Terima kasih yang selalu respon atas cerita ini. Terima kasih yang sudah spam komen. Kalian luar biasa. Walau cerita ini viewnya enggak ember-emberan. setidaknya yang membaca benar-benar ingin tahu jalan ceritanya, bukan sekedar mengintip saja.
Semangat buat kita semua. Besok senin. Dan mendekati EOM. tahu kan maksudnya? Kalau EOM tuh aku suka susah bagi waktu. Makanya malam ini, selagi bisa, aku update lagi buat kalian.
Enjoy this story...
---------------------------------------------------------------------
Menguap dengan lebarnya, pak Dede sampai memberikan beberapa bungkus permen kepada Humairah sebelum gadis itu keluar dari mobil, menuju kelasnya pagi ini. Sempat terdiam melihat permen kopi dan permen mint di tangannya, Humairah menatap pak Dede dengan kening berkerut kemudian menguap kembali.
"Ngantuk banget non."
"Haduh, semalam enggak bisa tidur."
"Banyak tugas atau banyak pikiran?" goda pak Dede, menutupi senyum di bibir dengan tangannya.
"Banyak tanding game," aku Humairah tanpa ragu.
Memiliki hobi bermain game online, Humairah memang pernah memenangkan pertandingan online, tentu saja menyamar sebagai sosok lain, dengan hadiah jutaan rupiah yang pada waktu itu sengaja ditransfer ke rekeningnya pak Dede. Demi menutupi jati dirinya, Humairah melakukan sedemikian hal, sampai seribet itu, asalkan kepuasannya tetap ia dapatkan. Seperti bermain game online dengan orang-orang yang tidak dia kenal. Apalagi jika teman-temannya sibuk dengan urusan masing-masing, terutama semenjak kuliah dimulai, Humairah memang mengisi waktu luangnya dengan bermain game online tanpa batas waktu. Maka dari itulah mengapa dia terlalu sering, bahkan hampir setiap hari kesiangan. Jika tidak dibangunkan oleh bi Ina, untuk sholat subuh ataupun untuk kuliah, mungkin Humairah akan bablas tidur seharian.
"Semangat kalau gitu, Non. Pak Dede pasti dukung Non terus."
"Iyalah dukung, wong kalau menang dan transfer ke pak Dede, ada pajaknya."
"Hahaha, sedikit, Non. Buat beli jajanan anak-anak yang lain."
"Iya, iya. Udah ah, gue masuk dulu ya, Pak. Nanti sore kayaknya mau ngopi sama anak-anak."
"Pak Dede sama pak Ardi nungguin di tempat biasa, ya."
Melangkah masuk ke dalam area kampusnya, Humairah kembali menguap. Berjalan sedikit melambat, dia sengaja membuka bungkus permen yang tadi diberikan pak Dede, sebelum masuk ke dalam kelasnya pagi ini.
Menikmati permen kopi terasa dimulutnya, sedikit banyak membantu mengurangi rasa kantuk yang sejak tadi ia rasakan.
Sampai tiba langkahnya di depan kelas, Humairah celingukan, melihat beberapa temannya yang sudah datang di dalam kelas malah berkerubung, seakan-akan tengah mencontek sesuatu yang dihasilkan dari satu sumber.
Langsung meletakkan tasnya di atas meja, Humairah ikut meloncat-loncat, melihat apa yang sibuk dikerubungi oleh teman-temannya.
"Eh ... eh, ada apaan sih? Emang ada tugas, ya? Kok gue enggak tahu?"
Kompak menyadari sumber gosip mereka telah datang, tatapan semua orang yang pada awalnya tertuju pada macbook salah satu mahasiswa di dalam kelas ini, seketika berpindah ke arah wajah Humairah yang kebingungan.
Perlahan-lahan langkahnya mundur ke belakang. Sambil memeluk tubuhnya sendiri, Humairah menggeleng tidak terima ditatap seperti itu oleh teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan anak JENDERAL
General FictionKedua insan yang pada awalnya tidak saling kenal, harus menjalani hubungan menjadi sepasang suami istri demi keuntungan yang akan didapatkan masing-masing. "Target gue cuma karir. Kalau karir gue udah dipuncak, gue bisa tinggalin dia seolah kita eng...