Bab 30. Family time

704 148 205
                                    

Hai guys, maaf baru bisa balik lagi. Selama seminggu kemarin aku sakit. Jadi bener-bener enggak bisa nulis.

Insha Allah mulai malam ini aku berusaha untuk upload setiap hari. Itu juga kalau komennya sampai 200

xixixixi

Mau gak bantu komen yang banyak? Biar bisa upload tiap hari?


------------------------------------------------------------------


Belanja sudah, makan bersama sudah, saat ini Humairah sengaja mengajak keluarga Hira untuk sejenak bersantai, menikmati minuman, entah itu kopi, atau minuman yang sedang viral, di lokasi foodcourt dalam mall ini.

Bercerita banyak hal adalah bagian terpenting dari moment yang mereka ciptakan. Bahkan tak ragu, sesekali Humairah akan melemparkan lelucon, sambil memukul-mukul lengan Haris, karena anak abg itu terlihat kesal dengan candaan yang Humairah tunjukkan.

Namun seolah tidak mau kalah, Haris dengan bebas membalas Humairah dengan sindiran-sindiran halus tapi berhasil membuat Humairah membungkam. Hanya sedetik. Akan tetapi setelahnya gadis itu akan tertawa lepas, seolah sindiran halus dari Haris adalah fakta yang belum sempat saja Humairah ceritakan kepada mereka semua.

"Jadi kalau papamu lagi tugas dan kedua kakakmu enggak ada, kamu di rumah sama siapa?" Tanya Djani, ayahnya Hira, yang mulai mencari tahu secara mendetail kelakuan calon menantunya itu.

"Di rumah sama siapa? Sama banyak orang, Pak. Biasanya kalau keadaannya kayak gitu, ayah akan nambah pasukan buat jaga di rumah. Kalau misalkan biasanya cuma sekitar 6 orang yang selalu standby di rumah, diluar dari dua orang satpam, maka ayah akan menambah menjadi 12 sampai 15 orang. Jujur aja, Pak. Sebenarnya aku juga bingung apa yang dia takutin, tapi kalau dilihat dari beberapa kejadian sekarang ini soal anak TNI yang berakhir tidak baik, kayak dibunuh dan segala macamnya, mungkin itu yang buat ayah takut ninggalin aku tanpa penjagaan. Tapi kalau aku tanya langsung ke ayah, hm ... dia selalu bilang aku harta berharga yang ditinggalin sama mama sebelum dia pergi meninggalkan dunia. Jadi ayah enggak mau kalau aku sampai kenapa-napa. Makanya dia overprotectif banget sama aku. Lagian kan, bang Omar, mas Agwa, keduanya sama-sama tergabung dalam satuan TNI juga. Jadi ayah tuh mikirnya mereka bisa jaga diri. Sedangkan aku enggak."

Dengan santai menjelaskan panjang lebar pertanyaan dari ayahnya Hira, Humairah kembali menyeruput minumannya esnya lagi, kemudian mendesah nikmat saat cairan dingin itu masuk melalui tenggorokannya.

"Hehehe, maaf."

"Kayak anak kecil banget sih, Mbak."

"Biarin, wek! Ini namanya menikmati makanan atau minuman yang masuk ke dalam mulut. Gitu."

"Tapi norak!" seru Haris kesal.

Akan tetapi kelakuan polos yang Humairah lakukan malah ditanggapi santai oleh kedua orangtua Hira. Ibu Wati bahkan tersenyum-senyum disaat interaksi Haris dan Humairah selayaknya kakak adik pada umumnya. Ribut, namun saling menghormati satu sama lain.

"Tapi kata orang-orang memang menjaga anak perempuan harus lebih ketat dibandingkan menjaga anak laki-laki. Cuma karena bapak sama ibu enggak punya anak perempuan, jadi kami masih belum ada bayangan akan seketat apa kami menjaga anak perempuan kami. Tapi setelah seharian ini bareng-bareng sama kamu, perasaan ingin melindungi kamu, langsung bapak rasain gitu aja. Contoh kecilnya tadi, bapak pastikan kamu sama ibu, dan Haris yang jalan lebih dulu, baru bapak mengikuti di belakang. Terus kalau mau naik eskalator, atau ada antrian, bapak pengen kamu selalu dalam jangkauan lindungan bapak. Aneh emang kelihatannya, tapi perasaan kayak gitu secara alami muncul gitu aja. Mungkin ibu juga ngerasain, ya?"

Perjodohan anak JENDERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang