Bab 2. Kok cakep juga ya

1.3K 229 165
                                    

Hayo, target enggak sampai tapi dipost?

Alhamdulillah, aku masih mencoba baik kepada kalian, yang membaca dengan bermodal kuota.
Karena dari itu, aku butuh kalian-kalian yg bermodal kuota buat komen yg banyak. Biar makin semangat postnya.

Dikaryakarsa udah bab 15 ya guys..
Si Humairah udah makin banyak tingkah. Bikin pasukan sang jenderal kuawalahan...

Yuk, komen disetiap paragrafnya,,,


--------------------------------------------------


Bukan cuma bola bulat yang bisa bikin kamu kebakar, keringetan. Tapi aku, yang kurus kerempeng ini juga bisa buat dengkulmu begetar

Tidak pernah satu kali pun menonton acara bola atau semacamnya, bahkan harus sampai ke stadion seperti ini, Humairah bingung saat acara akan dimulai. Diawali dengan para pemain mulai bermunculan, serta sorak-sorak pendukung, membuat suara di stadion ini benar-benar menggelegar. Entah apa saja bentuk sorakan yang dilakukan para pendukung, yang jelas semua kondisi ini menjadi pengalaman baru untuk Humairah.

Berada di kursi yang cukup strategis, cukup dekat dengan lapangan, wajah para pemain mulai Humairah scanning satu persatu. Mayoritas pemain Indonesia memiliki wajah yang hitam manis, namun banyak juga yang berparas bule, seperti yang banyak Humairah temui di Bali.

Sambil menggigiti ujung kuku ibu jarinya, manik mata Humairah mulai mencermati satu persatu wajah para pemain, sampai akhirnya dia stuck dengan satu orang pemain, seperti bukan orang Indonesia asli, namun dia ada dibaris yang sama dengan pemain Indonesia.

"HIRAAAAA!!!"

Tersentak karena perempuan di sampingnya berteriak, Humairah meliriknya. Kedua alis hitamnya bertautan bingung, sambil menerka-nerka, siapa yang perempuan itu panggil dengan begitu semangat.

Menatap kembali ke arah pemain, Humairah seketika menahan napasnya saat pemain yang ia katakan sangat berbeda dibanding yang lain sedang menatap ke arahnya. Dia yang bingung harus bersikap seperti apa, hanya bisa mengalihkan pandangannya ke bagian lain, demi menghindari tatapan menusuk itu.

Sedikit mencuri-curi pandang, mencari tahu apakah pemain itu masih menatap ke arahnya, Humairah mulai bernapas lega disaat permainan sepak bola resmi dimulai. Para pemain dilapangan sudah mulai sibuk diposisi masing-masing, termasuk laki-laki itu yang tadi membuat Humairah salah tingkah.

"Enggak, enggak. Pasti bukan dia. Pak Jenderal gila kalau bener-bener jodohin sama dia."

Sejujurnya Humairah datang ke stadion ini benar-benar tidak dibekali dengan info apapun mengenai calon suaminya. Karena ayahnya semalam hanya bilang, bila Humairah dijodohkan. Dan jika ingin tahu siapa orangnya, Humairah hanya butuh datang ke sini sekarang.

Tidak ada pengetahuan apapun mengenai sepak bola, Humairah pikir hanya 1 sampai 2 orang pemain saja, yang memungkinkan dia mudah untuk menebak siapa calon suaminya itu. Tapi kenyataannya tidak demikian. Dimulai dari pintu masuk tadi, sampai banyaknya pemain yang Humairah lihat di lapangan, membuat dirinya ciut. Dia tidak berani menebak siapa calon suaminya itu. Yang jelas disalah satu pemain, ada laki-laki gila yang menerima perjodohan di zaman modern.

Hanya 10 menit kekuatan Humairah untuk duduk, menatap para laki-laki itu mengejar bola bulat di lapangan yang luas, kini punggungnya sudah terasa pegal dan sakit. Lalu perutnya sudah tidak bisa menahan lagi untuk pergi ke toilet. Karena itu dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, Humairah keluar dari area penonton yang diikuti dengan tatapan penasaran dari seseorang di lapangan sana.

Masuk ke dalam salah satu toilet, Humairah menatap pantulan dirinya di cermin. Sebelum masuk ke dalam salah satu bilik toilet, Humairah sedang membodohi dirinya sendiri yang begitu manut disuruh oleh ayahnya untuk menemui orang yang bahkan tidak ia kenali.

Perjodohan anak JENDERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang