Bab 32. Rapat keluarga TNI

755 146 220
                                    

Masih on target yaa.. 200komen bakalan update terus...
karena dikaryakarsa udah bab 60

Jadi jangan lupa boom komen. Saling membantu itu penting loh. biar rame ini cerita


------------------------------------------

Hanya mencoret-coret buku catatannya sambil melamun, Yesha sengaja menyengol lengan Humairah, kemudian sengaja memasang senyum lebar disaat sahabatnya itu memberikan lirikan malas.

"Kenapa sih? Pusing banget kayaknya. Bukannya baru kemarin ini lo jalan sama keluarganya ayank Hira. Kok sekarang jadi gini ekspresinya? Harusnya kan banyak bunga-bunga bermekaran di atas kepala lo. Tapi ini, bukan bunga indah dan wangi yang mekar di kepala sama muka lo, melainkan malah bunga bangke gini, " ucap Yesha dengan ekspresi jenaka.

Berada di dalam kelas, mata kuliah terakhir untuk hari ini, keadaannya benar-benar terasa sunyi. Salah satu penyebabnya adalah sedikitnya mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini dijam terakhir. Selain itu juga alasan terbesarnya karena mata kuliah ini hanya tambahan untuk pelengkap SKS, banyak mahasiswa yang memang tidak mengambilnya.

"Bunga bangke? Manusia langka dong, gue?"

"Iya. Perlu dilestarikan!"

"Sialan!"

Mengembuskan napas gusar, Humairah sengaja menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari meluruskan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Entah sudah berapa lama dia melamun, bahkan tanpa pergerakan, seakan-akan hanya tubuhnya yang berada di tempat ini.

"Kenapa sih? Sini cerita sama kakak Yesha."

"Kakak? Yang ada tuaan gue dari pada lo!"

"Yaelah cuma beda 3 minggu doang, belagu amat."

"Tapi kan tetap tuaan gue."

"Iya ... iya. Jadinya mau cerita atau enggak?"

"Cerita soal apa?"

"Soal semuanya. Entah perjodohan lo sama si Hira, atau cerita soal keluarga Hira. Kan lo belum cerita apapun ke gue dan yang lainnya setelah jalan seharian sama keluarga Hira. Gimana kira-kira rasanya jalan bareng sama mertua? Lo disindir-sindir kayak di TV enggak?"

"Otak lo, Yes! Lo tuh kebanyakan nonton sinetron!"

"Hahaha, terus gimana? Salah dong berarti yang disinetron-sinetron?"

"Enggak tahu juga sih sebenarnya gue. Tapi kemarin gue enggak ngerasain kayak gitu. Karena keluarganya Hira tuh apa ya, dibilang baik banget ya mereka normal-normal aja. Mungkin gue yang enggak pernah tahu rasanya jalan bareng keluarga kayak gitu, jujur gue bahagia banget kemarin. Gue ribut sama adeknya Hira, namanya Haris. Gue ngobrolin banyak hal sama ibu bapaknya Hira. Mereka tuh enggak apa ya namanya, enggak jaim buat ngobrol sama gue. Apa adanya aja. Jadinya gue ke mereka tuh kayak nyaman aja langsung. Enggak ada ragu buat gue gandeng lengan ibunya Hira. Bahkan lo tahu, Yes, bagian yang dari dulu gue selalu iri kalau kalian lakuin, kemarin gue lakuin sama ibunya Hira. Gue beli baju samaan dengan dia. Couple ibu dan anak. Gimana tuh? Keren kan. Dan untungnya kemarin enggak ada yang kenal sama gue. Karena bisa-bisanya gue nangis di depan kasir pas bayar bajunya. Ya ampun, kayak mimpi gitu gue."

"Hahaha, serius lo?"

"Serius. Mungkin baju kembarannya bakalan gue sama si ibu pakai kalau kita ketemu lagi."

"Kok gitu ngomongnya? Kalian pasti bakalan ketemu lagi enggak sih? Dia bakalan jadi nyokap lo juga kalau endingnya lo nikah sama Hira, gimana sih?"

"Iya. Tapi kan belum. Dan kita enggak tahu gimana kedepannya."

"Bener juga sih. Tapi gue tahu lo mikir soal apa. Pasti soal si Mika ... Mika itu, kan?"

Perjodohan anak JENDERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang