Hai ... hai. aku hadir lagi.
Enggak kok, kalian enggak mimpi.
Emang aku update lagi.
Sekalian mau bilang makasih, yang kemarin spam komen.. WAH DAEBAK...Nanti aku balesin 1-1 yaaa...
Jangan lupa bab ini dispam juga komennya. Siapa tahu besok update lagi.
Yang mau baca duluan boleh ke karyakarsa yaa.. Udah sampai bab 42... Bentar lagi ada yang akad nih.. Xixixixixi
----------------------------------------------------
Nonton bola lagi? Sepertinya akan menjadi agenda rutin yang harus Humairah terima. Setelah diinfokan oleh ajundannya, dijemput dari kampus, perempuan itu mau tidak mau harus menurut yang diperintahkan oleh sang Jenderal. Apalagi kemarin dia sudah membuat heboh semua orang, bahkan hampir membunuh pak Dede, karena keberadaannya yang tiba-tiba lenyap seperti ditelan bumi.
Karena itulah, sebagai menutupi kesalahan yang telah ia perbuat kemarin, sampai satu batalyon sibuk mencari-carinya, sore ini mau tidak mau dia harus menuruti apapun yang diarahkan oleh pak Dede.
"Di lapangan yang kemarin?" Tanya Humairah ketika pak Dede membuntutinya setelah keluar dari kelas terakhir hari ini.
"Bukan, Non. Di lapangan yang lain."
"Terus gue sendirian lagi?"
"Memangnya saya harus masuk juga, Non?"
"Ah, elah. Itu jenderal perintahinnya gimana? Gue sendirian lagi atau boleh ditemani?"
"Pak Jenderal enggak info apapun, Non. Kalau memang non Ara mau saya temani, biar saya temani di dalam," ucapnya tanpa ragu.
Humairah cemberut tidak suka. Dia menonton bersama ajudannya, sama saja dia menarik perhatian orang banyak. Dan Humairah tidak suka dengan keadaan tersebut.
Sebelum-sebelumnya pak Dede sudah begitu overprotectif kepadanya. Lalu, setelah kejadian kemarin, sifat overprotectifnya semakin meningkat, dan malah membuat Humairah semakin tidak bisa berkutik.
Oleh karena itu, lebih baik dia pergi sendirian saja, atau meminta sahabatnya untuk menemani.
"Ajak temen boleh enggak?"
Menaikkan sebelah alis hitamnya, pak Dede terlihat waspada. "Non enggak coba-coba kabur, kan?"
"Yaelah, kagak. Boleh enggak ajak temen? Mumpung Yesha masih ada tuh!" Tunjuk Humairah saat melihat Yesha baru akan berjalan menuju mobil pribadinya.
"Tapi tiketnya?" Cuma pak Dede bingung.
"Emang kalau sama pak Dede bisa enggak pakai tiket?"
"Bisa, Non. Pakai ID."
"Yaudah lepasin ID bapak! Biar saya yang pakai. Nanti tiket saya dipakai sama Yesha."
"Ta ... tapi, Non."
"Yeshaaaaa!!!"
Tidak bisa berkata-kata Humairah sudah lebih dulu berlari ke arah sahabatnya, Yesha, yang kini melambai dengan senyuman ke arahnya. Langsung berpelukan, padahal mereka tadi berada di kelas yang sama, Yesha dan Humairah lanjut tertawa geli, menertawakan kelakuan mereka sendiri.
"Apaan sih lo? Kayak enggak ketemu seabad aja."
"Hahaha, lo juga aneh. Gue peluk kok mau-mau aja!"
"Emang enggak boleh kalau gue mau! Aneh."
"Hahaha, boleh. Boleh. Tapi btw, lo mau pulang enggak?"
"Ah? Pulang lah. Lo pikir gue mau mangkal, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan anak JENDERAL
General FictionKedua insan yang pada awalnya tidak saling kenal, harus menjalani hubungan menjadi sepasang suami istri demi keuntungan yang akan didapatkan masing-masing. "Target gue cuma karir. Kalau karir gue udah dipuncak, gue bisa tinggalin dia seolah kita eng...