaian jas abu-abu rapi sedangkan Eliot baru saja telah selesai membersihkan diri. Mereka juga telah menyelesaikan sarapan roti panggang dan telur mata sapi disertai kopi hitam untuk sang ayah dan segelas susu putih untuk Eliot.
Thomas kembali menggendong koala Eliot yang dilapisi oleh selimut tipis menutupi tubuh mulusnya yang tanpa sehelai pakaian itu. Ia pun mendudukkan Eliot pada bangku penumpang dan memasang seatbelt. Thomas juga bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke kantor yang cukup jauh dari tempat mereka tinggal.
"Daddy, bagaimana dengan baju Eliot?" ucap Eliot sembari memandangi sang Ayah yang fokus menyetir.
"Nanti saja ya baby. Daddy akan membelikan yang baru saat sampai kantor."
Jujur saja, pakaian Eliot masih dapat digunakan. Ini hanyalah akal-akalan Thomas yang tidak ingin melewatkan sedikit waktu untuk menikmati dan memandangi tubuh yang sudah beberapa hari ini ia sentuh.
Di satu sisi, Eliot merasa tidak nyaman. Tubuhnya sedikit kedinginan berkat AC mobil. Dadanya terutama kedua putingnya yang terlihat merah lecet itu juga tidak nyaman karena bergesekkan dengan seatbelt mobil. Ia hendak memberitahu Ayahnya, namun urung karena entahlah ia memang sulit mengutarakan perasaannya.
Thomas yang menyadari ekspresi tidak nyaman Eliot, melepaskan seatbelt sang empu. Tak lama, ia mengelus kedua puting lecet Eliot secara halus. Sentuhan halus itu membuat Eliot mendesah karena masih sensitif.
"Ahkk.."
"Apakah masih sakit baby?"
"Masih Daddy...Ahhkkk..."
Tidak ingin melepaskannya, justru Thomas secara licik menarik-narik putih yang membengkak tersebut.
"Sangat menggoda sayang."
"Lepaskan Da-daddy...sakit...Ahhh.."
"Kalau begini terus, putih Eliot akan membesar hm..."
Eliot menggelengkan kepala pelan. Tangan kecilnya berusaha menjauhkan tangan besar Thomas secara percuma. Ia menatap Thomas memelas. Namun, yang ditatap hanya fokus pada jalan di depannya. Eliot akhirnya hanya dapat pasrah.
"Buka kedua kakimu, sayang..."
Tanpa disuruh kedua kaki Eliot dibuka paksa oleh Thomas. Saat ini, Eliot sedang duduk dengan kedua pahanya yang memperlihatkan penis kecil dan lubang yang sudah memerah itu. Tangan besar Thomas terus turun hingga memasukkan satu jari pada lubang yang baru malam kemarin sudah diisi penuh.
"Daddy, sakit...Ahhhh..."
"Lubang ini selalu sempit baby, tahan kedua pahamu. Jangan ditutup."
Eliot kembali menuruti permintaan. Ia menahan kedua kakinya agar pahanya terus terbuka.
Bunyi desahan kembali terdengar dan aroma mobil itu sangatlah eksotis sebab Thomas terus menambah jari-jarinya untuk mengocok lubang sempit Eliot.
Wajah Eliot memerah dan matanya ingin mengeluarkan air mata yang sudah lama ia tahan. Jalanan memang masih sepi karena mereka belum sampai ke jalanan kota. Tidak tahan mendengar Eliot mendesah, Thomas meminggirkan mobilnya di jalanan yang sepi itu.
Ia langsung saja mendudukkan Eliot dipangkuannya. Secara brutal ia langsung melumat kasar bibir yang selalu ia cicipi setiap ada kesempatan. Ciuman itu turun lagi ke leher dan kedua puting yang terlihat membesar. Tidak lupa, tangan besar Thomas kembali meremas dan memasukkan jari-jarinya ke lubang Eliot tidak henti.
"Daddy, ingin memasukimu sayang."
"Ahhh...Ahhhh....Daddy..."
Tanpa sabar, Thomas langsung membuka resleting celana dan memasukkan penis besarnya pada hole Eliot yang sudah basah.
"Ahhh....Daddy...."
"Sempit sekali, sialan!"
Eliot mengeratkan tangannya pada pundak Thomas. Ia terkejut karena baru pertama kalinya ia mendengar Ayah-nya mengumpat.
"Enak kan sayang? Lihat, lubang sempitmu ini sudah menelan habis penis Daddy...Ahhh..nikmat sekali baby.."
Eliot hanya bisa berdesah dan berharap agar Thomas dengan cepat menyelesaikan aktivitasnya. Eliot sangat lelah, namun ia mulai merasakan kenikmatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya"
Plok
Plok
Plok
Mobil itu terlihat bergetar karena Thomas secara kasar menghujam lubang Eliot tiada henti. Tangannya tak henti menarik-narik puting sang anak. Tatapan Thomas begitu nafsu ketika melihat ekspresi Eliot dan desahan lembut yang menghantuinya.
"Sayang, daddy akan keluar...Ahhh..."
"Eliot juga...Ahh....Ahhh..."
"Daddy akan mengisi lubang nakal ini penuh sayang...Kamu harus menelannya...hm..."
Thomas mulai berbicara frontal dan itu membuat Eliot tidak sedikit tidak nyaman.
"Daddy, keluar...Ah...Ah..."
"Ahh...Ah...Dad-daddy..."
"Kau nikmat sekali sayang.."
Ucap Thomas yang kembali mengecup sekilas bibir Eliot. Eliot pun kembali menutup matanya karena sudah tidak tahan menerima perlakuan Thomas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...