BANGUN WOIII ... Hahaha ... Update pagi-pagi.
Selamat hari minggu. Selamat menikmati masa-masa liburan. Sebelum sore nanti pesan dari bos sudah masuk mengingatkan untuk senin esok. Wkakakaka
Btw, cerita ini nanti ada sequelnya yak. After marriage gitu. Jadi cerita Hira sama Humairah dijudul ini kelihatan kayak menggantung gitu. Karena akan ada lanjutannya
------------------------
Makan malam ini bukan hanya menjadi penghargaan bagi para pemain tim nasional karena telah berhasil memenangkan pertandingan persahabatan antara negara-negara Asean, tetapi juga sebagai bentuk awal pertemuan singkat antara keluarga Hira dan keluarga Humairah.
Sesuai tanggal yang sudah dijanjikan oleh Hira sebelumnya kepada Lakeswara, dia secara resmi akan membawa keluarganya ke rumah Lakeswara tanggal 5 bulan depan untuk melanjutkan hubungan ini ke tahap yang lebih serius lagi.
Namun tidak ada yang bisa menebak keadaan dari malam ini sampai tanggal 5 bulan depan. Bisa jadi hubungan mereka akan semakin dekat, atau malah semakin jauh karena berulang kali Mikaela mengirimkan pesan kepada Hira untuk meminta waktu laki-laki itu sebentar agar bisa berbicara dengannya.
Setelah melepaskan kepergian pak Presiden beserta ibu negara dan beberapa Menteri serta para pengawalnya, kini menyisakan para pemain, keluarga pemain, serta keluarga Lakeswara yang juga tengah bersiap-siap untuk pulang.
"Nak Ara ..." panggil ibu Wati ketika Humairah terlihat diarahkan oleh pak Dede menuju mobil yang akan membawanya pulang dari tempat ini.
"Ah, iya, Bu."
Dibantu secara perlahan oleh Hira di sampingnya, bu Wati dan Hira mendekati Humairah. Sambil tersenyum dengan lebarnya, bu Wati sengaja menggenggam tangan Humairah, mengusap-usapnya dengan lembut, seperti menggambarkan betapa sayangnya dia dengan gadis muda ini.
"Nanti ibu hubungi lagi ya, Nak. Sampai tanggal 5 bulan depan, ibu ada di sini. Di apartemennya Hira. Kalau misalkan ibu mau ketemu kamu, apa kamu mau temani ibu jalan-jalan keliling Jakarta?"
"Ah? Aku?" tunjuk Humairah pada dirinya sendiri.
"Iya, kamu, Nak. Apa kamu bersedia temani ibu?"
"Bersedia sih, Bu. Cuma ada hari-hari tertentu Ara harus kuliah, Bu. Jadi mungkin nanti Ara info kapan bisanya."
"Boleh, Nak. Kalau kamu enggak sibuk saja kita perginya. Bagaimana?"
"Iya, Bu. Boleh." Angguk Humairah cepat.
Matanya sengaja melirik Hira yang kini terlihat memberikan kode melalui tatapannya ke arah tangan ibunya.
"Ah?" seru Humairah, merespon kebingungan atas kode yang Hira buat.
"Kenapa?" tegur bu Wati pelan.
"Ah, enggak papa, Bu. Ara pulang dulu ya, Bu."
Saat paham maksud dari tatapan itu, Humairah langsung mencium punggung tangan bu Wati, kemudia melambaikan tangan sebagai perpisahan kepada calon mertua dan calon suaminya itu.
"Pamit ya, Bu."
Karena mulai ramai dengan lampu sorot dari para awak media, pak Dede langsung menutupi Humairah dengan jaket hitam yang sebelumnya ia pakai. Mengarahkan ke mobil yang berbeda dengan yang naiki oleh Lakeswara, tidak ada satupun wartawan yang curiga bila ada anak dari Lakeswara di sana.
Tidak pernah tampil dimedia, wajah Humairah besar sebagai putri kecil Jenderal Lakeswara memang tidak diketahui oleh awak media sedikitpun. Lakeswara dan pasukannya seolah sengaja menjaga hal itu, berharap Humairah bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi maraknya kasus anak TNI dianiaya, dibunuh sampai mati, menjadi salah satu alasan terbesar mengapa Lakeswara begitu melindungi putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan anak JENDERAL
General FictionKedua insan yang pada awalnya tidak saling kenal, harus menjalani hubungan menjadi sepasang suami istri demi keuntungan yang akan didapatkan masing-masing. "Target gue cuma karir. Kalau karir gue udah dipuncak, gue bisa tinggalin dia seolah kita eng...