Bab 9. Tim Charm bukan Pembalut

856 155 85
                                    

Bisa kali, komen sama votenya, sama-sama di atas 100

Ya Allah, berasa ngemis banget aku.. huhuhuhu.. Syedih


-------------------------------------


TNI vs tim nasional. Moment yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Walau pertandingan ini hanyalan permainan biasa, namun terlihat keseriusan di wajah-wajah mereka semua yang siap menang untuk membela tim mereka.

Dibuatkan durasi 2 kali 15 menit, pertandingan dimulai. Antara tim ajudan sang Jenderal, dengan tim calon mantu yang jelas sangat profesional dalam olah raga sepak bola. Sekalipun para ajudan sudah berumur, alias hampir keseluruhan sudah berusia cukup tua, namun mereka tidak ada yang mau mengalah dengan para pemain tim nasional yang usianya baru sekitar 20-28 tahun.

Jika dalam ukuran stamina mereka tidak akan kalah, karena olah raga yang dijalani oleh seorang TNI tidaklah main-main. Akan tetapi untuk strategi dalam permainan sepak bola, jelas mereka belum memilikinya. Akan tetapi mereka semua tahu, yang namanya bermain sepak bola hanya bertujuan memasukkan bola yang bulat ke gawang lain, perihal peraturan lainnya akan bisa mereka pahami seiring berjalannya waktu. Karena saat ini yang terpenting adalah membela harga diri.

"Ayo mas Agwa!!!!" Seru Humairah paling kencang. Dari semua yang berada di private lapangan ini, hanya Humairah satu-satunya perempuan yang melakukan kehebohan di antara mereka semua. Menggunakan pakaian olah raga sangat seksi, karena outernya sudah Humairah lepas, posisi gadis itu berdiri serta teriakan-teriakannya benar-benar menarik perhatian semua orang.

Termasuk Hira. Bertolak pinggang di tengah lapangan, kedua matanya tidak bisa ditahan untuk tidak menatap kelakuan Humairah saat ini. Bahkan ketika Agwa melewati posisinya sambil menggiring bola, Humairah tidak sedikitpun menatapnya.

"Eh, Hira! Main woi, jangan ngelihatin cewek aja!" Seru Bintang kesal.

Berlari-lari kecil mengikuti pergerakan bola, Hira tidak bisa mengkontrol perasaannya. Sedikit banyak ia cukup kesal dengan moment ini. Namun Hira sadar kondisinya saat ini bukanlah siapa-siapa. Humairah masih menjadi orang lain untuk Hira saat ini. Karena itu, dengan sekuat tenaga, Hira memfokuskan pikirannya untuk pertandingan ini. Sekalipun beberapa kali Hira dijatuhkan oleh tim ajudan, laki-laki itu masih berusaha untuk menunjukkan permainan terbaik yang ia bisa lakukan.

"Ayooo mas Agwa. Terus ... terus, iya. Gitu. Jangan kasih kendor. Terus mas!!!"

Menjadi supporter paling kencang, kulit putih dan mulus Humairah, perlahan-lahan mulai memerah karena terbakar sinar matahari. Namun hebatnya, gadis itu terlihat tidak mengeluh sedikitpun. Karena ia pikir uang ayahnya masih sangat banyak untuk bisa ia pergunakan dalam proses pemutihan kulitnya kembali. Akan tetapi tidak dengan Dede, ajudannya. Langsung siaga membukakan payung untuk Humairah, Dede tetap berhasil menjadi orang pertama yang memberikan perhatian khusus untuk Humairah.

"Yah, masa lo kalah sama ajudannya dia sih?" ucap Bintang, ketika mereka berdiri ke pinggir sejenak demi meneguk air putih yang sudah disediakan di pinggir lapangan.

"Itu emang tugasnya dia, dibayar buat ngelindungin majikannya."

"Ciyuz lo enggak cemburu?" goda Bintang tanpa henti.

"Cemburu sama bapak-bapak? Gila aja lo."

"Makanya tempel terus, Ra. Biar hubungan kalian makin hangat."

Disikut kencang oleh Hira, Bintang mengaduh kesakitan di tengah lapangan sampai menarik perhatian orang banyak. Seorang asisten pelatih fisik, beserta tim langsung mendekati Bintang yang masih berteriak kesakitan. Ada ekspresi panik di wajah asisten pelatih fisik yang terlihat takut terjadi sesuatu dengan Bintang. Apalagi Bintang salah satu striker yang diunggulkan. Sehingga nyawa mereka sebagai taruhannya jika terjadi hal buruk dengan Bintang didetik-detik akan melakukan pertandingan.

Perjodohan anak JENDERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang