Udah berapa hari nih update terus. kalau komennya terus banyak, bakalan kayak gini terus ya guys... SEMANGAT
---------------------------------------------------------------
Seperti biasa, menunggu Hira yang dikerubungi oleh wartawan menjadi agenda rutin yang tidak mungkin terlewatkan oleh Humairah. Dia yang sudah lebih dulu diluar bersama Yesha, hanya bisa menjauhi kerumunan orang-orang. Ditangan Humairah masih memegang ponsel Hira yang akhirnya malas ia pergunakan untuk menghubungi ayah jenderalnya itu.
Padahal tadi dia berniat ingin menghubungi sang ayah, menginfokan kalau dia tetap mau menjalankan perjodohan ini jika Hira terus mendukung cita-citanya di masa depan. Namun setelah melihat isi pesan dari Mika, Humairah rasanya malas menghubungi sang jenderal untuk menyetujui perjodohan gila ini. Karena dia tidak mungkin menikah dengan laki-laki yang dicintai oleh perempuan lain.
"Mungkin Mika itu adiknya."
"Enggak mungkin. Kalau adek enggak kayak gitu ngomongnya. Lo lihat gue sama mas Agwa gimana kalau kirim chat, enggak ada manis-manisnya sedikitpun. Terus lo minta gue percaya kalau itu chat adeknya. Udah gila kayaknya lo!"
"Waduh, sabar, Ra. Kok lo jadi emosi gitu? Kalau emang lo enggak ada perasaan sama dia, biasa aja kali. Enggak usah pakai emosi. Kalau lo emosi kayak gini, gue nyangkanya lo suka sama dia!"
"Suka ... suka! Mata lo suka!"
"Hahaha, yah, menurut mata gue sih, gue suka sama Hira. Dia ganteng cuy, ya kali lo enggak suka. Aneh amat kalau enggak suka mah. Mata lo kotok berarti!"
Mendelik semakin kesal, Yesha tertawa puas melihatnya. Rasanya dia benar-benar menikmati pengalaman pertama menonton bola, dan langsung masuk ke dalam ruangan atlitnya. Ditambah lagi menggoda Humairah dalam mode galak seperti ini, semakin lengkap kebahagiaan yang Yesha rasakan.
"Eh ... eh, mereka siapa?" Tegur Yesha saat melihat ada tiga orang perempuan mendekat, dan ikut dikerubungi wartawan.
Bahkan para wartawan meminta Hira dan gadis itu berada dalam satu frame yang sama.
"Ra, lo lihat, kan? Itu siapa ya?"
"Ah, jujur gue enggak tahu. Cuma mereka itu, waktu pertandingan sebelumnya juga sama-sama duduk di area prioritas untuk kalangan keluarga dan artis-artis. Mungkin mereka artis kali."
"Ah? Artis? Terus kalau artis ngapain diwawancara bareng Hira?"
Seolah teringat sesuatu hal yang membawanya pada kejadian beberapa hari lalu, kedua mata Humairah spontan membelalak, melihat secara pasti apakah perempuan-perempuan itu adalah orang yang sama dengan sosok yang menariaki nama Hira tempo hari.
"Gue tahu siapa mereka?"
"Siapa?"
"Salah satunya pasti Mika!"
"Serius lo? Yang mana? Anjir lah si Hira. Calon istri ada di sini, eh ... dia malah nemuin cewek lain. Bisa-bisanya lagi pakai wawancara segala. Berarti kan semua orang udah pada kenal tuh cewek ada hubungan sama Hira? Walah, capek banget deh!"
"Dah ah, bodo amat! Gue mau balik!" Ucap Humairah malas.
Mulai mencari dimana asisten pelatih, pak Leri, yang tadi membantu mereka, Humairah malah melihat Baba, sahabat Hira yang terlihat menunggu teman-temannya yang masih sibuk diserang oleh wartawan.
"Bang ..." panggil Humairah, menghampirinya. Sampai Yesha mau tak mau mengikuti langkah sahabatnya itu.
"Nitip, ya!"
"Nitip?" Ulang Baba bingung.
Dia mencoba mencari dimana keberadaan Hira di antara kerumunan itu. Namun yang membuatnya kaget, Baba malah melihat Hira di bersama Mikaela dan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan anak JENDERAL
General FictionKedua insan yang pada awalnya tidak saling kenal, harus menjalani hubungan menjadi sepasang suami istri demi keuntungan yang akan didapatkan masing-masing. "Target gue cuma karir. Kalau karir gue udah dipuncak, gue bisa tinggalin dia seolah kita eng...