Bab 20. Nonton bola lagi?

721 159 97
                                    

Huhuhu, aku abis termewek-mewek nulis bab 48 yang baru posting dikaryakarsa.

Bener-bener sih, Hira minta dirudal sama Agwa!!


--------------------------------------------------------


Humairah kira menonton pertandingan sepak bola sudah berakhir, setelah ayahnya sibuk dan dia benar-benar menghindari sosok Hira dalam kehidupannya. Nyatanya pada pertandingan final persahabatan ini, sebelum tim nasional bermain di negara lawan, Humairah diajak pergi oleh Omar, tanpa tahu mau ke mana mereka, namun disaat motor yang Omar kendarai memasuki area stadion, perasaan Humairah mulai merasa tidak enak. Dia sejujurnya tidak yakin bila Omar sudah mengetahui perjodohan antara dirinya dan Hira. Bahkan kakak laki-lakinya itu sampai mengantarkan Humairah untuk menonton pertandingan ini.

"Dih, bang. Ngapain sih kita ke sini? Emang kita mau nonton bola?"

"Tadi ayah yang hubungi, minta abang sama kamu untuk ke sini. Kalau yang abang dengar, ayah dan pasukan mau nonton pertandingan final ini bersama pak presiden."

"AHHH?" seru Humairah semakin kaget mendengar jawaban yang Omar berikan.

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Duh, bang Omar emang belum tahu apa-apa ya?"

"Soal?"

"Soal perjodohan yang ayah lakuin ke Ara!!"

"Ah? Perjodohan?"

"Iya ... ayo dong bang, bantuin Ara. Ara enggak mau dijodohin kayak gini. Ara masih mau kuliah. Ara masih mau main sama temen-temen Ara. Ara masih mau hidup bebas. Ara takut, Bang. Takut hidup Ara benar-benar hancur nanti kalau akhirnya emang harus menikah sama dia. Ayo dong, Bang. Bantuin Ara."

Menggoyang-goyangkan lengan jaket yang dipakai Omar, Humairah terlihat berkaca-kaca, seperti akan menangis, saat menceritakan nasibnya kepada Omar. Sedangkan Omar sendiri tidak tahu jika ayah mereka menjodohkan Humairah dengan seseorang yang tidak dikenali oleh gadis itu.

Namun jika Omar menarik benang merahnya, pantas saja ia diminta untuk pulang terus oleh ayahnya. Bahkan jika keadaannya tidak memungkinkan untuk pulang, Omar diminta untuk membuat surat izin cuti karena ada keperluan keluarga. Pada awalnya Omar menebak perkara pekerjaan ayahnya yang harus dinas jauh dari ibukota, membuat Omar disuruh kembali ke rumah terlebih dahulu demi menjaga Humairah di rumah. Akan tetapi nyatanya, ini alasan terbesar mengapa Omar diminta untuk pulang.

"Bang ...."

"Coba nanti abang bicara dulu sama ayah. Karena abang belum tahu kabar apapun mengenai perjodohan ini."

"Ah, wassalam deh. Bakalan nikah dengan Ara bulan depan sama tuh orang."

"Eh, kok gitu. Agwa udah tahu masalah ini belum?"

"Ih, mas Agwa tuh tahu. Tapi malah ngebelain ayah dari pada ngebelain Ara. Mas Agwa kan emang gitu. Suka banget sekongkolan sama ayah. Ayolah, bang. Bantuin Ara, ya ... ya ... ya."

"Iya, nanti coba abang bicarakan dulu dengan ayah. Sekarang coba kita masuk dulu. Karena ayah udah di dalam. Nanti kalau kita enggak datang, malah menyebabkan kerusuhan di sini. Abang enggak mau ayah jadi pusing karena ulah kita."

Cemberut tidak terima, Humairah bersidekap. Melihat ke arah lain, dimana iring-iringan mobil presiden sudah datang ke stadion ini.

"Yuk."

"Abang aja deh. Males banget Ara."

"Ra, sekali ini aja dengerin abang."

"Ah, bang Omar selalu ngomong gitu. Sekali-sekali, tapi ujungnya sama aja kayak mas Agwa. Ngeselin!"

Perjodohan anak JENDERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang