Bab 50. Kuikat kau dengan akad

865 146 25
                                    

Ini bab terakhir ya guys di wattpad. Di Karyakarsa besok aku posting EP nya. krn cerita ini udah selesai, kurang lebih dalam 70an bab.

Selamat melanjutkan bacaan di sana.

----------------------------------------------------


"Gimana perasaan lo, Bang? Aman?"

Beberapa teman pemain bola tersenyum-senyum sambil menggoda Hira yang terlihat begitu tegang, duduk di salah satu kursi, yang memang sudah disiapkan untuk akad. Membisikan kata-kata penuh candaan, mereka-mereka yang berbahagia melihat Hira melepaskan masa lajangnya, seolah tidak membiarkan moment terbaik ini. Terutama Bintang. Terpaut usia 3 tahun dari Hira, Bintang biasanya masih cukup menghargai Hira untuk tidak melepaskan candaan kotornya pada laki-laki itu.

Selain Kresna, sang Kapten, Hira termasuk pemain yang disegani oleh pemain lainnya. Dia juga sangat dihormati, dan dijadikan panutan oleh para pemain muda seperti Bintang dan yang lainnya. Akan tetapi karena kali ini momentnya sangat berbeda, Bintang dan yang lainnya, bahkan Praba tidak sedikitpun berhenti menggoda Hira yang sudah duduk tegap di hadapan sang penghulu.

Sengaja tidak dihadirkan sebelum ijab terucap, dalam ballroom ini juga diramaikan oleh semua tamu undangan laki-laki. Sedangkan tamu undangan perempuan memang sengaja dipertemukan lebih dulu dengan mempelai perempuan untuk nanti sama-sama mengantarkannya kepada mempelai laki-laki setelah ijab SAH diucapkan.

Dengan keadaan itulah, para pemain tim nasional semakin bebas saja menggoda Hira saat ini. Walau disebelah Hira ada ayahnya yang mendampingi, namun calon ayah mertuanya, alias Jenderal Lakeswara dan dua orang anak laki-lakinya, Omar serta Agwa, belum terlihat di ballroom ini.

"Boleh dipanggilkan ayah dari mempelai wanita. Karena ijab kobul akan segera dimulai," pinta sang penghulu.

Pak Dede, yang bertugas memanggilnya sang Jenderal segera bergerak. Menerka-nerka di mana Jenderal Lakeswara berada saat ini, langkah pak Dede entah mengapa langsung tertuju ke arah ruangan besar lainnya yang memang disiapkan oleh hotel mewah ini sebagai tempat menunggu Humairah dan tamu perempuan.

Melihat penjagaan cukup ketat di depan pintu tersebut, pak Dede semakin yakin bila sang Jenderal berada di sana, bersama Kapten Omar dan Agwa. Karena itu, tanpa pikir panjang, pak Dede masuk ke dalam ruangan tersebut.

Ketika langkahnya baru saja melewati pintu tersebut, pak Dede seketika dikagetkan dengan kondisi di dalam ruangan ini. Dengan kedua matanya, pak Dede melihat Humairah bersimpuh di kaki sang Jenderal, sambil berlinang air mata.

Entah apa yang terjadi, pak Dede tidak berani menebak keadaan yang sebenarnya. Yang jelas semua orang yang melihatnya turut menangis. Ada juga yang mengabadikan moment penuh haru ini seakan-akan bila ini adalah perang besar yang berhasil sang Jenderal taklukkan.

"Udah, Ra. Yuk, bangun dulu."

Dibantu berdiri oleh Agwa, tubuh Humairah kembali terjatuh. Seakan tidak memiliki tenaga sedikitpun, Omar dengan sangat sigap menarik satu kursi untuk mendudukan sang adik di sana.

Karena tidak ingin tinggal diam dengan keadaan yang pak Dede lihat, pak Dede pun langsung putar badan, meminta petugas hotel untuk membawakan teh manis hangat ke ruangan ini.

Sambil menunggu teh dibawakan, pak Dede berusaha mempersiapkan hati dan pikirannya untuk melihat wajah cantik itu menangisi sesuatu yang sedikitpun tidak bisa ia bantu.

Walau baru 5 tahun ini dia standby menjaga Humairah, tepatnya setelah Humairah masuk sekolah menengah pertama, pak Dede tetap merasa memiliki ikatan batin dengan perempuan muda itu. Selalu ceria, dan menganggapnya tidak seperti seorang ajudan, pak Dede memang menyayangi Humairah seperti putrinya sendiri. Apalagi dalam kehidupannya, pak Dede juga memiliki anak yang kurang lebih usianya hampir sebesar Humairah, sehingga membuat pak Dede semakin nyaman berinteraksi dengan anak perempuan dari Jenderal besar yang begitu ia hormati.

Perjodohan anak JENDERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang