Bab 46. Suka lupa diri

558 109 23
                                    

4 BAB lagi kalian hanya bisa baca cerita ini di Karyakarsa aja.
Krn gak akan aku lanjutkan diwattpad. secara dikasih gratisan aja kalian gak mau komen atau vote. huhuhu...

Mendingan aku hargai pembaca yg menghargaiku.


-----------------------------------------------------------------


Bertemu kembali. Rasanya waktu 8 hari tidak bertemu, terasa lama sekali untuk Hira. Entah mengapa menatap wajah Humairah dari jarak dekat seperti sekarang, membuat Hira sedikit lebih tenang. Setidaknya dia bisa melihat secara langsung apa yang dilakukan calon istrinya itu. Bahkan wajah kesal Humairah setibanya dia di hotel, tempat yang sama dengan Hira dan tim nasional menginap, membuat Hira merasa lucu sendiri. Sejujurnya dia juga merasa aneh, menikah dengan gadis muda belia, bahkan belum berusia 20 tahun.

"Assalamu'alaikum, Pak."

Bersalaman dengan hormat, Hira menyonsong kedatangan Lakeswara dan beberapa Menteri dengan penuh senyuman. Kembali pada misi awal yang dia coba buat ketika menerima perjodohan ini adalah Hira ingin dipermudah jalannya menuju sukses. Apalagi dia yakin, jika berkenalan dengan orang-orang sukses, maka dia pun akan menjadi sukses dikemudian hari. Bukankah lingkungan menjadi faktor utama dalam pembentukan jati diri dan masa depan seseorang?

Bahkan dari yang Hira baca-baca pada laman sosial media, sekarang ini banyak orangtua yang sengaja memasukkan anaknya ke sekolah yang bagus bukan hanya karena pendidikannya lebih terjamin, namun untuk masa depannya juga akan jauh lebih cerah. Kenapa demikian? Karena channeling yang bisa didapatkan pastinya akan jauh lebih banyak dan lebih berkelas.

Pasti tidak bisa dibandingkan dengan zamannya dulu. Dulu jika tidak berhasil masuk sekolah negeri, maka akan dihina tanpa henti. Sekarang sekolah negeri benar-benar tidak dilirik.

Dengan alasan itulah, menerapkan keadaan seperti yang dipikirkan banyak orang tua untuk masa depan anak-anak mereka, Hira pun memikirkan hal yang sama. Bukan untuk anak-anaknya kelak, melainkan untuk dirinya terlebih dahulu. Dan Hira yakin, jika menikah dengan Humairah, karirnya dalam bersepak bola sampai ke negeri Eropa sana, akan semakin luas.

"Hira Dipta Bahran. Keren-keren. Saya suka nonton kamu kalau sudah dilapangan. Semangatnya bagus sekali. Dan sekarang kita-kita diundang sama pak Lakes untuk acara pernikahan putrinya dengan dirimu. Terasa sangat luar biasa."

"Terima kasih pak Budi."

"Nah, ini. Mumpung ada pak Menteri pemuda dan olahraga, apa kritik dan saran yang mau Hira katakan kepada pak Menteri. Siapa tahu bisa menjabat diposisi ini selama 2 periode," tawa pak Budi, menggoda Menteri olah raga, pak Ismail dengan sangat jahil.

Sengaja melirik dulu ke arah Lakeswara, seakan meminta izin untuk menjawab, Hira memberikan jawaban yang sangat menohok untuk para pemerintah saat ini.

"Kritik dan saran dari saya, berikan kehidupan Sejahtera untuk para atlit setelah mereka berhenti atas profesinya. Banyak atlit yang kehidupan dimasa tuanya begitu miris karena perintah seolah lupa dengan mereka semua. Padahal sewaktu muda, sewaktu masih bisa membanggakan negara, mereka dipuja-puja, akan tetapi setelah waktu berlalu, serta kesehatan dimakan oleh waktu dan pola hidup, mereka, para atlit itu dianggap seperti debu. Yang hanya perlu disapu untuk melenyapkannya. Karena itulah harapan saya, para atlit diberikan tunjangan setelah masa karirnya berakhir. Hanya saja, konteks berakhir disini karena memang usia, bukan karena hal buruk."

"Ah, I see. Oke. Note. Bagus juga saranmu. Selain untuk membantu para atlit lain, saranmu ini juga berguna untuk dirimu sendiri dimasa depan."

"Tapi setidaknya mertuanya kelak pak Lakeswara, kayaknya Hira enggak perlu tunjangan untuk masa tua kelak."

Perjodohan anak JENDERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang