Keberuntungan sepertinya berpihak kepada Reza.
Bagaimana tidak? Dua minggu kedepan Reyga yang sudah lulus kuliah akan ikut pergi dinas keluar kota bersama sang Ayah. Itu artinya, Reza lebih banyak menghabiskan waktu bersama si bungsu.
Reza tidak dapat menutupi kebahagiaannya. Setiap kali bermain ponsel, ia akan senyum-senyum sendiri. Setiap kali sedang makan bersama, ia akan terkekeh kecil. Setiap kali sedang menonton acara tv, ia kembali sumringah. Bahkan, teman-teman sekolahnya juga keliatan heran. Apa yang membuat Reza sebahagia itu?
Di satu sisi, Reyga dan Thomas merasa kesal akan sikap Reza. Jika Reza merasa seperti di surga, Reyga dan Thomas merasa seperti di neraka. Eliot sendiri, ia juga ikutan bingung dengan Reza yang menurutnya sedikit aneh.
"Hentikan ekspresi menjengkelkanmu Reza. Kita sedang makan malam." ucap Thomas tegas.
"Berhentilah menyebalkan." ucap Reyga menggerutu.
"Hm, tidak bisa Dad. Tapi, sungguh aku benar-benar harus berterima kasih atas pekerjaanmu itu Dad." ucap Reza terkekeh geli setelah mendapatkan tatapan tajam Thomas dan Reyga.
"Baby, mulai dua minggu kedepan kita akan bersama setiap hari. Ingat, kita akan melakukan apapun yang Eliot inginkan, jadi jangan sedih lagi oke?" ucap Reza menyadari tatapan sendu Eliot.
"Tapi..."
"Daddy sama Bang Rey kan harus kerja baby. Eliot tidak ingin bersama abang lagi ya?"
Reza membuat ekspresi sedih. Ia bahkan berpura-pura mengaduk makanannya. Eliot sendiri bingung haruskah ia sedih karena dua minggu tanpa Daddy dan bang Reyga. Tapi, ia juga bukan berarti tidak ingin menghabiskan waktu bersama dengan bang Reza.
"Eliot hanya sedih jika pisah terlalu lama dengan Daddy dan Bang Rey. Tapi, apa boleh buat. Daddy dan bang Rey kan harus kerja... Bukan berarti Eliot tidak ingin bersama bang Reza juga. Eliot sayang kalian semua..."
Kalimat lembut Eliot membuat mereka merasa senang. Ayah dan kedua anaknya itu melihat ke arah Eliot tersenyum tipis. Tidak ada lagi tatapan saling bermusuhan di antara mereka.
"Sini baby."
Thomas memanggil Eliot untuk duduk dipangkuannya. Eliot tanpa berpikir dua kali langsung menuju Thomas. Dirinya duduk dipangkuan Thomas dengan nyaman.
Thomas mengelus halus pucuk kepala Eliot.
"Anak Daddy begitu menggemaskan."
Thomas mulai mengecup kedua pipi merona Eliot. Eliot sebenarnya sedikit sedih. Dirinya juga tahu jika Ayahnya maupun kedua kakaknya saat ini sedang berusaha membuat moodnya menjadi lebih baik.
"Eliot sayang sekali sama kita ya?"
Eliot mengangguk pelan.
"Lebih sayang Daddy atau kedua kakakmu itu?" tanya Thomas jahil.
"Hey, Dad pertanyaan macam apa itu?" Reyga sedikit tidak terima.
"Bukannya jelas, Eliot lebih sayang abang Reza, iya kan sayang?" ucap Reza menatap remeh Reyga.
Eliot terkekeh geli. Ia jujur saja tidak dapat memilih karena mereka semua adalah orang-orang terpenting dalam hidup Eliot. Eliot tahu itu.
"Eliot sayang kalian semua."
Thomas dan kedua kakaknya itu tersenyum lembut. Mereka sudah lama tidak melihat ekspresi senyum si bungsu. Wajahnya entah kenapa begitu mempesona. Lihatlah, matanya mulai berbinar. Pipinya merah merona karena malu. Bibirnya begitu menggoda. Hey, kenapa ia menjadi menggemaskan seperti itu.
Cup
Thomas mengecup bibir itu spontan. Reyga dan Reza terlihat kesal atas kelakuan Ayahnya. Eliot sedikit tersentak. Ia sekarang semakin malu. Dirinya memeluk erat leher Thomas. Menyembunyikan wajah malunya.
"Besok baik-baik sekolah sama bang Reza ya sayang. Ingat, harus selalu bersama bang Reza ya. Daddy dan bang Rey akan pergi keluar kota."
"Oke Dad."
"Reza, ingat jaga adikmu. Jangan sampai lengah. Kau mengerti?"
"Tenang saja Dad."
"Dad, perlukah kita membawa Eliot saja?" tanya Reyga yang sedikit tidak ikhlas.
"Dua minggu waktu yang lama Reyga. Adikmu sudah lama juga tidak sekolah. Bagaimanapun ia harus mulai sekolah. Huh. Sebenarnya Daddy juga ingin mengajak Eliot, tapi lihatlah adikmu yang satunya itu.Dia sedikit menjengkelkan."
"Wajar saja lah Dad. Eliot harus sekolah. Biarkanlah ia merasa lulus sekolah nantinya."
"Sudah hentikan. Daddy sudah tidak ingin mendengar ocehanmu Reza."
Lagi-lagi keluarga kecil itu terkekeh kecil. Tanpa mereka sadari, sosok mungil yang sedang diperebutkan sedang tertidur nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eliot
Teen FictionLangit hari terlihat sangat cerah. Banyaknya burung berterbangan menghiasi indahnya langit pagi. Kicau burung menyeruak begitu nyaring. Cahaya matahari mencoba masuk ke sela-sela jendela ruangan bernuansa khas putih. Disinilah, lelaki mungil berbari...