Huhuhu, padahal komennya gak sampai 100, tapi ya Allah entah kenapa aku enggak tega sama kalian.
Jadi tetap aku post. cuma mungkin pastinya akan jauh lebih lama dibandingkan update di Karyakarsa.
Jadi please banget, yuk bantu aku ramein wattpad ini lagi.
Aku enggak minta duit kalian kok. aku cuma minta vote sama komennya yang aktif.Semoga kalian mau bantu aku.
-------------------------------------------------------------
Dasar cowok, sudah mengejar yang bulat-bulat. Untung Tete gue datar, karena keseringan tidur tengkurap!
Sesuai arahan dari ayahnya, Humairah sampai di stadion terbesar di Jakarta yang kini akan dimulai pertandingan persahabatan antara Indonesia dengan negara tetangga. Sempat terdiam sesaat setelah keluar dari mobil, Humairah bingung harus melakukan apa di sini. Jelas dia tidak pernah tahu menahu mengenai sepak bola. Selain itu Humairah bukan tipe orang yang suka dengan kerumunan orang banyak.
Bukan. Bukan berarti Humairah kuper, alias kurang pergaulan, namun memang dia malas berdesak-desakan dengan banyak orang yang sering kali mengeluarkan aroma tidak sedap. Apalagi saat ini kondisinya di outdoor, dimana hampir semua orang akan berkeringat, karena itu mau tidak mau Humairah harus mengantisipasi hal-hal buruk yang terjadi.
Langsung memakai masker, dan memakai kaca mata hitam, dengan rambut yang diikat asal, seolah dia malas menjadi cantik untuk laki-laki yang tidak dia kenal ini, Humairah mulai melangkah masuk ke dalam stadium tersebut.
Beberapa gerombolan cowok yang ikut mengantri untuk masuk mulai mengganggu Humairah. Mereka bersiul-siul karena saat ini Humairah memakai rok hitam panjang dengan belahan sampai sebatas paha. Menampilkan pahanya yang mulus dengan kondisi dia sedang sendirian, membuat banyak laki-laki bisa menggodanya.
Teringat pesan pak Jenderal tadi kepadanya, Humairah tidak perlu takut kepada siapapun karena dia memiliki tiga orang laki-laki yang akan melindunginya, membawa semua pasukan, dan merudal orang-orang seperti ini. Berani bersikap gila dan tidak pernah bisa menghormati orang lain.
"Sendirian aja, Mbak?" tanya salah seorang cowok itu kepada Humairah ketika mereka sama-sama sedang antri berbaris.
"Iya, kenapa? Ada yang salah?"
"Loh, enggak sih. Cuma kalau sendirian, mau saya temenin gitu."
"Makasih, Mas. Nanti masnya nyesel," ucap Humairah datar.
Diminta petugas untuk menunjukkan tiket berupa gelang sebelum mereka masuk, salah seorang petugas kaget saat melihat gelang tiket yang dipakai Humairah. Sempat tertahan sejenak, para laki-laki menyebalkan itu sempat menggosipkan Humairah bila dia memakai gelang tiket palsu demi bisa masuk ke dalam.
"Palsu ya Mbak tiketnya? Tahu begitu mendingan beli disaya tadi. Saya bisa kasih harga murah."
Menanggapi dengan senyuman, tiba-tiba saja petugas yang tadi mengecek datang bersama seseorang yang Humairah yakini adalah kepala dari petugas keamanan tempat ini.
"Siap, Mbak! Silakan lewat sini."
Diarahkan ke sisi bagian yang lain, Humairah sengaja melirik ke para laki-laki mokondo itu yang sempat bingung melihat Humairah masuk melalui pintu VIP.
"Emang tadi dia pakai gelang Section apaan?"
"Kayaknya yang biasa aja deh. Kok masuknya dia lewat sana."
"Wah, fix, bawaannya orang dalem."
Tersenyum bahagia, berusaha menarik pikiran buruknya ke pak Jenderal, Humairah tahu, tidak mungkin ayahnya membiarkan putri kesayangan yang laki-laki itu miliki datang tanpa pengawasan. Sekalipun pak Jenderal tidak ada di sekitar Humairah, namun orang-orang yang sesungguhnya tidak Humairah kenal, bisa bersikap begitu patuh kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan anak JENDERAL
General FictionKedua insan yang pada awalnya tidak saling kenal, harus menjalani hubungan menjadi sepasang suami istri demi keuntungan yang akan didapatkan masing-masing. "Target gue cuma karir. Kalau karir gue udah dipuncak, gue bisa tinggalin dia seolah kita eng...